SURABAYA--Reka ulang kasus pembunuhan sadis terhadap bocah 3,5 tahun bernama Fahri Khusaeni Romadhon digelar di Jalan Endrosono VII/19, Jumat (22/2). Rekonstruksi itu sempat menyulut emosi keluarga Fahri lantaran Solikin, pelaku pembunuhan, tampak tidak serius. Dia sering cengengesan saat mempraktikkan 15 adegan keji terhadap anak pasangan Misnawi-Zubaidah itu.
Senyuman Solikin langsung memicu kemarahan Misnawi. Ayah Fahri itu sempat keluar dari rumahnya yang terletak di depan rumah Solikin. Dia berusaha mengejar orang yang telah menghabisi nyawa putra bungsunya itu. "Itu anak saya," kata Misnawi sambil terus mengepalkan tangan.
Untuk menghindari keributan, Kapolsek Semampir Kompol Mudakkir bersama warga berusaha menahan Misnawi. Pria itu lantas dibawa menjauh dari kerumunan orang yang menyaksikan rekontruksi.
Warga lain yang melihat proses rekontruksi juga terus memaki-maki Solikin. Mereka berharap Solikin bisa dihukum seberat-beratnya. Bahkan ada yang meminta Solikin untuk dihukum mati. Sejumlah polisi langsung dikerahkan untuk menenangkan massa yang memadati pelataran rumah Solikin.
Rekontruksi kemarin dipilah menjadi dua bagian. Yang pertama adalah adegan pada Sabtu malam (16/2), saat Solikin membunuh Fahri. Rekonstruksi sesi pertama itu terdiri atas sembilan adegan. Sedangkan sesi kedua, Solikin memeragakan enam adegan yang ia lakukan pada Selasa pagi (19/2). Adegan itu menggambarkan usaha Solikin menghilangkan bau busuk dengan cara melumuri jenazah Fahri dengan semen.
Selama rekonstruksi, Solikin juga dengan gamblang memberikan keterangan tentang tindakan yang dia lakukan. Misalnya, ketika dia berusaha menghilangkan nyawa Fahri. "Saya pegang mulut dan belakang kepalanya, lalu saya banting," kata Solikin. Dia membanting tubuh Fahri di depan rumahnya sebanyak tiga kali.
Setelah Fahri tidak bergerak, Solikin membawa bocah itu itu ke sebelah barat rumahnya. Di samping rumah itu, Solikin juga membanting Fahri beberapa kali. Untuk memastikan korbannya telah benar-benar tewas, Solikin kembali membenturkan tubuh Fahri ke lantai di dapur rumah.
Kasatreskrim Polres Pelabuhan Tanjung Perak AKP Hendri Umar yang memimpin rekontruksi itu menuturkan, berdasarkan hasil visum luar, kepala bagian belakang Fahri memang retak. "Bantingan berulang kali itulah yang mengakibatkan keretakan," kata Hendri yang kemarin didampingi Kasubbag Humas Polres Pelabuhan Tanjung Perak AKP Lily Djafar.
Selanjutnya, Tubuh Fahri yang telah tak bernyawa diseret dan diletakan di gang sempit di sebelah timur rumah Solikin. Gang sempit itu merupakan tembok pembatas antara rumah Solikin dengan rumah tetangganya. Saking sempitnya, gang itu hanya bisa dilewati satu orang bertubuh kurus.
Setelah menyelesaikan eksekusi maut, Solikin kembali duduk di teras rumah. Dia bertingkah seperti tak terjadi apa-apa malam itu. Sedangkan pada adegan Selasa pagi, Solikin memulainya dengan membeli semen sebanyak 2 Kg. Itu dilakukan setelah dia mencium bau yang tak sedap dari jenazah Fahri. Semen itu hanya dicampur dengan air dan pasir yang dia ambil dari depan rumah.
Setelah mencampur semen dengan pasir, Solikin masuk ke dalam rumah untuk mengambil kuas yang telah basah oleh semen. Selanjutnya, dia melabur bagian perut Fahri hingga dada dan kepala. Belum seluruh tubuh Fahri tertutup, ternyata adonan semen dan pasir sudah habis. Solikin pun membeli semen lagi sebanyak 5 Kg. Tapi dia belum sempat untuk mempergunakan semen tersebut.
Sepanjang reka ulang kejadian yang dimulai sekitar pukul 13.00 kemarin, Solikin memang tampak cengengesan sambil sesekali menguap. Salah seorang anggota polisi pun menegur dia untuk lebih serius. Rekontruksi itu berakhir sekitar pukul 14.00. Keluarga Fahri hampir mengejar Solikin usai rekontruksi tersebut.
Seperti diberitakan, warga Endosono VII, Semampir, gempar pada Selasa lalu. mereka terkejut karena ada mayat bocah kecil yang dilabur dengan semen di samping rumah Solikin. Hasil identifikasi, mayat itu adalah Fahri, bocah 3,5 tahun yang tinggal di depan rumah Solikin. Pada hari itu juga Solikin ditangkap polisi saat hendak kabur di daerah Kedinding Lor.
Polisi sempat memeriksakan kondisi kejiwaan Solikin lantaran beberapa kali pria yang pernah menikah itu terlibat dalam aksi kekerasan fisik. Hasilnya, Solikin dinyatakan normal. Hanya, tingkat emosinya memang tinggi.
Berdasar penyelidikan, polisi menyatakan bahwa Solikin adalah pelaku tunggal. Orang-orang yang serumah dengan dia tak terlibat dalam pembunuhan itu. Bahkan, dikabarkan bahwa keluarga Solikin yang melaporkan kejadian itu ke polisi. (jun/fat)
Senyuman Solikin langsung memicu kemarahan Misnawi. Ayah Fahri itu sempat keluar dari rumahnya yang terletak di depan rumah Solikin. Dia berusaha mengejar orang yang telah menghabisi nyawa putra bungsunya itu. "Itu anak saya," kata Misnawi sambil terus mengepalkan tangan.
Untuk menghindari keributan, Kapolsek Semampir Kompol Mudakkir bersama warga berusaha menahan Misnawi. Pria itu lantas dibawa menjauh dari kerumunan orang yang menyaksikan rekontruksi.
Warga lain yang melihat proses rekontruksi juga terus memaki-maki Solikin. Mereka berharap Solikin bisa dihukum seberat-beratnya. Bahkan ada yang meminta Solikin untuk dihukum mati. Sejumlah polisi langsung dikerahkan untuk menenangkan massa yang memadati pelataran rumah Solikin.
Rekontruksi kemarin dipilah menjadi dua bagian. Yang pertama adalah adegan pada Sabtu malam (16/2), saat Solikin membunuh Fahri. Rekonstruksi sesi pertama itu terdiri atas sembilan adegan. Sedangkan sesi kedua, Solikin memeragakan enam adegan yang ia lakukan pada Selasa pagi (19/2). Adegan itu menggambarkan usaha Solikin menghilangkan bau busuk dengan cara melumuri jenazah Fahri dengan semen.
Selama rekonstruksi, Solikin juga dengan gamblang memberikan keterangan tentang tindakan yang dia lakukan. Misalnya, ketika dia berusaha menghilangkan nyawa Fahri. "Saya pegang mulut dan belakang kepalanya, lalu saya banting," kata Solikin. Dia membanting tubuh Fahri di depan rumahnya sebanyak tiga kali.
Setelah Fahri tidak bergerak, Solikin membawa bocah itu itu ke sebelah barat rumahnya. Di samping rumah itu, Solikin juga membanting Fahri beberapa kali. Untuk memastikan korbannya telah benar-benar tewas, Solikin kembali membenturkan tubuh Fahri ke lantai di dapur rumah.
Kasatreskrim Polres Pelabuhan Tanjung Perak AKP Hendri Umar yang memimpin rekontruksi itu menuturkan, berdasarkan hasil visum luar, kepala bagian belakang Fahri memang retak. "Bantingan berulang kali itulah yang mengakibatkan keretakan," kata Hendri yang kemarin didampingi Kasubbag Humas Polres Pelabuhan Tanjung Perak AKP Lily Djafar.
Selanjutnya, Tubuh Fahri yang telah tak bernyawa diseret dan diletakan di gang sempit di sebelah timur rumah Solikin. Gang sempit itu merupakan tembok pembatas antara rumah Solikin dengan rumah tetangganya. Saking sempitnya, gang itu hanya bisa dilewati satu orang bertubuh kurus.
Setelah menyelesaikan eksekusi maut, Solikin kembali duduk di teras rumah. Dia bertingkah seperti tak terjadi apa-apa malam itu. Sedangkan pada adegan Selasa pagi, Solikin memulainya dengan membeli semen sebanyak 2 Kg. Itu dilakukan setelah dia mencium bau yang tak sedap dari jenazah Fahri. Semen itu hanya dicampur dengan air dan pasir yang dia ambil dari depan rumah.
Setelah mencampur semen dengan pasir, Solikin masuk ke dalam rumah untuk mengambil kuas yang telah basah oleh semen. Selanjutnya, dia melabur bagian perut Fahri hingga dada dan kepala. Belum seluruh tubuh Fahri tertutup, ternyata adonan semen dan pasir sudah habis. Solikin pun membeli semen lagi sebanyak 5 Kg. Tapi dia belum sempat untuk mempergunakan semen tersebut.
Sepanjang reka ulang kejadian yang dimulai sekitar pukul 13.00 kemarin, Solikin memang tampak cengengesan sambil sesekali menguap. Salah seorang anggota polisi pun menegur dia untuk lebih serius. Rekontruksi itu berakhir sekitar pukul 14.00. Keluarga Fahri hampir mengejar Solikin usai rekontruksi tersebut.
Seperti diberitakan, warga Endosono VII, Semampir, gempar pada Selasa lalu. mereka terkejut karena ada mayat bocah kecil yang dilabur dengan semen di samping rumah Solikin. Hasil identifikasi, mayat itu adalah Fahri, bocah 3,5 tahun yang tinggal di depan rumah Solikin. Pada hari itu juga Solikin ditangkap polisi saat hendak kabur di daerah Kedinding Lor.
Polisi sempat memeriksakan kondisi kejiwaan Solikin lantaran beberapa kali pria yang pernah menikah itu terlibat dalam aksi kekerasan fisik. Hasilnya, Solikin dinyatakan normal. Hanya, tingkat emosinya memang tinggi.
Berdasar penyelidikan, polisi menyatakan bahwa Solikin adalah pelaku tunggal. Orang-orang yang serumah dengan dia tak terlibat dalam pembunuhan itu. Bahkan, dikabarkan bahwa keluarga Solikin yang melaporkan kejadian itu ke polisi. (jun/fat)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Diduga Depresi, Lansia Gantung Diri
Redaktur : Tim Redaksi