jpnn.com, WASHINGTON - Amerika Serikat (AS) menambahkan tekanan terhadap Palestina. Minggu (16/9) pemerintahan Presiden Donald Trump mencabut visa istri dan dua anak Husam Zomlot. Sebelumnya, Zomlot yang menjabat Dubes Palestine Liberation Organization (PLO) sekaligus kepala delegasi PLO di AS juga kehilangan visa.
"Ini bertentangan dengan norma diplomatik," ujar Zomlot kepada Reuters.
BACA JUGA: Idealisme New York Times Menunggu Tipping Point
Menurut dia, perseteruan politik tidak boleh melibatkan anak-anak, pasangan, dan keluarga seorang diplomat. Tapi, AS melanggar aturan tersebut.
Berita buruk tentang visa Zomlot dan keluarganya tersebut muncul pekan lalu. Saat itu Departemen Luar Negeri AS memanggil dua pegawai kedutaan PLO. Dalam pertemuan formal tersebut, AS menginformasikan bahwa visa Zomlot dan keluarganya dianggap tidak valid. Sebab, tidak ada lagi delegasi resmi PLO di AS.
BACA JUGA: Bagi Trump, Membantu Palestina Adalah Perbuatan Sia-Sia
Rencananya AS menutup kantor perwakilan diplomatik PLO di Washington bulan depan. Terkait hal itu, Washington mencabut visa para diplomat PLO. Apabila tetap ingin tinggal di AS, diplomat bersangkutan dan keluarganya harus mengubah status keimigrasiannya.
Bukan hanya visa yang dicabut, dua anak Zomlot pun kehilangan hak untuk mendapat pendidikan. Pekan lalu Zaid dan Alma yang masing-masing berusia 7 dan 5 tahun dikeluarkan dari Horace Mann Elementary School, Washington.
BACA JUGA: Sepertinya Kanye West Serius Banget Pengin Jadi Presiden AS
Kondisi itu memaksa keluarga Zomlot pulang kampung. Mereka kembali ke Palestina meski masa berlaku visa mereka seharusnya baru berakhir pada 2020.
Yang lebih parah, AS juga membekukan rekening bank milik seluruh delegasi PLO di wilayahnya. "AS berusaha menekan dan mengancam penduduk Palestina ke level yang lebih ekstrem," ujar anggota Komite Eksekutif PLO Hanan Ashrawi kemarin (17/9).
Dia menegaskan, tindakan pemerintah AS itu seperti balas dendam yang penuh dengan kedengkian. Mereka seakan tak cukup puas dengan rencana untuk menutup kantor perwakilan PLO saja. Hukuman lainnya terus dijatuhkan untuk menekan Palestina.
Bulan lalu AS juga menghentikan semua bantuan untuk pengungsi Palestina. Jika tidak mau kelaparan, Palestina harus mau kembali ke meja perundingan. Sejak AS mengakui Jerusalem sebagai ibu kota Israel, Palestina memboikot semua upaya damai. Sebab, AS sudah tidak netral. (sha/c10/hep)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Obama Menyerang, Trump: Maaf, Saya Ketiduran
Redaktur & Reporter : Adil