Hal ini terungkap dari rekaman video ceramah Rhoma yang diperoleh JPNN. Video berdurasi 7 menit itu berisi potongan-potongan ceramah Rhoma di Masjid Al Isra yang menyinggung SARA. Video serupa telah dikantongi Panwaslu DKI Jakarta sebagai alat bukti dugaan pelanggaran pemilu yang dilakukan sang Raja Dangdut.
Dari video diketahui bahwa Rhoma memulai ceramahnya dengan seruan kepada jamaah masjid untuk tidak memilih pemilih non muslim. Ia menggunakan dalil ayat kitab suci untuk menyerukan ajakan agar tidak memilih pemimpin non muslim.
"Kalau memilih pemimpin yang non muslim maka sanksinya adalah mendapat azab dari Allah SWT," kata Rhoma di hadapan jamaah masjid.
Kemudian Rhoma melanjutkan ceramahnya dengan memaparkan latar belakang suku dan agama dua pasangan cagub dalam Pilkada DKI 2012 yakni Jokowi-Ahok dan Foke-Nara. Ustadz selebritis itu menegaskan bahwa materi berbau SARA yang dibicarakannya sah dan diperbolehkan menurut Ketua Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP), Jimly Asshiddiqie.
"Menggunakan yang namanya SARA diperbolehkan oleh yang namanya Dewan Pembina KPU, Prof dr Jimly Asshiddiqie. Kenapa? karena ini zaman keterbukaan, karena ini zaman demokratisasi tidak boleh ada yang ditutup-tutupi. Rakyat, umat harus dijelaskan siapa calon pemimpin mereka, maka SARA dibenarkan," papar musisi yang dijuluki Satria Bergitar tersebut.
Rhoma mengungkapkan bahwa pasangan Foke-Nara adalah muslim tulen. Sedangkan, Jokowi meski muslim tetapi latar belakang keluarganya adalah non muslim seperti Ahok. Rhoma juga menegaskan bahwa Foke-Nara adalah orang Betawi, sementara saingannya bukan warga Betawi alias pendatang.
"Fauzi Bowo muslim, Nachrowi muslim. Fauzi Bowo Betawi, Nachrowi Betawi. Harus jelas, ini jaman keterbukaan. Calon kedua, Jokowi sama Ahok. Jokowi muslim tapi orangtuanya Kristen, suku bangsanya Jawa. Ahok suku bangsanya Cina, agamanya Kristen. Ini harus dijelaskan bahwa siapa pemimpin agar kita memilih pemimpin tidak seperti beli kucing dalam karung," ucap Rhoma dalam ceramah yang juga dihadiri oleh cagub Fauzi Bowo.
Rhoma menambahkan bahwa Jokowi hanya batu loncatan yang digunakan Ahok untuk memimpin Jakarta. Menurut pendiri Soneta Grup itu, Jokowi tidak akan selamanya menjadi gubernur. Apabila masa jabatan Jokowi habis maka Ahok akan melanjutkan kepemimpinan di ibukota.
"Yang namanya Jokowi ini hanya batu loncatan saja. Oke, ia menyelesaikan beberapa periode sebagai gubernur tapi setelah beliau siapa yang jadi gubernur? Ahok. Kalau sudah Ahok yang menjadi gubernur di Jakarta, ibukota Indonesia, maka martabat bangsa tergadaikan, citra bangsa tercabik-cabik," tegas pria peraih gelar profesor musik dari Northern California Global University, Amerika Serikat itu.
Di akhir ceramahnya, Rhoma meminta jamaah Masjid Al Isra untuk menyebarluaskan peringatan yang disampaikannya kepada seluruh umat muslim di Jakarta. Ia juga kembali mengingatkan jamaahnya bahwa memilih pemimpin adalah bagian dari ibadah.
"Memilih pemimpin bukan hanya soal politik, tapi sudah termasuk ibadah," pungkas Rhoma sambil melafalkan ayat-ayat kitab suci. (dil/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Sultan Tunggu Pinangan Parpol untuk Nyapres
Redaktur : Tim Redaksi