Kabar pergantian sistem vaksin polio ini dipaparkan oleh Wakil Menteri Kesehatan (Wamenkes) Ali Ghufron Mukti. Dia mengatakan jika WHO baru saja menggelar semacam pertemuan akbar untuk mengambil kebijakan baru soal pemberian vaksin untuk bayi. Diantara agenda krusial dalam pertemuan itu adalah, merubah sistem pemberian vaksin polio dari oral ke injeksi.
"Kita menolak dan berhasil meyakinkan jika belum perlu menggunakan vaksin polio injeksi," tutur mantan dekan Fakultas Kedokteran UGM itu. Ali Ghufron mengatakan, selama ini di Indonesia pemberian vaksin polio oral sudah efektif.
Ali Ghufron mengatakan ada motivasi bisnis dibalik rencana resolusi WHO menerapkan vaksin polio injeksi itu. Dia mengatakan jika vaksin polio injeksi itu harganya jauh lebih mahal. "Perkiraan kami harganya 50 kali lipat harga vaksin polio oral," tandasnya. Selain harganya yang mahal, vaksin polio injeksi ini belum bisa diproduksi di dalam negeri.
Menurut Ali Ghufron wajar jika WHO ingin menekan Indonesia supaya menyetujui resolusi penggunaan vaksi polio injeksi itu. Sebab secara populasi, tingkat kelahiran di Indonesia lumayan besar yakni 4 juta per tahun. "Kami bersyukur atas desakan Indonesia, resolusi penggunaan vaksin polio injeksi itu dibatalkan WHO," tutur dia.
Dari analisa Kemenkes, pemerintah Indonesia berhasil menekan jumlah kasus polio dengan program vaksin oral. Selain bandrol harga vaksin polio injeksi yang selangit, Indonesia juga meragukan kemampuan vaksi tersebut. Sebab sampai saat ini masih jarang negara lain yang menerapkan vaksin polio injeksi itu. (wan)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Mengetahui Kondisi Kesehatan dengan Melihat Tanda-tanda di Wajah
Redaktur : Tim Redaksi