Ratusan Rumah Terendam Banjir

Rabu, 21 Maret 2012 – 12:20 WIB

MATARAM-Bencana terus melanda. Setelah beberapa hari diterjang angin kencang, kemarin sebagian wilayah Kota Mataram dilanda banjir. Sekitar 200 rumah di lima lingkungan di  Kelurahan Abian Tubuh terendam banjir. Lima lingkungan itu adalah Lingkungan Gedur, Karang Bata Utara, Karang Bata Tengah, Karang Bata Selatan, dan Karang Pule.

Banjir setinggi lutut orang dewasa itu terjadi sekitar pukul 04.0o Wita dini hari.  Banjir ini lagi-lagi disebabkan meluapnya air Kali Unus. Sebelumnya pada 8 Februari lalu, ratusan rumah warga di Kelurahan ini juga terendam banjir luapan Kali Unus. Air mulai menggenangi rumah warga sekitar pukul 05.00 Wita pagi buta. Begitu azan Subuh, air Sungai Unus meluap. Warga pun panik. Mereka tidak bisa berbuat banyak karena banjir datang tiba-tiba.

Banjir yang terjadi kemarin membuat warga  kelabakan karena air terus meninggi dan masuk ke dalam rumah mereka. Agar tidak terendam, warga mengungsikan barang-barang berharganya ke tempat yang lebih tinggi.

Koordinator Tagana Kota Mataram Husnan mengatakan, tidak ada korban banjir yang mengungsi. Mereka tetap bertahan di rumahnya masing. ‘’Ini sudah biasa direndam banjir. Mereka hanya memindahkan barang-barangnya saja,’’ katanya.

Ia merinci, ada 200 rumah yang terendam banjir. Mereka yang menjadi korban tersebar di lima lingkungan itu. Di Lingkungan Gedur ada 100 kepala keluarga (KK), Karang Bata Tengah sekitar 21 rumah, Karang Bata Utara sekitar 47 rumah, Karang Bata Selatan sekitar 27 rumah dan Karang Punie sekitar 15 rumah.

Pantauan Koran ini di lokasi banjir, untuk menghadang luapan air yang terus masuk ke dalam rumahnya, warga terpaksa membuat tanggul sederhana menggunakan bata dan tanah lumpur. Karena, semakin lama, air yang meluap ke rumah warga semakin deras.

Warga tidak hanya membuat tanggul sederhana, tapi juga memilih mengeluarkan air menggunakan ember.  Cara itu dilakukan untuk mengantisipasi bertambah banyaknya air yang masuk.  Meski usaha mereka itu tidak membuat luapan air berkurang.

Warga tidak hanya direpotkan dengan luapan air, namun juga kesulitan untuk beraktivitas. Warga yang hendak bekerja terhalang banjir. ‘’Tidak bisa kerja ini, Mas, saya urus rumah dulu,’’ kata Ahmad, warga Karang Bata Tengah pada koran ini, kemarin.

Ketua RT 07 Lingkungan Karang Bata Tengah H Muhazzab menyampaikan, warga yang  terendam banjir di RT-nya sekitar 60 KK. Titik terparah yang diterjang banjir yakni warga yang tinggal di bantaran Kali Unus. ‘’Tiap hujan kita selalu direndam banjir. Kita sudah lelah menghadapi banjir ini,’’ kata sambil membersihkan rumahnya.

Menurutnya, luapan terjadi karena talud di sepanjang Kali Unus tidak terlalu tinggi. Ditambah lagi kapasitas kali tidak mampu menampung debit air yang berasal dari berbagai penjuru. ‘’Belum ada solusi ini. Kita sudah berkali-kali keluhkan pada pemerintah, tapi banjir masih saja menghantui kita,’’ akunya.

Ia menuding, banjir ini disebabkan penutupan pintu air di Pesongoran. Sehingga air terbendung dan meluap ke permukiman warga. ‘’Kalau itu dibuka, maka banjir tidak akan separah dan selama ini,’’ ujarnya.

Sementara, Rosita warga setempat menuturkan hal yang sama. Tiap hujan datang dibarengi banjir dirinya selalu disibukkan untuk mengurus luapan air yang memasuki tiap kamarnya. ‘’Jam 04.00 Wita, saya sudah sibuk mengangkat barang-barang. Karena pas datang, air yang masuk tingginya hingga paha. Sekarang ini sudah berkurang,’’ tuturnya.

Terpisah Kepala Lingkungan Karang Bata Utara Farhan mengaku, sekitar 50-an warga yang terendam banjir dengan titik terparah di pinggir kali. Kendati demikian, warganya tidak ada yang sampai mengungsikan diri. ‘’Hanya mengungsikan barang-barang saja. Mereka menyelamatkan barang ke tempat yang tidak bisa dijangkau banjir,’’ katanya kepada Lombok Post (Group JPNN).

Ia mengaku, banjir ini tidak hanya hadir saat hujan mengguyur Kota Mataram, tapi hujan di daerah lain misalkan Narmada, lingkungan tetap menjadi sasaran banjir. ‘’Muaranya tetap pada kita. Kita ini selalu menjadi penerima sumbangan banjir dari daerah lain,’’ kesalnya.

Menurutnya, banjir yang merendam lima lingkungan ini disebabkan pedangkalan kali. Talud yang ada di pinggir kali tidak tinggi, dan penutupan pintu air Pesongoran, sehingga air tidak bisa mengalir ke sawah atau ke tempat terbuka lainnya.

‘’Solusinya hanya memperbaiki dan pembuatan pintu air dan pengerukan kali. Tapi yang utama adalah membuka pintu air di Pesongoran. Kalau itu tidak dilakukan, maka banjir akan terus merendam kita di sini,’’ katanya sambil menjelaskan kalau dirinya juga terendam banjir.(mis)


BACA ARTIKEL LAINNYA... Pemilik Kayu Ilegal Tidak Ditahan


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler