JPNN.com

Riset Terbaru USU Perkuat Deretan Bukti Ilmiah, BPA Tidak Terdeteksi pada AMDK

Senin, 10 Februari 2025 – 14:30 WIB
Riset Terbaru USU Perkuat Deretan Bukti Ilmiah, BPA Tidak Terdeteksi pada AMDK - JPNN.com
Kelompok Studi Kimia Organik Universitas Sumatera Utara (USU) telah melakukan penelitian independen untuk meneliti luruhan BPA. Foto: supplied

jpnn.com, MEDAN - Kelompok Studi Kimia Organik Universitas Sumatera Utara (USU) telah melakukan penelitian independen untuk meneliti luruhan Bisphenol-A (BPA) pada empat merek air minum dalam kemasan (AMDK) galon lokal maupun nasional terpopuler di Kota Medan, Sumatera Utara.

Guru Besar Kimia Organik, Fakultas Matematika, dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara (FMIPA USU) selaku Ketua Tim Peneliti Prof Juliati Tarigan mengatakan di dalam semua sampel air galon polikarbonat yang diteliti, baik yang terpapar ataupun tidak terpapar sinar matahari, tidak terdeteksi adanya luruhan atau migrasi BPA.

BACA JUGA: Penelitian Terbaru USU: BPA Tak Terdeteksi pada AMDK yang Terpapar Sinar Matahari

Untuk itu, masyarakat tidak perlu khawatir untuk mengonsumsi air minum kemasan galon, karena merek-merek terpopuler di Kota Medan terbukti aman untuk dikonsumsi.

Temuan ini juga membantah anggapan bahwa migrasi BPA dari galon berbahan polikarbonat dapat terjadi jika kemasan terpapar sinar matahari.

BACA JUGA: Galon Bening AMDK jadi Pilihan Pasar Indonesia

“Meskipun galon didistribusikan pada siang hari, migrasi BPA ke dalam air minum tidak akan terjadi apabila suhu tidak mencapai 159 derajat Celcius. Sementara itu, suhu tertinggi yang tercatat di Indonesia hanya mencapai 38,5 derajat Celcius,” kata Prof Juliati.

Prof Juliati menjelaskan secara sifat kimiawi, BPA memiliki titik leleh pada suhu 159 derajat Celcius. Hal ini menunjukkan bahwa BPA dalam kemasan polikarbonat hanya dapat luruh pada suhu yang sangat tinggi, hingga di atas suhu 159 derajat Celcius.

BACA JUGA: Pilih Kemasan Galon AMDK PC atau PET? Ini Kelebihan & Kekurangannya Menurut Pakar

Selain itu, BPA memiliki kelarutan yang sangat rendah dalam air, jadi kemungkinan larut dari kemasan galon polikarbonat ke dalam air minum yaitu sangat kecil.

Prof. Juliati mengatakan sampel dikumpulkan dari empat merek air minum dalam kemasan galon guna ulang berbahan polikarbonat (PC) yang umum dan populer ditemukan di Medan.

Keempat sampel tersebut terdiri dari dua merek produk AMDK nasional terpopuler, yaitu AQUA dan Prima, serta dua sampel merek lokal, yaitu Amoz dan Himudo.

Masing-masing merek diambil tiga sampel dari titik distribusi yang berbeda. Sampel diambil pada tiga kondisi penyimpanan, yaitu kondisi normal atau tidak terpapar matahari langsung, serta kondisi dengan paparan sinar matahari langsung selama 5 dan 10 hari.

“Pengujian kami lakukan secara triplo atau dilakukan dengan menggunakan tiga sampel atau pengujian tiga kali. Sangat penting dilakukan pengujian secara triplo pada sampel pangan agar data pertama dapat dibandingkan dengan data kedua atau ketiga, sehingga hasil akhir yang diperoleh menjadi lebih akurat,” kata Prof. Juliati

Sampel diuji menggunakan alat ukur High-Performance Liquid Chromatography (HPLC) atau Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) yang merupakan instrumen yang sangat canggih untuk mendeteksi kandungan BPA dalam air hingga level mikrogram per liter (µg/L).

Sederet Penelitian telah Buktikan BPA Tidak Terdeteksi dalam Air Galon Pada tahun 2024, Kelompok Studi Polimer dari Institut Teknologi Bandung (ITB) telah melakukan penelitian independen mengenai keamanan dan kualitas air minum dalam kemasan (AMDK) pada empat merek air minum galon terpopuler berbahan polikarbonat di Provinsi Jawa Barat.

Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa tidak ada luruhan BPA yang terdeteksi pada semua sampel air minum galon yang diuji. Sementara itu, terdapat dua penelitian senada yang dilakukan di Makassar, Sulawesi Selatan.

Penelitian pertama dilakukan oleh Ketua Program Studi Studi Kimia Universitas Islam Makassar Endah Dwijayanti yang berjudul “Analisis Bisphenol-A dan Di-ethylhexyl Phthalates dalam Air Galon Yang Beredar di Kota Makassar”.

Penelitian ini diterbitkan dalam Food Scientia, Journal of Food Science and Technology, Universitas Terbuka pada Juni 2023. Hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh sampel air minum yang diuji bebas dari zat berbahaya dan tidak terdeteksi adanya senyawa BPA.

Penelitian kedua dilakukan oleh Ir. Gusnawati, Dosen Program Studi Teknik Kimia, Fakultas Teknologi industri Universitas Muslim Indonesia (UMI) dengan judul "Analisis Migrasi Cemaran Bisphenol-A (BPA) Kemasan Plastik Polikarbonat (PC) pada Produk Air Minum dalam Kemasan Galon di Wilayah Kota Makassar".

Penelitian ini dipublikasikan di Jambura, Journal of Chemistry, Universitas Negeri Gorontalo pada tahun 2023.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ditemukan BPA pada galon polikarbonat dengan kode No.7 yang disimpan di dalam maupun di luar ruangan selama tujuh hari.

Berbagai penelitian yang telah dilakukan di berbagai daerah di Indonesia tersebut telah menyatakan, tidak terdeteksi adanya luruhan BPA pada air minum dalam kemasan galon polikarbonat.

Dengan demikian, air minum dalam kemasan galon terbukti aman untuk dikonsumsi oleh masyarakat dan tidak menimbulkan risiko terhadap kesehatan. (rhs/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Pria Ini Memerkosa Wanita Korban Kecelakaan Lalu Lintas


Redaktur & Reporter : Rah Mahatma Sakti

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler