jpnn.com, JAKARTA - Ketua Bidang Perubahan Perilaku Satgas Penanganan Covid-19, Sonny Harry B. Harmadi meminta masyarakat tak berkerumun dan berpergian untuk mencegah lonjakan virus corona (Covid-19).
Sonny menyebut meningkatnya aktivitas perjalanan akan menciptakan kerumunan. Selain itu, kepatuhan protokol 3M memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan, akan turut berkurang.
BACA JUGA: COVID-19 Menggila, Indonesia Hentikan Sementara Impor Daging Kerbau dari India
“Inilah yang memicu lonjakan kasus. Lalu saat terjadi lonjakan kasus, beban pada pelayanan kesehatan juga ikut meningkat,” terangnya dalam diskusi 'Terus Kencangkan Protokol Kesehatan' yang ditayangkan di FMB9ID_IKP, Kamis (20/5).
Sonny mengatakan pemerintah telah melarang mudik dan mengetatkan aktivitas masyarakat ke luar kota. Sejauh ini, kata dia, jumlah penumpang yang menggunakan transportasi darat maupun udara turun hingga di atas 50 persen.
BACA JUGA: Empat Hari Pemeriksaan Pemudik ke Jakarta, Polisi Mencatat 192 Orang Positif Covid-19
“Transportasi baik angkutan laut, udara, bahkan angkutan darat lalu lintasnya turun 93 persen. Angkutan udara pun turun 70 persen. Esensi pelarangan mudik itu adalah agar masyarakat jangan melakukan perjalanan pada tanggal berapapun,” ujarnya.
Sekjen Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) Lia G. Partakusuma khawatir apabila masyarakat tak patuh terhadap larangan mudik pasien Covid-19 yang dirawat di RS akan datang secara bersamaan dengan jumlah yang besar.
BACA JUGA: Simak Perkembangan Covid-19 di Indonesia per 20 Mei, Semua Bertambah
“Kalau sampai 7-8 ribu pasien dirawat bersamaan, maka RS akan sangat kewalahan sehingga tidak bisa membantu dengan maksimal,” ujar Lia.
Tidak hanya itu, kata Lia, jumlah tenaga kesehatan juga dikhawatirkan tidak mencukupi apabila jumlah pasien yang dirawat di RS meningkat secara bersamaan.
“SDM di ICU harus khusus, belum lagi apabila jumlah penularan tinggi, maka SDM kita akan mudah tertular seperti awal tahun yang lalu, banyak tenaga kesehatan kita tertular COVID-19,” katanya.
Saat ini kondisi keterisian tempat tidur (bed occupancy ratio/BOR) secara nasional kurang dari 30 persen. Namun sudah ada beberapa provinsi yang menunjukkan peningkatan BOR cukup signifikan.
“Aceh dan Sulawesi Barat BOR-nya kini sudah di atas 50 persen. Ada juga beberapa provinsi yang BOR-nya mencapai 25-50 persen seperti Sumatera Utara, Kalimantan Barat, dan Riau. Lalu yang peningkatannya 10-24 persen ada di Sumatera Barat, Bangka Belitung, Kep. Riau, Jawa Tengah, dan Jambi,” ujar Lia.
Sementara itu, Guru Besar FKUI Soedjatmiko mengimbau agar pemerintah membatasi kerumunan di manapun, baik pemudik maupun yang tidak mudik. Menurutnya, warga yang tak mudik juga sebaiknya jangan berkerumun di pusat perbelanjaan, apalagi di tempat wisata.
“Jangan sampai saudara kita tertular COVID-19 hingga bergejala berat dan masuk rumah sakit,” kata Soedjatmiko.
Mengutip data Satgas Covid-19, Soedjatmiko menyebutkan bahwa dari 6-7 orang yang berkerumun ada 1 orang yang positif Covid-19.
“Apalagi dalam kerumunan itu kecenderungan mengabaikan protokol kesehatan juga tinggi, seperti memakai masker tidak benar, bahkan tidak memakai masker sama sekali,” tegasnya.
Aturan pelarangan mudik tahun ini pun mampu menekan keinginan masyarakat untuk pulang ke kampung halaman. Penelitian litbang Satgas Covid-19 menunjukkan sebelumnya masyarakat yang ingin melakukan mudik sebesar 33 persen, turun menjadi 11 persen setelah diberlakukan aturan pelarangan mudik.
Bahkan setelah sosialisasi terus menerus dilakukan, keinginan untuk mudik turun menjadi 7 persen. (dil/jpnn)
Redaktur & Reporter : Adil