JAKARTA--Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Menakertrans) Muhaimin Iskandar meminta kepada organisasi kemasyarakatan (ormas) seperti Nadhlatul Ulama (NU)untuk memberikan pendampingan dan penyuluhan kepada keluarga-keluarga Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang ditinggal oleh para TKI bekerja di luar negeri.
Hal ini bertujuan agar keluarga TKI maupun bekas TKI bisa segera mendapatkan solusi atas masalah tengah yang dihadapi.
"Dengan adanya pendampingan, keluarga para TKI tentunya dapat merasa lebih tenang, tenteram dan tidak khawatir. Bahkan, ormas juga bisa memberikan pelatihan wirausaha kepada keluarga TKI dan TKI purna, dengan harapan dapat membuka lapangan kerja baru bagi keluarga TKI maupun lingkungannya," ungkap Muhaimin di Jakarta, Senin (21/5).
Secara nasional, lanjut Muhaimin, pemerintah akan melakukan pengembangan pelatihan kewirausahaan di 38 kabupaten/kota yang menjadi kantong pengirim TKI, dari 159 kabupaten/kota pengirim TKI di seluruh Indonesia.
Hal ini guna mengurangi pengiriman TKI sektor informal ke luar negeri, dan menciptakan peluang kerja di desa-desa.
“Nantinya mereka diharapkan tidak berniat lagi bekerja ke luar negeri karena telah menemukan lapangan pekerjaan yang baru yaitu melakukan wirausaha mandiri di kantong-kantong TKI tersebut,“ kata Muhaimin.
Ketua DPP PKB ini juga menyarankan, para calon TKI untuk beralih ke pekerjaan di sektor formal. Sehingga dapat memperoleh gaji memadai, memiliki hari libur, mendapatkan jaminan sosial. Berbagai hak dan kewajiban itu harus didasarkan atas kontrak kerja yang detil, jelas, dan komprehensif.
"Saya juga menghimbau agar calon TKI tidak berangkat tanpa persiapan. Ada empat siap yang harus dilakukan, yaitu siap fisik dan mental, siap bahasa dan keterampilan, siap dokumen dan siap pengetahuan negara tujuan. Kesiapan dokumen dibutuhkan karena selain merupakan tindakan kriminal, akan menyulitkan diri sendiri jika tertimpa masalah," imbuhnya.
Disebutkan, saat ini ada sekitar 6,5 juta TKI yang bekerja di berbagai negara. Antara lain di Malaysia sebanyak 2 juta orang, Saudi Arabia 1,5 juta dan di negara-negara lain seperti Hongkong, Korea atau Jepang sebanyak 3 juta.
Sedangkan uang yang dikirimkan dari para TKI ke keluarga mereka di tanah air disebut Muhaimin mencapai Rp 60 triliun pada tahun 2011 lalu.
Muhaimin menambahkan, jumlah TKI yang bermasalah sangat kecil dibandingkan dengan yang berhasil yaitu hanya sekitar 1-2 persen dari total 6,5 juta TKI yang saat ini berada di berbagai negara. "Dari yang berangkat jadi TKI, cuma 1-2 persen yang bermasalah. Sedangkan sisanya tentu TKI yang berhasil," sebutnya. (Cha/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Cegah Pemimpin Berjiwa Dealer
Redaktur : Tim Redaksi