jpnn.com, JAKARTA - Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Zulkifli Hasan setuju wacana Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) untuk memasukkan kembali mata pelajaran Pendidikan Moral Pancasila atau lebih dikenal dengan sebutan PMP. Namun, Zulkifli mengatakan metodenya harus disesuaikan dengan kondisi sekarang ini.
“Saya setuju tapi metodenya disesuaikan dengan sekarang. Karena sekarang ini kita hilang pelajaran tentang Pancasila, hilang semua pelajaran PMP, hilang penataran P4 (Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila). Akhirnya, kita seperti ini,” ungkap Zulkifli di gedung parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (27/11).
BACA JUGA: Ketua MPR Dukung Rencana Mengembalikan Lagi Pelajaran PMP
Seperti diberitakan, Kemendikbud mengusulkan PMP kembali diajarkan di sekolah. Hal ini untuk menguatkan nilai Pancasila sejak dini. PMP adalah mata pelajaran yang pernah diajarkan sejak 1975 di sekolah. PMP menggantikan mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan yang masuk dalam kurikulum sekolah di Indonesia sejak 1968. Pada 1994, PMP diubah menjadi PPKN atau Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaran. Era reformasi dirubah menjadi PKN.
Zulkifli mengatakan ideologi memang harus diajarkan. Karena itu, dia setuju Pancasila diajarkan secara kuat, dan harus menancap di dada anak-anak muda Indonesia.
BACA JUGA: Zulkifli Berharap Pemuda Muhammadiyah jadi Perekat Persatuan
“Sekarang ini hilang. Kalau tidak ada tentu mereka akan mencari yang lain,” ungkapnya. Ketua umum Partai Amanat Nasional (PAN) itu memandang bahwa pendidikan Pancasila itu memang penting. Bahkan, kata dia, sejak jenjang pendidikan paling dasar seperti Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA) sederajat, harus sudah diajarkan.
“Itu kan sepanjang zaman, jangan kalau ganti pemerintah lalu hilang. Mengajarkan wawasan kebangsaan itu sepanjang masa,” ungkapnya.
BACA JUGA: Ketua MPR Zulkifli Hasan: Perpecahan Membuat Kita Lemah
Namun, ujar Zulkifli, metode atau cara penyampaiannya harus menyesuaikan dengan perkembangan zaman. Menurut dia, kalau mengggunakan doktrin kepada anak, sekarang sudah sulit. Tentu tidak bisa seperti dulu.
“Kalau anak-anak muda sekarang harus disesuaikan perkembangan zaman, maka itu harus ada kajian, duduk bersama, metode yang tepat seperti apa. Itu metodenya, kalau isinya, sama,” pungkas Zulkifli.(boy/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Siti Fauziah: Wayang Kulit Efektif untuk Sosialisasi 4 Pilar
Redaktur & Reporter : Boy