Rayyan Setia Rawat Ibunya di RS, Sungguh Mengharukan, Viral!

Selasa, 20 Februari 2018 – 00:45 WIB
Al Rayyan Dziki Nugraha (kaos bergaris) dan ibunya, Ani Supriyati, saat dikunjungi warga di RSUD Tidar Kota Magelang. Foto: Agus Hadianto/Jawa Pos Radar Semarang

jpnn.com - Sungguh menyentuh hati kisah yang dialami Al Rayyan Dziki Nugraha, 10, warga Blondo, Mungkid, Kabupaten Magelang, Jateng, ini.

Dia dengan setia menunggui ibunya, Ani Supriyati, 40, yang tergolek di RSUD Tidar akibat menderita gagal ginjal. Bahkan, kisahnya itu menjadi viral di dunia maya. Seperti apa?

BACA JUGA: Waspada! Gaya Hidup tak Sehat Picu Penyakit Gagal Ginjal

AGUS HADIANTO

SENYUM selalu menghiasi bibir Al Rayyan Dziki Nugraha, akrab disapa Rayyan, kepada setiap pengunjung yang menjenguk ibundanya yang terbaring di tempat tidur Bangsal Gladiol kelas 3 RSUD Tidar Kota Magelang, Minggu (18/2) pagi.

Sesekali bocah 10 tahun ini memegang tangan ibunya yang menatapnya penuh haru. "Sudah empat kali masuk rumah sakit karena ibu sakit gagal ginjal dan pembengkakan jantung," kata Rayyan, yang terus menebar senyum tatkala ditanyai para pembesuk.

Rayyan mengaku dirinya sudah sejak 10 hari lalu menunggu dan meladeni permintaan ibunya selama di rumah sakit.

Rayyan juga yang membantu ibunya duduk, mengganti pakaian, hingga mengantar ke kamar mandi.

"Saya sayang sekali sama ibu. Saya tidak mau berpisah. Saya juga menyuapi ibu makan. Pokoknya saya sangat sayang sekali sama ibu," kata Al Rayyan lirih sambil tetap berdiri di samping pembaringan ibunya.

Aktivitas Rayyan yang terus menerus menemani ibunya memaksa dirinya harus meninggalkan bangku sekolah di SDN 3 Mertoyudan untuk izin tidak masuk.

Rayyan mengaku dirinya sudah beberapa kali menemani ibunya dirawat di rumah sakit dan tidak masuk sekolah.

"Sudah empat kali masuk rumah sakit, karena ibu sakit gagal ginjal dan pembengkakan jantung. Kadang kondisi ibu drop, sehingga harus dirawat di rumah sakit," urai siswa kelas 3 SD ini.

Rayyan mengakui ibunya adalah satu-satunya orang yang paling dekat dengan dia, karena dirinya juga tak pernah mengenal ayahnya. "Ibu sangat sayang ke saya, jadi saya juga sayang ibu," imbuh Rayyan.

Ibunda Rayyan, Ani, mengakui, dirinya merasa kasihan melihat anaknya yang masih SD harus menanggung beban keluarga.

"Sebenarnya tidak tega, tapi bagaimana lagi, kondisi saya seperti ini. Anak ini telaten merawat saya, dari membantu mengangkat tubuh, mengganti baju bahkan baju dalam, sampai ke kamar mandi," kata Ani, yang tak kuasa menahan air mata.

Sebagai ibu, Ani mengaku hanya bisa berdoa untuk kebaikan anaknya. Dia berharap suatu saat nanti, dirinya bisa sembuh.

"Saya ingin menyekolahkan dia (Rayyan) biar dia bisa jadi orang yang sukses," ucapnya sambil menahan haru memandang Rayyan.

Ani mengakui kondisinya masih sangat lemas. Sudah sejak empat bulan lalu, ia menderita sakit gagal ginjal dan pembengkakan jantung. Ia juga sudah empat kali dirawat di rumah sakit.

Dia hanya bisa terbaring lemah di tempat tidur. Jangankan membantu putranya mempersiapkan peralatan sekolah, bangun untuk ke kamar mandi saja dirinya mengaku tidak kuat.

Terkait biaya rumah sakit, Ani mengaku dirinya terbantu dengan BPJS Kesehatan mandiri. Ia memang tidak bisa mengurus Kartu Indonesia Sehat (KIS), karena tidak memiliki tempat tinggal tetap.

"Saya ikut BPJS mandiri kelas 3 karena memang tidak bisa mengurus KIS dari pemerintah," akunya.

Kepala SD Negeri Mertoyudan 3, Kabupaten Magelang, Sumarman, mengatakan, pihaknya mengetahui salah satu siswanya terpaksa tidak sekolah beberapa hari karena harus merawat ibundanya.

Pihak sekolah pun, menurut Sumarman, memaklumi Rayyan dan akan memberikan pembelajaran khusus setelah dia kembali sekolah lagi.

"Sudah sejak seminggu lalu libur, dan baru Sabtu (17/2) kemarin masuk. Kami beri kesempatan kepada Rayyan supaya bisa mengejar ketertinggalan pelajaran selama merawat ibunya di rumah sakit," tandasnya.

Sumarman menjelaskan, pihak sekolah berencana membantu Rayyan dengan memberi peralatan sekolah secara gratis, seperti buku catatan, buku bacaan, alat tulis, maupun seragam sekolah. Ia menilai Rayyan adalah sosok anak yang pandai dan tidak gampang menyerah.

"Dia punya semangat dan rajin. Kalau di kelas, ia cenderung aktif, dan prestasinya menengah ke atas," ujarnya.

Kisah Rayyan yang ramai diperbincangkan di media sosial pun menarik rombongan mahasiswa Universitas Diponegoro (Undip).

Belasan perempuan berhijab tersebut sesekali memeluk Rayyan karena kekaguman mereka melihat bocah yang taat dan berbakti terhadap ibunya.

"Saya dapat kisah ini dari grup media sosial dan langsung berencana datang dengan alumni SMA Negeri 3 Magelang hari ini (kemarin). Walaupun bukan keluarga, tapi kami merasa bangga dengan Rayyan. Dia punya rasa bakti terhadap orangtua yang begitu besar," ucap salah seorang mahasiswi Undip, Zulfa Fatmawati, 21, yang merasa iba seraya meneteskan air matanya.

Perempuan yang acap disapa Vava itu merasa sangat kagum dengan sikap berbaktinya Rayyan meski usianya terpaut hampir 11 tahun lebih muda darinya.

Rayyan, menurutnya, memiliki pemikiran layaknya orang dewasa. "Itu membuat kami terketuk hatinya. Bocah seperti Rayyan tidak seperti kebanyakan, yang lebih suka bermain gawai. Rayyan membuktikannya sebagai generasi yang seharusnya membuat orang dewasa malu, jika tidak berbakti terhadap orangtua," paparnya.

Plt Kabid Keperawatan RSUD Tidar, Nasrodin, mengatakan, selama di rumah sakit, banyak perawat yang ikut membantu menjaga pasien, termasuk ibunda Rayyan.

Awalnya, menurut Nasrodin, pihak rumah sakit sendiri merasa heran karena tidak melihat ada keluarga Rayyan yang lain menjaga Ibu Ani Supriyati. “Kami melihat kok hanya anak kecil yang menjaga dan tidur sendirian di bangku,” ujarnya.

Setelah mengetahui kisah Rayyan, menurut Nasrodin, para perawat secara personal kemudian bergotong royong sekadar memberikan bekal dan alat-alat sekolah untuk Rayyan.

Para perawat juga menyampaikan ke Baznas agar anak ini didampingi untuk kehidupan selanjutnya.

"Secara kesehatan kita berikan pelayanan sebaik-baiknya, juga secara sosial kita juga ikut membantu semampu kita," ujar Nasrodin.

Bahkan di sela-sela anak ini mendampingi ibunya, pihak rumah sakit juga minta agar sesekali Rayyan masuk sekolah. "Banyak perawat yang menjaga anak ini seperti anak atau adik sendiri," katanya.

Kisah berbaktinya Rayyan pun membuat banyak orang yang membesuk hampir tiap jam. Kondisi ini pun mendapat pemikiran dari Babinkamtibmas Polsek Mertoyudan, Aipda Donny Sugiarto yang berencana untuk membuatkan rekening khusus bagi Ani dan Rayyan.

Ia merasa sebagai seorang petugas, tidak hanya membesuk dan mendampingi mereka berdua, karena lebih dari itu, ia mengaku perlu menjaga keduanya.

"Dari keluarga sudah saya tawari, tapi tidak ada yang mau. Jika anak kecil nanti yang mengurusnya, saya malah kasihan. Maka terketuk hati saya, untuk membuatkan nomor rekening terhadap Ibu Ani. Nantinya bisa digunakan oleh Rayyan dalam menjalani kehidupannya," ujarnya.

Kisah Rayyan memberikan rasa simpati dan empati dari segenap masyarakat yang terketuk karena rasa berbaktinya sang anak.

Tak terhitung ratusan orang, komunitas bahkan Calon Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, sempat mengunjungi Rayyan, Sabtu (17/2) lalu.

Tak ketinggalan pula Kapolres Magelang AKBP Hari Purnomo, Pjs Bupati Magelang Tavip Supriyanto, KPAD Kota Magelang dan pejabat lainnya. (*/aro)


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler