Pengembang properti di Bali berencana memulai pembangunan "restoran dan monumen" lima lantai di situs pemboman Sari Club, tempat di mana puluhan warga Australia tewas ketika sebuah bom mobil meledak pada tahun 2002. Poin utama:⢠Korban yang selamat dari pemboman telah berusaha untuk membangun taman perdamaian di lokasi tersebut
⢠Mereka pernah diberitahu bahwa bekas klub itu tidak akan pernah digunakan untuk tujuan komersial
⢠Ada kekhawatiran bangunan tersebut akan berakhir sebagai klub malam bertingkat
BACA JUGA: Anggota ISIS Diduga Hendak Serang Peringatan Hari Anzac Di Semenanjung Gallipoli
Izin bangunan telah dikeluarkan dan vendor lokal, yang telah menggunakan tanah kosong, itu telah diberitahu untuk "membersihkan" area tersebut minggu depan, dengan konstruksi diperkirakan dimulai pada 9 Mei.
Orang-orang yang selamat dari pemboman Bali, yang telah berupaya lebih dari satu dekade untuk membangun sebuah taman perdamaian di lokasi itu, terkejut dengan perkembangan tersebut karena mereka pernah diyakinkan bahwa tanah tersebut tidak akan pernah digunakan untuk tujuan komersial.
BACA JUGA: Pelaku Bom Bunuh Diri Di Sri Lanka Pernah Kuliah Di Australia
"Kami pasti tak bisa membiarkan hal itu terjadi," kata Gary Nash, yang berada di area Paddy's Bar ketika bom pertama meledak.
Dengan dirahasiakannya rencana pembangunan itu, ia khawatir restoran tersebut akan berakhir sebagai klub malam bertingkat.
BACA JUGA: Ruecha Tokputza Digambarkan Sebagai Pedofile Paling Buruk di Australia
Photo: Izin pembangunan di bekas Sari Club. (ABC News: David Lipson)
"Itu penghinaan bagi semua orang. Tak hanya warga Australia yang terbunuh di sana, tetapi semuanya... semua negara lain yang warganya terbunuh di sana ... lahan itu harus sakral, harus dikosongkan," kata Nash.
Serangan teroris pada 12 Oktober 2002 menyebabkan 202 orang tewas, termasuk 88 warga Australia.
Sejak puing-puing dari ledakan itu dibersihkan, situs tersebut telah digunakan sebagai tempat parkir, dengan beberapa kios kecil juga beroperasi di sana.Kebingungan
Berbagai upaya dilakukan oleh para penyintas dan pihak-pihak lain yang berkepentingan untuk mengamankan situs itu demi pembangunan tugu peringatan, di tengah kerumunan jalur utama Kuta, telah digagalkan.
"Saya pikir ada penipuan, kebingungan, dan lahan itu terus berubah selama ini," kata ketua Asosiasi Taman Perdamaian Bali, David Napoli.
"Kami telah menghadapi banyak perlawanan dari pemilik [situs]. Salah satu masalahnya adalah ketidakmampuan kami untuk menghubungi pemilik, dan melakukan tatap muka," kata Napoli. Photo: Sari Club luluh lantak akibat bom di tahun 2002. (Supplied: Bill Hardy)
"Begitu konstruksi dimulai, tentu saja, saya pikir kami sudah kehilangan harapan untuk mencapai tujuan kami sebagai taman peringatan untuk para korban yang tewas."
Napoli mengatakan unsur paling mengecewakan dari proposal tersebut adalah bahwa pemerintah daerah, termasuk Gubernur sebelumnya, memberikan jaminan berkelanjutan bahwa situs tersebut akan dicadangkan sebagai tempat untuk mengingat para korban.
"Selama bertahun-tahun, mereka sebenarnya sudah sangat jelas dalam menyatakan bahwa tidak ada bangunan komersial akan dibangun di properti itu. Lahan itu disediakan untuk taman perdamaian atau taman peringatan," katanya kepada ABC.
Ada beberapa diskusi bahwa bangunan lima lantai itu akan mencakup tempat peringatan. Photo: Tempat peringatan sementara sempat dibuat di depan Sari Club pada tahun 2003. (AAP: Mick Tsikas)
Kurang transparan
Sebuah penanda dari pemerintah daerah, yang akan didirikan di lokasi, itu menggambarkan proyek tersebut sebagai "Restoran dan Monumen".
Tapi tulisan itu gagal meredakan kekhawatiran para penyintas.
"Itu cara pemilik membuat ketentuan untuk taman perdamaian, tapi itu sama sekali tidak memuaskan dan mengalahkan tujuannya," kata Napoli.
Beberapa penduduk lokal Bali juga prihatin dengan kurangnya transparansi.
Kepala Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kuta, I Gusti Agung Made Agung, mengatakan ia ingin pemilik tanah berbicara dengan masyarakat setempat tentang apa yang direncanakan.
"Pembangunan [monumen] itu sangat penting bagi kami agar dunia dapat mengenangnya bersama kami," kata Agung kepada ABC.
"Yang terjadi di sana adalah peristiwa bersejarah dan itu melukai kami, baik sebagai orang Bali maupun orang Indonesia. Dan kami tidak bisa begitu saja melupakannya."
Ia bersumpah komunitasnya akan memperjuangkan pendirian monumen peringatan "di semua tingkat pemerintahan" karena kontribusi positif yang telah dibuat oleh orang Australia untuk Bali. Photo: Nash (kiri atas) dengan beberapa penyintas Bom Bali dan keluarga korban. (Facebook: The Bali Peace Park)
Ikuti berita-berita lain di situs ABC Indonesia.
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pria Amerika Ini Menang Lotere Lebih Dari Rp 1 Triliun