jpnn.com, WASHINGTON - Perusahaan-perusahaan Tiongkok tidak menurunkan harga produk mereka untuk mengimbangi tarif tambahan yang diterapkan Amerika Serikat (AS). Justru perusahaan serta konsumen Amerika yang menanggung biaya tambahan tersebut.
Demikian menurut sebuah penelitian baru oleh Federal Reserve Bank of New York, salah satu dari 12 bank regional dalam sistem perbankan sentral AS yang dikenal sebagai "The Fed".
BACA JUGA: Kapal Perang Amerika Masuk Laut China Selatan, Tiongkok: Hati-Hati Kecelakaan
"Secara tahunan, pendapatan tarif AS kurang lebih USD 40 miliar dolar AS (Rp 564 triliun) lebih tinggi pada kuartal ketiga tahun ini dibandingkan kuartal kedua 2018, sebelum tarif tambahan diterapkan pada impor produk Tiongkok," ungkap penelitian yang dirilis Senin (25/11) tersebut.
Penelitian itu menemukan bahwa harga barang impor dari Tiongkok tampak tidak terpengaruh oleh tarif tambahan. Artinya perusahaan-perusahaan Tiongkok tidak menurunkan harga produk mereka untuk mengimbangi tarif tersebut.
BACA JUGA: Amerika: Tiongkok Berlagak Seperti Bully di Laut China Selatan
Menurut penelitian tersebut, harga barang-barang dari Tiongkok jatuh hanya 2 persen dalam kurs dolar antara Juni 2018 hingga September 2019. Ini menunjukkan bahwa penurunan hanya merupakan bagian kecil dari jumlah yang diperlukan untuk mengimbangi kenaikan tarif.
Selain itu, harga barang-barang yang dibeli dari Meksiko dan sejumlah perekonomian industrialisasi baru, seperti Korea Selatan dan Singapura, juga turun dengan jumlah kurang lebih sama, yang menunjukkan bahwa penurunan kecil ini merupakan hasil dari kondisi pasar umum alih-alih kenaikan tarif, papar penelitian itu.
BACA JUGA: Panas Lagi, Amerika Berlakukan Wajib Lapor untuk Diplomat Tiongkok
Stabilitas berkelanjutan pada harga barang impor dari Tiongkok ini mengimplikasikan bahwa justru perusahaan dan konsumen Amerika yang harus membayar pajak tarif tersebut, menurut kesimpulan penelitian itu.
Siapa yang membayar pajak tarif tersebut bergantung pada bagaimana pajak itu dibagi antara margin laba yang lebih rendah untuk pihak grosir, penjual eceran, maupun produsen dan harga yang lebih tinggi untuk konsumen, sebut penelitian itu, yang menambahkan bahwa sulit untuk memperkirakan pembagian tersebut.
Defisit perdagangan barang AS menyusut menjadi 66,5 miliar dolar AS pada Oktober karena impor mengalami penurunan, tunjuk data dari Biro Sensus AS pada Selasa (26/11).
Kalangan analis mengatakan penurunan besar pada impor bulan lalu dapat mencerminkan dampak tarif baru AS pada produk impor dari Tiongkok.
Robert Kaplan, Presiden Federal Reserve Bank of Dallas, menyampaikan dalam wawancara dengan CNBC pada Selasa lalu bahwa dia memperkirakan pertumbuhan ekonomi AS akan "melemah" pada kuartal keempat tahun ini karena perusahaan memangkas inventaris mereka "akibat ketidakpastian perdagangan." (Xinhua/ant/dil/jpnn)
Redaktur & Reporter : Adil