Republik Islam Iran Siap Memproduksi Vaksin COVID-19 Buatan Negara Komunis Ini

Kamis, 29 Juli 2021 – 23:26 WIB
Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei menerima suntikan vaksin untuk Covid-19 buatan dalam negeri. Foto: MEHR News Agency

jpnn.com, HAVANA - Pemerintah Kuba mengumumkan bahwa Republik Islam Iran mulai pekan depan akan menjadi negara sahabat pertama yang mulai memproduksi salah satu vaksin COVID-19 buatan Kuba dalam skala industri.

Kedua negara sekutu itu berada di bawah sanksi keras Amerika Serikat yang membatasi akses mereka untuk mendapatkan obat-obatan dan keperluan medis. Sanksi itu memotivasi Kuba dan Iran untuk mandiri.

BACA JUGA: Inilah Kesepakatan Baru Indonesia dengan Republik Islam Iran, Ada soal Perpustakaan sampai Vaksin COVID-19

Kuba dan Iran telah menghasilkan serangkaian vaksin eksperimental COVID-19, dan beberapa diberi nama yang patriotik, seperti Soberana 2 atau Sovereign 2 untuk vaksin buatan Kuba.

Data awal Kuba dari uji klinis fase akhir menunjukkan Soberana 2 dan vaksin COVID-19 tercanggih lainnya, Abdala, adalah salah satu yang paling efisien di dunia, dengan lebih dari 90 persen kemanjuran.

BACA JUGA: Pemimpin Tertinggi Iran Pakai Vaksin Covid Buatan Dalam Negeri, Ini Namanya

Namun, para kritikus mengatakan mereka akan tetap skeptis sampai data uji klinis tersebut dipublikasikan di jurnal-jurnal internasional yang telah diulas.

Institut Pasteur Iran pada awal 2021 setuju untuk berkolaborasi dengan Institut Finlay Kuba, yang mengembangkan vaksin Soberana 2, untuk menerapkan uji klinis fase tiga dari vaksin buatan Iran, yang mengarah pada persetujuan untuk penggunaan darurat pada awal Juli.

BACA JUGA: Republik Islam Iran Haramkan Vaksin Amerika dan Inggris, Akhirnya Beli dari Negara Ini

Iran dan Kuba akan memproduksi jutaan dosis vaksin Soberana 2 di negara Timur Tengah itu dengan nama PastuCovac, kata kepala Institut Finlay Vicente V©rez Bencomo saat berkunjung ke Teheran pekan ini.

"Biasanya Anda membutuhkan 15 tahun untuk mengembangkan vaksin dari nol hingga fase industrialisasi, tetapi kami melakukan semua langkah dalam setahun," katanya.

"Dan buktinya adalah vaksin itu bekerja dengan sangat baik," ujar Bencomo.

Sektor biotek Kuba memiliki sejarah panjang dalam pengembangan vaksin, memproduksi 80 persen vaksin yang digunakan di negara kepulauan Karibia itu dan mengekspor beberapa di antaranya.

Meksiko, Vietnam, Argentina, dan Jamaika adalah di antara negara-negara yang telah menyatakan minatnya untuk memproduksi atau membeli vaksin COVID-19 buatan Kuba.

Hal itu dapat memberikan keuntungan ekonomi dan diplomatik bagi Kuba yang telah kekurangan uang dan menghadapi kritik baru-baru ini atas tindakan keras pemerintahnya terhadap protes yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Kuba dan Iran, yang terdaftar di antara 20 negara dengan jumlah kasus COVID-19 tertinggi di dunia, menyalahkan sanksi AS telah menghambat langkah tanggapan kedua negara itu terhadap pandemi, termasuk dalam hal pengembangan vaksin.

Sanksi AS tersebut secara teoritis mengecualikan produk medis tetapi seringkali dalam praktiknya membuat perusahaan farmasi asing berhenti berdagang dengan Iran dan Kuba, dan mencegah bank-bank memproses transaksi dengan kedua negara itu.

Washington pada Juni mengeluarkan panduan pelonggaran cara pengiriman produk untuk memerangi pandemi ke beberapa negara yang dikenai sanksi berat termasuk Iran, namun tidak untuk Kuba. (ant/dil/jpnn)


Redaktur & Reporter : Adil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler