Rayakan Iduladha di Surabaya, Hasto Ceritakan Dialog Religi Jokowi dan Bu Mega

Jumat, 01 September 2017 – 23:38 WIB
Wakil Gubernur Jawa Timur Saifullah Yusuf dan Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto pada perayaan Iduladha di di Masjid Al-Huda, Teggumung Wetan, Surabaya, Jumat (1/9). Foto: DPP PDIP for JPNN

jpnn.com, SURABAYA - Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto menghadiri perayaan Iduladha 1438 Hijriah di Masjid Al-Huda, Teggumung Wetan, Surabaya, Jumat (1/9). Wakil Gubernur Jawa Timur Saifullah Yusuf juga ikut hadir pada acara itu.

Dalam kesempatan itu, Hasto diberi kesempatan untuk menyampaikan kata sambutan tentang spirit perayaan Iduladha. Politikus asal Yogyakarta itu lantas menceritakan dialog antara Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri dengan Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) jelang pembentukan Kabinet Kerja pada 2014.

BACA JUGA: Rayakan Iduladha, Penggawa Bali United Mendadak Jadi Jagal Hewan Kurban

Dialog antara Presiden Kelima RI dengan Presiden Ketujuh RI itu membahas tentang Ketuhanan yang Maha Esa yang juga sila pertama Pancasila. Ketuhanan yang dimaksud adalah ketuhanan yang berkebudayaan, penuh toleransi, berbudi pekerti, tanpa egoisme.

Di hadapan warga dan tokoh masyarakat, Hasto menuturkan, Megawati dan Jokowi lalu berdialog soal bagaimana membumikan sila Ketuhanan Yang Maha Esa demi kesejahteraan rakyat Indonesia. Dalam dialog itu, Jokowi bertanya kepada Megawati tentang soal bagaimana susunan kabinet akan dibentuk.

BACA JUGA: Mbak Puan Berkurban Sapi Jumbo untuk Kader PDIP di Sukoharjo

Megawati mengingatkan Jokowi bahwa Republik Indonesia didirikan dengan perjuangan, tetesan keringat, darah dan air mata. Megawati lantas membeber kalangan yang punya jasa besar.

Salah satu yang punya peran penting adalah ulama.Diawali 1912, ada KH Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadiyah. Selanjutnya pada 1926 KH Hasyim Asy’ari mendirikan Nahdatul Ulama.

BACA JUGA: Mas Ibas Ikhlas Berkurban 5 Sapi untuk Konstituen

Kemudian pada 1927 ada Partai Nasional Indonesia (PNI). Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia pada 1945, Bung Karno membentuk Tentara Keamanan Rakyat (TKR) yang kini bernama TNI.

Hasto menambahkan, Megawati di hadapan Jokowi menegaskan, jika keempat kekuatan itu bersatu maka ‎Indonesia akan memiliki masyarakat yang adil dan makmur. Selain itu, Megawati juga mengingatkan Jokowi bahwa Islam yang masuk ke Indonesia adalah agama yang membangun peradaban melalui tradisi perdagangan.

"Karena itulah perkuat ekonomi rakyat, libatkanlah umat Islam dalam kegiatan ekonomi itu. Karena inilah subjek sejati Islam yang ada di Indonesia," kata Hasto mengutip pernyataan Megawati.

Hasto secara pribadi mengatakan, sikap demikian berbeda dengan tradisi di Orde Baru yang menjauhkan Islam dari perdagangan. Untuk mewujudkan itu, Presiden Jokowi bersama NU dan Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Mar'uf Amin berupaya membangun ekonomi umat Islam.

"Itulah prinsip ketuhanan yang menyatu dengan tradisi kemanusiaan yang adil dan beradab. Tanpa ketuhanan yang bicara soal keadilan dan beradab, tak ada artinya," kata Hasto.


Hasto mengatakan, selama tiga tahun terakhir ini selalu merayakan Iduladha bersama warga Jawa Timur. Dia sengaja menyambangi masyarakat bawah atau yang dikenal dengan sebutan wong cilik.

Menurut Hasto, Jawa Timur punya arti yang bersejarah bagi partainya. Di Jawa Timur, Bung Karno lahir dan belajar Islam dari HOS Tjokroaminoto. Islam pula yang menginspirasi watak patriotisme dan nasionalisme Bung Karno.

Jawa Timur juga merekam jejak historis kultural PDIP dengan Nahdatul Ulama. Pada Oktober 1945, Bung Karno berkonsultasi dengan para ulama yang menghasilkan Resolusi Jihad.

Dari Resolusi Jihad pula akhirnya muncul peristiwa 10 November 1945 yang kini diperingati sebagai Hari Pahlawan. "Oleh Pak Jokowi kemudian dijadikanlah momen itu sebagai peringatan Hari Santri, demi memperingati bagaimana Resolusi Jihad menggerakkan rakyat di Jatim menjadi benteng kemerdekaan," ujar Hasto.

Selain itu, Hasto juga menyitir spirit Iduladha yang menurutnya bukan sekadar jalan pengorbanan demi keyakinan‎ terhadap Tuhan. Sebab, berkurban juga sebagai cerminan tentang kepasrahan jiwa kepada Sang Maha Pencipta.

"Dengan semangat Idul Adha ini, mari bumikan Pancasila, kita kobarkan ‎ semangat pengorbanan untuk bangsa dan negara, dengan semangat dedication of life," tutur HAsto di acara yang juga dihadiri Ketua DPD PDIP Jawa Timur Kusnadi itu.(ysa/rmol)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Pengin Maju Pilgub Sumut Lagi, Effendi Simbolon Incar Anak Buah Hary Tanoe


Redaktur & Reporter : Antoni

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler