"Selama ini yang saya sampaikan di masjid-masjid itu bukan kampanye. Kami berdakwah, karena mungkin penilaiannya Panwaslu berkampanye," kata Rhoma kepada wartawan usai menjalani pemeriksaan di kantor Panwaslu DKI, Senin (6/8).
Rhoma menjelaskan, dirinya selaku ulama wajib mengingatkan ajaran Islam kepada umat termasuk dalam memilih pemimpin. Ajaran Islam memerintahkan umatnya untuk memilih pimpinan yang seiman. Ia menambahkan, dirinya sama sekali tak berniat untuk menghina agama lain.
"Dalam konteks memilih pemimpin, Allah melarang dengan tegas. Kita dilarang Allah untuk memilih yang nonmuslim dan ini perlu saya sampaikan karena sanksinya berat. Menjadi musuh Allah mendapat azab di akhirat nanti. Kalau saya nggak sampaikan berdosa saya," paparnya.
Berdasarkan alasan tersebut, Rhoma menilai dirinya tak perlu meminta maaf kepada pasangan calon Jokowi-Ahok. Ia juga menilai tak perlu dilakukan islah karena tidak ada permusuhan dengan pasangan cagub pemenang Pilkada DKI putaran satu itu. Rhoma mengaku sangat menghormati pasangan cagub Jokowi-Ahok.
"Oleh karena itu saya tidak perlu meminta maaf kepada kelompok Jokowi-Ahok karena saya merasa tidak berbuat salah. Kedua, kita nggak perlu islah, karena kita nggak bermusuhan," ujar salah satu juru kampanye pasangan cagub Foke-Nara ini.
Lebih lanjut, Rhoma menghimbau agar isu SARA dalam Pilkada DKI jangan sampai menimbulkan gesekan antara umat muslim dan nonmuslim. Ia menilai, arahan untuk memilih pemimpin yang seiman adalah hal yang wajar. Ia mengaku tidak keberatan apabila warga Jakarta yang nonmuslim diarahkan untuk memenangkan Jokowi-Ahok.
"Barangkali Ahok mengatakan kepada umatnya harus memilih China Kristen, so what? Itu sah-sah saja, itu bukan SARA. Jangan sampai terjadi benturan antara muslim dengan nonmuslim," pungkasnya. (dil/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Gatot Dituding Jadikan Inalum Ajang Kampanye
Redaktur : Tim Redaksi