Revolusi Industri 4.0 Menciptakan 3,7 Juta Pekerjaan Baru

Kamis, 13 Desember 2018 – 18:31 WIB
Menaker Hanif Dhakiri pada saat Seminar Nasional yang diselenggarakan oleh The Habibie Center bersama Hanns Seidel Foundation di Jakarta, Kamis (13/12/2018). Foto: Humas Kemnaker

jpnn.com, JAKARTA - Menteri Ketenagakerjaan M Hanif Dhakiri mengungkapkan di era revolusi industri 4.0 mendatang akan ada pekerjaan baru yang muncul dan akan ada beberapa pekerjaan lama yang menghilang. Dunia industri akan mengalami disrupsi dan mengalami koloborasi beberapa jenis platform baru sehingga menghasilkan jenis industri baru. Hal ini berdampak pada jenis pekerjaan dalam industri tersebut.

“Saat ini kita telah memasuki era revolusi industri 4.0, dalam era ini 3,7 Juta Pekerjaan baru akan muncul sebagai dampak ekonomi digital dan 52,6 juta pekerjaan berpotensi akan hilang,” kata Menaker Hanif Dhakiri dalam Seminar Nasional yang diselenggarakan oleh The Habibie Center bersama Hanns Seidel Foundation, Jakarta (13/12/2018).

BACA JUGA: Uji Kompetensi Jamin Kualitas Peserta Pelatihan Barista

Masa depan pekerjaan dalam era revolusi industri 4.0 akan banyak dipengaruhi oleh kehadiran big data. Keberadaan big data memiliki peluang menjanjikan untuk merevolusi dunia industri secara global.

“Dibandingakan dengan era revolusi industri sebelumnya, generasi ke 4.0 lebih sulit untuk diprediksi arah perubahannya. Kehadiran big data menjadi faktor penting yang melandasi perubahan tersebut,” terang Hanif

BACA JUGA: Komitmen Perlindungan TKI di ASEAN Perlu Ditingkatkan

Untuk itu, Jelas Menaker Hanif, kuncinya ada pada penciptaan tenaga kerja kompeten secara kualitas, kuantitas, dan persebaran. Dimana kualitas harus sesuai kebutuhan pasar kerja. Kuantitas atau jumlah tenaga kerja harus banyak (memadai). Persebaran, tersebar merata di seluruh wilayah Indonesia.

“Saat ini, terjadi perubahaan paradigma tehadap pekerjaan. salah satu pola yang terbentuk adalah manusia tidak lagi mengejar status pekerjaan tetap, tetapi memilih untuk tetap bekerja. Kita tidak bahagia dengan keadaan ini, tapi begini lah dunia sekarang ini, kita harus siap menghadapinya,” jelas Hanif.

BACA JUGA: Kemnaker Siapkan Layanan Pengesahan PP dan Pendaftaran PKB

Menaker Hanif kemudian memaparkan tiga kelemahan pekerja Indonesia, yang pertama adalah mengenai karakter dan etos kerja. Di dunia kerja karakter itu menjadi modal utama agar pekerja kita siap bersaing di pasar kerja global.

“Pekerja Indonesia kurang memiliki etos kerja yang kuat, selain itu bila melihat kondisi SDM di Indonesia, kita juga lemah dalam penguasaan bahasa asing (Inggris). Kelemahan lainya pada umumnya adalah penguasaan komputer / IT,” terang Hanif.

Sedangkan Hadi Kuntjara, Direktur Eksekutif The Habibie Center menambahkan bahwa keadilan sosial dalam Sila kelima dari Pancasila dapat dipenuhi melalui ketersediaan lapangan kerja yang merata bagi seluruh rakyat Indonesia.

“Namun, persaingan global akan kualitas tenaga kerja dan keniscayaan hadirnya disruptif teknologi, merupakan tantangan yang harus dihadapi tenaga kerja Indonesia yang 60 persennya masih didominasi lulusan SD-SMP,” ungkap Hadi.

Dalam Seminar Nasional yang mengambil tema ‘Keadilan Sosial dan Tantangan Ketersediaan Lapangan Kerja di Indonesia" hadir empat pembicara lainnya yaitu Greg Chen (Komite Regulasi dan Hubungan Kelembagaan Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO), Anis Hidayah (Aktivis Migrant Care), Muhamad Reza (CEO Toleap Inkubator Bisnis), dan Umar Juoro (Dewan Pakar The Habibie Center).(adv/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Kemnaker Perbanyak Jumlah Tenaga Kerja Bersertifikasi


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag
Kemnaker  

Terpopuler