jpnn.com - HANOI - Sejak AFF Suzuki Cup digelar dari tahun 1996 alias 9 kali perhelatan, Indonesia belum pernah menjadi juara. Singapura masih menjadi kolektor terbanyak di ajang dua tahunan ini, dengan 4 kali juara. Merah Putih hanya berhasil menjejak 4 kali final (2000, 2002, 2004 dan 2010).
Menyikapi ini, Arsitek Timnas Alfred Riedl punya pendapat. "Saya pikir alasan terbesar di masa lalu adalah kurangnya disiplin," ujar Riedl, seperti dilansir dari ESPN, Rabu (19/11).
BACA JUGA: Di Maria Diragukan Tampil Lawan Arsenal
Pelatih asal Austria itu menilai, mayoritas pemain di Indonesia sangat sulit menghormati sebuah pertandingan juga beserta perangkatnya (wasit). "Ketika Anda melihat liga di sini, kadang-kadang sangat sulit, bahkan brutal. Cuma sedikit rasa hormat terhadap lawan atau wasit. Ketika datang ke tim nasional, saya ingin memiliki disiplin dan saya tidak akan memilih pemain tanpa itu. Saya ingin pemain dan penggemar untuk melihat sepakbola yang baik dan sepakbola bersih," jelas Riedl.
Riedl mencontohkan, final Indonesia Super League yang diwarnai kartu merah. "Lihat saja (Indonesia) Liga Super akhir pekan lalu. Ada satu kartu merah, tapi seharusnya ada empat. Wasit takut untuk memberikan kartu merah merah kedua, takut ada perkelahian. Apa yang terjadi di sini di liga tidak normal dan saya khawatir tentang masa depan sepakbola Indonesia. Ada kewajiban bersama untuk menghentikan kebrutalan di liga," tandasnya.
BACA JUGA: Jika Masuk Final AFF, Timnas Dijanjikan Bonus Sebulan Gaji Menpora
Kini di AFF Suzuki Cup 2014, tim yang dia bawa datang dengan mengusung target meraih mahkota, yang tak pernah direngkuh. Meski dengan persiapan minim, dan kondisi fisik pemain yang belum berada di rata-rata peak secara umum, Riedl mengaku cukup nyaman karena semangat tim.
"Bagaimanapun, saya pikir sekarang saatnya, sekali dan untuk semua, untuk kita mengangkat trofi," tutur Riedl. (adk/jpnn)
BACA JUGA: Messi Mulai Bicara Hengkang dari Barcelona
BACA ARTIKEL LAINNYA... Timnas Disambut Hangat di Bandara Noi Bai
Redaktur : Tim Redaksi