Resmi Pimpin PSSI, Iwan Bule Langsung Dapat PR dari DPR

Selasa, 05 November 2019 – 20:41 WIB
Ketum PSSI M Iriawan. Foto: Amjad/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Wakil Ketua Komisi X DPR Abdul FIkri Faqih menyambut baik terpilihnya Komjen Muhammad Iriawan atau akrab disapa Iwan Bule sebagai ketua umum Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) periode 2019-2023.

Menurut Fikri, PSSI saat ini butuh kepemimpinan yang kuat. "Semoga beliau mampu membawa timnas kita menuju prestasi puncaknya di dunia internasional,” kata Fikri di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta Senin (4/11).

BACA JUGA: Jadi Ketum PSSI, Iwan Bule Tak Perlu Mundur dari Polri

Fikri menilai saat ini PSSI memiliki sejumlah tugas berat, terutama karena Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia usia di bawah 20 (U-20) pada 2021 mendatang. “Di bawah kepemimpinan Bang Iwan, timnas bukan cuma tuan rumah, tetapi harapan publik juga besar. Paling tidak menyabet gelar untuk pertama kalinya,” ujar politikus PKS ini.

Menurutnya, peringkat Indonesia di FIFA diketahui juga merosot tajam, setelah timnas senior menerima beberapa kekalahan dalam beberapa laga kualifikasi Piala Dunia 2022.

BACA JUGA: Ini Laporan dari Iwan Bule saat Menghadap Menpora Zainudin Amali

Dia menambahkan, pada Juli 2019 lalu, peringkat Indonesia masih bertengger di urutan 160. Namun, lanjut Fikri, rilis terakhir FIFA, 24 Oktober, peringkat Indonesia melorot ke peringkat 171.

“Bagaimanapun prestasi PSSI dinilai dari raihan timnasnya, dan membenahi prestasi bukan pekerjaan instan,” ujar Fikri.

BACA JUGA: Jadi Ketum PSSI, Iwan Bule Patok Target Timnas Indonesia Masuk Final di SEA Games 2019

Karena itu, lanjut dia, publik akan menaruh harapan besar pada Iwan Bule agar mampu membawa garuda muda (U-20) lebih berkilau dibanding timnas senior saat ini.

Di sisi lain, Fikri menyatakan, dunia sepak bola masih dihantui masalah kesejahteraan para atletnya. Dia mencontohkan, beberapa hari sebelum Kongres Luar Biasa PSSI digelar, kabar duka datang dari bintang timnas U-16 asal Ambon, Alfin Lestiluhu yang meninggal dunia karena infeksi otak.

Sebelumnya, kata dia, diketahui Alfin merupakan korban gempa Ambon pada September silam. Bersama keluarganya, Alfin terpaksa hidup di pengungsian. Disinyalir, selama di pengungsian tersebut atlet berusia 15 tahun dan penyumbang gol timnas pada kualifikasi Piala Asia ini terkena serangan virus yang menyerang otaknya.

Alfin sempat dirawat di Ambon 10 hari, sebelum akhirnya diterbangkan ke Jakarta oleh PSSI untuk dirawat secara intensif. Nyawa Alfin tidak tertolong. “Kasus ini memberi pelajaran bagi kita bagaimana memperhatikan kesejahteraan atlet muda sebagai aset bangsa,” imbuh Fikri.

Tidak berbeda dengan Alfin, sambung Fikri, pemain sepak bola muda dari klub Mitra Kukar dan pernah bermain di Persita Tangerang, Dibyo Caesario meninggal karena infeksi di paru-paru dan jantung pada 2017 silam. Mirisnya, kata Fikri, pemain 24 tahun itu harus menjual rumahnya demi biaya pengobatan. Bahkan, beberapa teman dan kolega menggelar pertandingan amal untuk membantu biaya rumah sakit bagi Dibyo.

“Hal itu menunjukkan bahwa belum ada perhatian atas jaminan kesehatan bagi para atlet sepak bola kita, PSSI mestinya bisa memulai,” tutur FIkri.

Selain masalah di atas, PSSI juga harus membereskan banyak pekerjaan rumah lainnya. Antara lain soal tata kelola jadwal kompetisi yang banyak ditunda. “Pembibitan pemain yang baik dan berjenjang itu bermula dari kompetisi yang sehat dan teratur, harus segera dibenahi,” ujarnya.

Selain itu, FIkri berharap sosok jenderal polisi seperti Iwan bule mampu menyelesaikan masalah yang bisa dikatagorikan pidana dalam olahraga kulit bundar itu. “Sebut saja soal perjudian dan pengaturan skor,” tegas Fikri. (boy/jpnn)


Redaktur & Reporter : Boy

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler