jpnn.com, SURABAYA - Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengatakan iklim investasi di Jatim sangat kondusif, sehingga penanaman modal dari dalam maupun luar negeri dapat terealisasi dengan baik.
Khofifah pun meyakini target investasi Jatim pada 2022 akan dapat tercapai maksimal.
BACA JUGA: Khofifah Dorong OPD dan BUMD Maksimalkan Sumber Pendapatan Baru bagi Jatim
“Alhamdulillah, melalui sinergi dan kolaborasi seluruh elemen strategis Jawa Timur dalam memulihkan perekonomian pasca pandemi Covid-19," kata Gubernur Khofifah di Gedung Negara Grahadi Surabaya, Rabu (3/8).
Menurut dia, realisasi investasi yang dirilis Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menunjukkan kenaikan signifikan pada triwulan II ini dari triwulan I tahun 2021 (y-o-y).
BACA JUGA: Takut Dicaplok Asing, Australia Batasi Penanaman Modal
Tercatat adanya realisasi investasi Jatim pada triwulan II Tahun 2022 sebesar Rp 29,9 triliun. Pencapaian tersebut mengalami kenaikan dari triwulan II tahun 2021 (y-o-y) sebesar 69,2%.
Angka ini sekaligus melebihi pertumbuhan investasi nasional sebesar 35,5%. Rinciannya, investasi dari Penanaman Modal Asing (PMA) sebesar Rp 11,3 triliun atau tumbuh 198,1% dari triwulan II tahun 2021 (y-o-y).
BACA JUGA: Pakar Ekonomi: Tren Realisasi Investasi Jepang di Indonesia Cukup Baik
Sementara itu, Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) sebesar Rp 18,6 triliun dengan peningkatan 34,1% (y-oy).
Dari capaian realisasi pada triwulan II diakumulasi dengan triwulan I, maka target investasi Jatim pada 2022 sebesar Rp 80 triliun (target RPJMD 2019-2024) telah terpenuhi sebesar 66,9 %.
Khofifah menegaskan bahwa pertumbuhan investasi ini harus terus diiringi dengan promosi untuk menarik kepercayaan lebih banyak investor.
"Dengan tumbuhnya investasi di Jatim, kami berharap akan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi di Jatim semakin bergairah," ujar Khofifah.
Berdasarkan sektor realisasi investasi dalam realisasi pada periode ini didominasi oleh sektor Perumahan, Kawasan Industri dan perkantoran (13,6%), industri makanan (11,9%), industri kertas dan percetakan (9,6%), hotel dan restoran (9,1%), serta industri kimia dan farmasi (8,6%).
Sementara struktur sektor pembangun PMA yang dominan meliputi, Pertambangan (40,7%), Industri Logam Dasar, Barang Logam, Bukan Mesin dan Peralatannya (22,2%), Industri Makanan (10,7%), Industri Kimia dan Farmasi (10,3%), dan Industri Lainnya (3,7%).
Atas pertunbuhan yang telah terjadi, mantan Menteri Sosial RI ini berkomitmen bahwa berbagai upaya untuk menjaga dan meningkatkan investasi di Jatim akan terus dilakukan.
Misalnya melalui DPMPTSP, sejumlah upaya telah dilakukan diantaranya dengan menginventarisasi perubahan perizinan berusaha yang terintegrasi dalam aplikasi perizinan online - Jatim Online Single Submission (JOSS).
Selain digitalisasi sistem perizinan, DPMPTSP juga telah menggelar roadshow perizinan, pemilihan duta investasi, kompetisi Investment Award, serta sistem monitoring dan evaluasi PTSP Jatim (SINONA). (zil/jpnn)
Redaktur & Reporter : Djainab Natalia Saroh