jpnn.com, JAKARTA - Mirotun (30) warga Desa Sabrang, Kecamatan Peninggaran, Pekalongan dan 16 orang lainnya, sudah pasti tak pernah menduga bila kegiatan wisata mereka berujung petaka.
Tanpa diduga, mereka terkena erupsi letusan freatik kawah Sileri, Dieng, Jawa Tengah kemarin (2/7).
BACA JUGA: Kawah Sileri Meletus, Batu Terpental kena Kepala Wisatawan, Motor Tabrak Mobil
Naasnya, upaya penyelamatan juga memakan korban. Satu Helikopter Basarnas jatuh saat berangkat membantu evakuasi di lokasi.
Heli milik Basarnas tersebut sejatinya tengah disiagakan di tol fungsional Gringsing, Batang. Namun, begitu mendengar adanya kejadian bencana di Dieng pada pukul 11.54 WIB, Kepala SAR Semarang langsung meminta izin untuk mengirim bantuan ke lokasi.
BACA JUGA: Perlu Buka CDR untuk Pastikan Penyebab Heli Basarnas Jatuh
”Pertimbangannya adalah jumlah korban yang cukup banyak dan lokasi yang jauh dari rumah sakit. Kansar minta izin ke saya untuk ikut mengevakuasi korban,” ujar Direktur Operasi dan Latihan Basarnas Brigjen TNI (Mar) Ivan Ahmad Rizki Titus saat dihubungi, kemarin (2/7).
Begitu mendapat persetujuan, tim yang terdiri dari delapan orang itu langsung bersiap-siap. Tim terlebih dahulu mengisi bahan bakar ke Semarang, sebelum akhirnya menuju Dieng sekitar pukul 16.00 WIB.
BACA JUGA: Helikopter Nahas Basarnas Buatan 2015 dan Baru 600 Jam Terbang
Naasnya, baru 17 menit terbang, heli tak dapat dikontak. Kantor SAR Semarang sempat terus mencoba menghubungi namun nihil.
Hingga kemudian dinyatakan jatuh karena menabrak tebing di Cangal, Candiroto, Temanggung. Belum diketahui penyebab kecelakaan tersebut.
“Kita belum berani berasumsi. Yang jadi prioritas saat ini adalah evakuasi. Saya dan tim sudah diTemanggung dan menuju lokasi. Kira-kira 1,5 jam sampai ke sana,” ungkapnya.
Disinggung soal kondisi korban, Ivan enggan berandai-andai. Dia pun belum bisa mengabarkan berapa orang yang sudah dievakuasi.
“(Ada korban meninggal yang ditemukan) Itu kata orang. Kita belum sampai lokasi, belum bisa sampaikan,” tegasnya.
Dihubungi terpisah, Ketua bidang pelatihan Tagana Jawa Tengah Petut Wibie menuturkan, kondisi sedang tidak memungkinkan untuk melakukan evakuasi. Sejak pukul 21.00 WIB, jalur menuju lokasi diguyur hujan deras.
Belum lagi, geografis daerah TKP yang merupakan perbukitan. ”Saat ini (pukul 22.00 WIB) sudah reda. Namun masih gerimis. Jalur menuju lokasi licin dan berkabut. Lalu gelap. Jadi agak susah,” tuturnya.
Dari laporan Tim Tagana yang sudah dilokasi, kata dia, tiga orang korban sudah berhasil dievakuasi.
Ketiganya ditemukan dalam keadaan meninggal dunia. ”Untuk lainnya masih belum. Kemungkinan mereka masih terjebak di badan Heli,” ungkapnya.
Letusan Kawah Sileri Dieng siang kemarin (2/7) pun diketahui bukan kali pertama. Sepanjang 2017 setidakya sudah dua kali terjadi letusan.
Data dari Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral mencatat letusan pernah terjadi pada 30 April dan 24 Mei.
Tapi, letusan tersebut tergolong kecil berupa semburan lumpur dengan ketinggian 10 meter dan jaraknya satu meter dari kawah.
Kondisi kawah sebelum letusan itu sebenarnya dinyatakan normal. Tapi, Badan Geologi memang sudah mengeluarkan peringatan agar tidak mendekati area kawah setidaknya dalam radius 100 meter. Peringatan itu sudah diberikan sebelum libur Lebaran.
Kepala Badan Geologi Ego Syahrial menuturkan rekomendasi sudah disampaikan sejak April agar masyarakat atau pengunjung tidak mendekati bibir Kawah Sileri kurang dari 100 meter.
Rekomendasi itu disampaikan ke kepada pihak pengelola waterboom, camat-camat di sekitar kawah-kawah Gunung Dieng, Bupati Banjarnegara, dan BPBD Banjarnegara sebelum lebaran.
”Badan Geologi selalu mengingatkan melalui salah satunya koordinasi pengamat Gunung Dieng dengan BPBD Banjarnegara,” ujar dia kemarin (2/7).
Letusan kawan Sileri itu dipicu oleh endapan uap air dan penumpukan gas. Lantas gas tersebut mendobrak batuan dan tanah yang berada di atasnya. Letusan seperti itu biasa disebut letusan freatik.
Letusan di kawah Sileri mengeluarkan material lumpur dengan tinggi lontaran setinggi 50 meter dan jarak lontaran 125-150 meter dari pusat kawah.
Dampak letusan freatik Kawah Sileri tersebut menyebabkan 16 orang luka-luka ringan dan satu orang lainnya patah tulang.
Mereka adalah wisatawan yang sedang berada sekitar 20 m dari bibir kawah. Padahal sudah ada larangan untuk mendekati kawah tersebut.
Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kasbani menambahkan yang patut diwaspadai dari gunung dieng bukan hanya letusan yang tiba-tiba. Tapi, juga gas beracun seperti karbondioksida (CO2) dan Hindrogen sulfida (H2S). Potensi gas beracun itu seperti terdeteksi di kawah Timbang yang masih berada di pegunungan Dieng.
”Makanya tiap hari kami selalu ukur kondisi gas di kawah-kawah di Gunung Dieng. Di Sileri dan di Timbang,” ungkap dia.
Kepala Bidang Pengamatan dan Penyelidikan Gunungapi PVMBG Gede Suantika menambahkan, jarak kawah dan pusat wisata waterboom cukup jauh sekitar 300 meter.
Bila melihat data pos pengamatan dieng, harusnya lontaran tak sampai titik wisata. “Tapi para wisatawan ternyata mendekat ke bibir kawah. Padahal, sudah ada larangan mendekat hingga 200 meter dari pusat kawah,” jelasnya.
Dari laporan terakhir, aktivitas kawah Sileri sudah menurun. Lontaran lumpur pun telah berhenti meski kepulan asap masih tampak membumbung.
Gede menjelaskan, di wilayah dataran tinggi Dieng sendiri ada lebih dari 20 kawah aktif. Dari jumlah tersebut, 11 kawah digunakan untuk aktivitas penduduk.
Mulai dari pertanian, perhutanan, hingga wisata. Diantaranya seperti kawah Sikidang, Siglagah, Sinila dan Condrodimuko.
“Kalau mellihat catatan, memang Sileri ini paling tinggi aktivitas vulkaniknya. Tercatat, erupsinya tahun 1983, 2006, 2009, dan 2017 ini,” tuturnya.
Ancaman erupsi freatik kawah ini, kata dia, sejatinya berpotensi terjadi di seluruh gunung dengan status aktif.
Seperti Gunung Prau, Gunung Bromo, Gunung Raung dan Gunung Papandayan. Pihaknya pun terus memantau update kondisi seluruh gunung tersebut.
Sehingga, bila ada kenaikan bisa langsung dilaporkan pada pihak-pihak terkait untuk melakukan antisipasi. (mia/jun)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Helikopter Basarnas Jatuh saat ke Lokasi Bencana Dieng
Redaktur & Reporter : Soetomo