RCEP Mendorong Industri Menjadi Mata Rantai Pasok Dunia

Jumat, 22 Januari 2021 – 01:40 WIB
Ilustrasi: Kawasan industri. Foto: ANTARA/ Biro Humas Kementerian Perindustrian

jpnn.com, JAKARTA -  

Perjanjian perdagangan Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (Regional Comprehensive Economic Partnership/RCEP) memberikan sejumlah keuntungan bagi Indonesia.

BACA JUGA: Gandeng MAP Retail Academy, Kalbis Perkuat Kurikulum Berbasis Industri

Kepala Departemen Ekonomi CSIS Yose Rizal Damuri mengatakan, keuntungan yang harus dimanfaatkan Indonesia dengan disahkannya RCEP ialah lebih  terintegrasi dalam ekonomi global dan regional, termasuk pada mata rantai pasok dunia atau global value chain.

“Export is good, import is bad tidak lagi menjadi hal yang tepat karena ekspor yang berdaya saing membutuhkan impor yang berkualitas,” kata dia dalam webinar bertajuk Stimulus Covid-19 dan RCEP: Pemacu Pemulihan Ekonomi Indonesia dan Dunia 2021-2022 yang diselenggarakan Universitas Prasetiya Mulya, Ikaprama dan Katadata, Rabu (20/1).

BACA JUGA: Jurus BRI Dukung Kemajuan Industri Lewat Fasilitasi Layanan Keuangan

Dia menambahkan, hal itu juga akan berkontribusi dalam pemulihan ekonomi pascakrisis dan pandemi.

“Harus ada nilai tambah dari global value chain,” ujarnya.

Yose menjelaskan, terintegrasi dalam mata rantai pasok dunia artinya lebih banyak menggunakan impor untuk pengembangan sektor industri. Menurut dia, backward value added (BVA) Indonesia masih rendah dibandingkan forward value added (FVA).

BVA adalah persentase ekspor yang merupakan input dari impor, sedangkan FVA merupakan persentase ekspor yang menjadi input negara lain.

“Indonesia tidak dapat memanfaatkan input yang lebih efisien dari luar negeri sementara ekspor didominasi oleh sumber daya alam sebagai input negara lain. Ini terjadi karena yang diekspor sebagai besar adalah raw commodity,” jelasnya.

Direktur Perundingan ASEAN Kementerian Perindustrian Antonius Yudi Triantoro  mengatakan, main feature RCEP adalah mendorong perluasan dan pendalaman mata rantai pasok di kawasan.

Menurut dia, bahan baku/bahan intermediate yang berasal dari negara anggota RCEP lain dapat dipertimbangkan sebagai bagian originalitas produk negara yang memproses, sehingga mempermudah dalam memperoleh tarif preferensi.

Hal itu mendorong regional supply chain yang mana akses bahan baku makin terbuka dan dipermudah, serta pembentukkan regional production hub.

Dia menjelaskan, manfaat RCEP bagi Indonesia adalah mendorong tumbuhnya industri yang menjadi bagian dari mata rantai pasok dunia.

“Indonesia menjadi bagian dari jaringan produksi regional (regional value chain), di mana ada kemudahan mendapatkan bahan baku dan ketentuan asal barang (rules of origin) yang fasilitatif. Indonesia juga dapat memanfaatkan program Kerja sama Ekonomi dan Teknis,” jelasnya.

Antonius menambahkan, RCEP masih harus menunggu proses ratifikasi terlebih dahulu.

Sambil menunggu ratifikasi, ada sejumlah tantangan yang dihadapi Indonesia ketika RCEP sudah mulai diimplementasikan.

“Adanya persaingan tinggi dalam memasuki pasar negara mitra serta dalam negeri, memasuki rantai pasok regional, meraih investasi, khususnya lower-cost destinations lain seperti Vietnam dan Malaysia serta terciptanya kondisi pasar yang sangat kompetitif sehingga mendorong reformasi kebijakan yang masif,” ungkapnya. (jos/jpnn)


Redaktur & Reporter : Ragil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag
industri   Ekonomi   ekspor   impor  

Terpopuler