Respons Negatif The Fed, IHSG Nangkring di Zona Merah

Selasa, 30 Agustus 2016 – 07:11 WIB
Ilustrasi. Foto: JPNN

jpnn.com - JAKARTA – Indeks harga saham gabungan terpangkas 68,06 poin (1,25 persen) menjadi 5.370 pada awal pekan ini. Indeks saham LQ45 susut 1,45 persen ke posisi 923,98.

Meski begitu, sejak awal Juli hingga akhir pekan lalu, indeks telah menanjak 18,42 persen secara year to date (YTD). Secara year on year (Yoy), indeks telah melaju 28,34 persen.

BACA JUGA: Penting untuk Diketahui Ibu-ibu PNS

Dibanding dengan emerging makets lain, performa pasar saham dalam USD term terbaik kedua Asia dan keempat dunia. Brazil menduduki posisi pertama dengan tingkat pertumbuhan 63 persen.

Rusia di posisi kedua dengan 26,6 persen, Thailand (24,8 persen), IHSG (22,4 persen), Argentina (17,7 persen), Afrika Selatan (15,8 persen), MSCI (12,9 persen), Australia (10,6 persen).

BACA JUGA: #StopBayarPajak Marak, Simak nih Tanggapan Dirjen

Sedangkan bursa terburuk hingga saat ini ialah Italia yang terpangkas 18,3 persen, Tiongkok (14,9 persen), Swiss (3,8 persen), Euro Area (2,7 persen), dan Denmark (2,5 persen).

Di sisi lain, arus modal portofolio sebagaimana dilaporkan Bank Indonesia (BI) cukup besar pada semester pertama tahun ini yakni USD 13 miliar. Jumlah itu tumbuh dua kali lipat dari penanaman modal asing langsung.

BACA JUGA: PLN Buka Tender 2 Proyek Pembangkit 35 Ribu Mw Non-BBM

”Tahun ini, diperkirakan modal portofolio bakal melampau tahun lalu,” tutur Ekonom Universitas Indonesia (UI) Faisal Basri dalam risetnya.

Lalu, mengapa suku bunga deposito dan suku bunga kredit sulit turun secara signifikan? Menurut Faisal, itu karena pemerintah semakin gencar berutang akibat tekanan fiskal (APBN).

Nah, supaya surat utang pemerintah laku, imbal hasil harus menarik. Maret lalu pemerintah mengeluarkan Sukuk Ritel dengan imbal hasil 8,3 persen, di atas rata-rata bunga deposito. Dewasa ini pemerintah tengah menawarkan sukuk tabungan perdana (ST001) imbal hasil bersaing dengan deposito.

Pemerintah, sebut Faisal, sebaiknya melihat laju pertumbuhan deposito nyaris stagnan, hanya naik 1,97 persen Juni 2016 dibanding Juni tahun lalu. Hampir setahun pertumbuhan deposito melorot tajam, terjun bebas dari tingkat tertinggi 26,1 persen Februari tahun lalu.

Sementara Kepala Riset PT Universal Broker Securities Satrio Utomo menuturkan pelaku pasar merespons negatif komentar pejabat The Fed menaikkan suku bunga. Itu lantaran belum ada antisipasi untuk rencana The Fed. Pelaku pasar mengharap kenaikan suku bunga the Fed hanya sekali tahun ini. (far/jos/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Asyik, Tiket KA Ekonomi Lokal Bisa Dipesan H-7


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler