Rhoma Irama Siap Dipenjara

Sabtu, 04 Agustus 2012 – 06:10 WIB
Rhoma Irama menyampaikan ceramah dalam acara BNI Berbagi dan buka puasa bersama anak yatim di mesjid raya Bogor, Jumat(3/8). Foto : Sofyansyah/Radar Bogor/JPNN
BOGOR - Raja dangdut Rhoma Irama mengaku tidak pernah menyangka ceramahnya di Masjid Al Isra, Tanjung Duren, Jakarta pada Minggu (29/7/) menuai kontroversi. Rhoma berkilah, ajakan memilih pemimpin yang seiman bukanlah sebuah kampanye hitam. Meskit tersudut, Rhoma menegaskan, dirinya siap menanggung konsekuensi atas tudingan ceramah SARA-nya itu. Bahkan masuk bui sekalipun.

“Saya tegaskan bahwa saat menyampaikan ceramah itu hanya menyampaikan ayat yang tertuang di Alquran. Saya siap menerima konsekuensi (penjara, red),” ujar ayah Ridho Irama itu usai mengisi Tablig Akbar di Masjid Raya, Jalan Pajajaran, Jumat (3/8).

“Saya siap dengan apa pun hasilnya karena saya rasa tidak memojokkan atau berpihak pada suatu kubu mana pun,” ujarnya kepada Radar Bogor (JPNN Group).

Rhoma mengingatkan bahwa ceramahnya dalam kapasitas sebagai seorang ulama, bukan bagian tim kampanye pasangan Foke-Nara. Namun dia tidak menampik banyak warga yang menyangka dirinya adalah bagian dari tim kampanye Foke. Itu mengingat, hampir di setiap kesempatan kampanye Foke-Nara, Rhoma tak pernah absen mendampinginya. Bahkan, sang raja dangdut ini sempat muncul dalam iklan kampanye Foke-Nara.

“Saya bukanlah bagian dari tim kampanye pasangan Foke-Nara, apalagi juru kampanye, saya tidak memihak siapa pun,” kilahnya.

Menurut dia, apa yang disampaikan dalam isi ceramahnya tidak termasuk unsur SARA. Sebab, hal itu disampaikan dalam wadah Islam dan hanya kepada umat Islam. “Saya ceramah di hadapan umat muslim bukan nonmuslim,” tukasnya.

Rhoma tak menghadiri panggilan Panwaslu terkait kontroversinya itu. Rhoma beralasan, ada undangan tausiah dan sudah terjadwal, sehingga tidak memenuhi panggilan tersebut. “Saya tidak mangkir, acara ini jauh sebelum isu SARA tersebut, jangan dilebih-lebihkan,” ungkapnya sambil menghindari wartawan.

Menyikapi tudingan kampanye hitam yang dilancarkan Rhoma Irama, Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Bogor, K H Dr Ahmad Mukri Aji tak mau bersikap reaktif. Kepada Radar Bogor, Mukri memaparkan, pernyataan berbau SARA yang dicetuskan raja dangdut tersebut meski disikapi dengan arif.
   
Menurutnya, jika pernyataan itu lebih mengarah pada tujuan untuk menghina, sudah tentu hal itu salah dan masuk dalam pencemaran nama baik. Akan tetapi, jika hal tersebut bertujuan untuk memberikan pembekalan kepada umat untuk dapat memilih sosok seorang pemimpin beragama yang jelas, hal itu tidak menjadi suatu masalah, mengingat hal itu merupakan kewajiban seorang mubaligh.
   
“Kalau motivasinya untuk menghina itu tidak benar. Tapi kalau motivasinya untuk men-charge umat agar memilih pemimpin yang Islam itu tidak masalah. Itu kewajiban ulama sebagai mubalig,” paparnya,
   
Ahmad menyatakan, tindakan yang dilakukan oleh Rhoma Irama pada kesempatan itu tidak menjadi masalah. Mengingat yang dilakukan Rhoma Irama pada saat itu adalah sedang berceramah di dalam sebuah masjid yang di dalamnya merupakan umat Islam.
   
“Pemimpin itu harus Islam kalau untuk umat Islam. Kalau umat yang lain tidak apa-apa. Pemimpin itu wajib Islam mengingat mayoritas penduduk Indonesia mayoritas Islam,” ungkapnya kepada Radar Bogor. (ram)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Jokowi Bantah Umroh untuk Pencitraan

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler