JAKARTA – Pengamat Politik dari Universitas Indonesia (UI), Profesor Iberamsjah, menegaskan, kisruh internal di tim sukses pasangan Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli jelas merugikan dan berpengaruh pada konsolidasi untuk memenangi putaran kedua Pemilukada DKI Jakarta 20 September nanti. Kubu pasangan calon yang dikenal dengan duet Foke-Nara itu pun dianggap akan semakin sulit berasing dengan Joko Widodo-Basuki T Purnama.
“Jelas itu (berpengaruh negatif). Sekarang itu dibutuhkan soliditas tinggi. Ibarat berlari (Foke) itu sudah tertinggal. Bagaimana mau mengejar ketinggal sembilan persen (perolehan suara), kalau tidak kompak? Tidak akan bisa,” kata Iberamsjah saat dihubungi JPNN, Rabu (18/7).
Menurutnya, tim pemenangan Foke harus tetap dalam kondisi soliditas tinggi dengan melupakan kekalahan dan merancang strategi baru untuk bergerak dari sekarang. “Tidak bisa nunggu-nunggu saja,” tegasnya.
Saat ditanya apakah tim sukses Foke-Nara harus dirombak, Iberamsjah menegaskan itu mungkin saja dilakukan bila memang dianggap perlu. “Kalau ganti strategi, ganti tim lagi, atau menambah atau mengganti tim,” kata Iberamsjah.
Karenanya Iberamsjah menegaskan, pasangan Foke-Nara harus bekerja ekstra-keras. Mengingat hasil Pilkada putaran pertama Jokowi memperoleh 43 persen lebih suara, sedangkan Foke hanya 33 persen. “Nah, makanya harus kencang berlari. Harus kerja keras, stamina harus ditambah. Kekencangan harus dipacu terus,” ujar Iberamsjah.
Bagaimana peluang kedua calon di putaran kedua nanti? Lagi-lagi Iberamsjah menegaskan semua tergantung dari kerja tim sukses. Dia juga mengingatkan, Jokowi dan tim suksesnya jangan merasa aman kendati sudah menang di putaran pertama.
“Kan hasilnya tidak ada yang mencapai 50 plus satu. Kemungkinan (Jokowi) kalah masih ada. Kalau nanti tiba-tiba Jokowi mandek di 43 persen dan Foke bisa mengejar dan mencapai 51 persen, maka Foke masih bisa menang,” bebernya.(boy/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Golkar Pilih Pertahankan Tersangka Suap Proyek Al Quran
Redaktur : Tim Redaksi