Rina tak Setuju Menjurus Fisik

Minggu, 01 Januari 2012 – 00:04 WIB

PERTENGAHAN 2010, komedian Rina ‘Sinden’ memutuskan hengkang dari program TV Opera Van Java. Padahal dia sudah sebelas bulan bergabung dan cukup menyegarkan salah satu acara komedi favorit pemirsa itu. Ternyata alasan wanita bernama lengkap Nirina Permata Putri ini hengkang karena gerah dengan lawakan yang menjurus kekerasan fisik.

"Awalnya sih nggak tapi lama-kelamaan kok menjadi. Akhirnya ikut kebawa, tapi hanya untuk orang-orang yang sudah akrab. Dulu sama senior aku nggak berani,” ungkap Rina.

Alhasil, Rina jadi menganggap wajar pemanggilan pelawak oleh KPI gara-gara kasus Olga. Katanya, pelawak harus berani mempertanggungjawabkan perbuatannya terlepas pro kontra lucu atau tidak. “Pelawak itu butuh kesadaran tinggi dan punya beban public figure. Segala tindakan perlu ada konsekuensinya. Aku pikir KPI wajar panggil mereka,” tuturnya.

Pemain film komedi horor Sehidup Tak Semati ini kembali menyesalkan gaya lawakan sekarang yang cenderung ekstrim. Tak heran kalau para pelawak belakangan sering kesandung masalah.

“Budaya lawakan berubah. Mulai lawakan ala kampus (era Warkop), jadi lawakan verbal (era Jayakarta Grup), hingga lawakan nyela sampai pukul-pukulan (era sekarang). Untungnya pakai styrofoam. Coba kalau asli, pelawak pada benjol semua dong, hehehe...”

Finalis Audisi Pelawak TPI perdana ini sepakat bahwa pasar atau pemirsa mempengaruhi jenis lawakan. Ditambah lagi kesukaan publik akhir-akhir ini akan informasi sarat kekerasan. Hal itu lantas ditiru pelawak dalam bekerja.

“Masyarakat kita terbiasa lihat celaan sampai pukul-pukulan. Diadopsi jadi gaya lawakan. Nah sekarang dibalikin, tergantung selera penonton. Kita lihat acara lawak kayak gitu masih ramai penonton. Kalaupun yang nggak suka, aku yakin bisa dihitung. Selera publik seragam,” terangnya. 

Namun Rina minta pelawak tak takut kalau sewaktu-waktu dipanggil KPI atau ditegur masyarakat. Itu konsekuensi pekerja hiburan. Pelawak sama saja dengan artis lainnya. “Tapi lihat dulu ada apa dibalik pemanggilan. Kalau alasannya baik, why not. Tapi kalau macem-macem, what happen.”

Suka tidak suka, istri pengusaha Sonny Sriwijaksono ini bilang pelawak terikat aturan, nggak bisa bebas. “Mesti ada batasan, dibarengi kreatifitas cari bahan lawakan. Itu wajar biar pelawak nggak dianggap sebelah mata, apalagi dicap perusak mental bangsa,” tuntasnya. (INS)
BACA ARTIKEL LAINNYA... April Jasmine Ketagihan Dipijat Solmed


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler