Risma

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Jumat, 04 Juni 2021 – 08:15 WIB
Tri Rismaharini. Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com - Semasa masih menjabat sebagai Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini beberapa kali menjadi berita gegara marah besar terhadap bawahannya sampai histeris.

Salah satu yang paling heboh adalah ketika pada 2014 Risma marah-marah karena taman bunga di sepanjang Jl Darmo rusak diinjak-injak masyarakat yang berebut es krim pada even car free day.

BACA JUGA: PDIP Cabut Dukungan, Bupati Alor yang Memaki Mensos Risma Ini Bereaksi, Simak Kalimatnya

Banyak video beredar menunjukkan temperamen Risma yang gampang meledak.

Di sebuah acara di televisi nasional Risma berteriak-teriak kepada anak buahnya yang dianggap tidak efektif dalam bekerja.

BACA JUGA: Respons Risma Terkait Video Viral Bupati Alor yang Marahi Pegawai Kemensos

Pada sebuah video lain, Risma yang sedang memberi sambutan pada sebuah upacara, marah besar dan turun dari podium menghampiri anak buahnya yang tidak memperhatikan pidatonya.

Beberapa aksi emosional Risma terjadi beberapa saat sebelum pensiun dari jabatan wali kota periode kedua, 2020.

BACA JUGA: Pascabadai Seroja, Risma Targetkan Pemulihan NTT Dikerjakan Bulan Ini

Saat-saat puncak penanganan pandemi, Risma viral saat menelepon seorang pejabat di Jakarta sambil menangis.

Ia mengadukan kesalahan pengiriman peralatan dari Jakarta yang seharusnya dikirim ke Pemkot Surabaya, tetapi "nyasar" ke Pemprov Jawa Timur.

Sudah menjadi rahasia umum bahwa hubungan Risma semasa menjadi wali kota tidak mesra dengan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa.

Bahkan, dengan Gubernur Soekarwo yang menjabat sebelum Khofifah, hubungan Risma juga tidak terlalu hangat.

Pernah juga dalam sebuah kesempatan audiensi penanganan pandemi dengan anggota IDI (Ikatan Dokter Indonesia) Surabaya, Risma tiba-tiba berdiri dan menghampiri salah seorang pengurus IDI dan bersujud di kakinya sambil menangis.

Beberapa kalangan menganggap sikap Risma ini lebay.

Namun, Risma tidak peduli. Ia mengatakan bahwa sikapnya itu spontan dan tidak dibuat-buat.

Ia dan timnya sudah bekerja ekstra keras untuk mengatasi dampak pandemi, tetapi masih disalahkan karena dianggap tidak berkoordinasi dengan IDI. Karena itu Risma menangis sambil bersujud di depan pengurus IDI Surabaya.

Di kalangan elite politik Surabaya sikap Risma ini sering diledek sebagai drakor alias drama Korea.

Beberapa anggota dewan juga menganggap sikap ini sebagai teatrikal yang berlebihan.

Namun, sikap Risma yang temperamental dan sumbu pendek itu sudah menjadi trade mark-nya di Surabaya.

Dengan gaya leadership seperti itu Risma sudah menjadi legend di Surabaya.

Beberapa waktu belakangan ini muncul kejadian yang bertolak belakang dengan kebiasaan Risma selama ini.

Kalau selama di Surabaya Risma sering marah-marah kepada anak buah, kali ini Risma, yang sudah naik pangkat menjadi menteri sosial, justru menjadi korban kemarahan seorang bupati.

Video yang viral di media sosial menunjukkan Bupati Alor, NTT, Amon Djobo mengumbar kemarahan terhadap dua orang staf kementerian sosial.

Bahkan dalam rekaman video itu terdengar makian kata-kata kasar yang ditujukan terhadap Mensos Risma.

Sang Bupati menyebut Risma merasa hebat semasa menjadi Wali Kota Surabaya, padahal bisanya hanya membikin taman dan menanam bunga.

Belum puas sampai di situ, Amon Djobo mengeluarkan kata-kata "menteri bodoh" dan membandingkan Risma dengan Khofifah, menteri sosial sebelumnya.

Bupati Alor marah karena bantuan sosial yang dikirim ke wilayahnya dianggap melangkahi kewenangannya sebagai kepala daerah, karena disalurkan melalui ketua DPRD setempat.

Risma menjelaskan bahwa ia tidak bermaksud mem-by pass bupati. Dia hanya ingin bantuan itu lebih cepat sampai kepada sasaran.

Mungkin seumur hidup baru sekarang Risma kena makian bodoh. Risma berusaha tenang.

Namun, DPP PDIP sebagai partai induk Risma tidak tinggal diam.

Risma adalah salah satu kader kebanggaan PDIP.

Bahkan Risma disebut sebagai anak emas Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri.

Kader-kader lain, mungkin, dianggap sebagai anak perak, anak perunggu Megawati.

Promosi Risma ke Jakarta sebagai menteri sosial sudah pasti tidak lepas dari bisikan Megawati kepada Jokowi.

Bahkan, belum apa-apa nama Risma sudah dimunculkan sebagai kandidat Gubernur DKI Jakarta menggantikan Anies Baswedan.

Pada hari-hari pertama bertugas menjadi menteri sosial, Risma masih melanjutkan kebiasan teatrikalnya seperti waktu masih di Surabaya.

Ia terjun ke bantaran sungai di belakang kantor kementerian di bilangan Salemba, dan berbicara dengan para penghuni bantaran.

Yang paling mencolok adalah ketika Risma menemui seorang gelandangan di Jl Sudirman. Aksi Risma ini viral di mana-mana, tetapi kemudian menjadi bumerang karena ada kecurigaan gelandangan itu settingan.

Selama ini Jl Sudirman dikenal steril dari gelandangan.

Maunya caper atau pansos, tetapi yang terjadi malah kena tampol di muka. Aksi teatrikal Risma itu terbongkar dan mendapat respons negatif dari netizen.

Sampai sekarang tidak terdengar lagi aksi-aksi Risma seperti itu.

Karena Risma sangat dekat dengan Mega, maka penghinaan terhadap Risma sama saja dengan menghina Megawati.

Karena itu kasus penghinaan oleh Bupati Alor direspons kilat oleh DPP PDIP.

Beberapa hari sebelumnya Mega baru saja mengungkit masalah petugas partai yang ditugaskan menjadi anggota legislatif maupun eksekutif, mulai dari kepala daerah, gubernur, sampai ke presiden.

Mega mengungkapkan istilah petugas partai pada 2014.

Ketika itu PDIP memberikan rekom Pilpres 2014 kepada Joko Widodo, gubernur DKI. Sebutan petugas partai beberapa waktu yang lalu diungkap kembali oleh Megawati.

Ia menegaskan bahwa semua kader PDIP yang bertugas di eksekutif maupun legislatif adalah kader partai.

Karena itu semua petugas partai harus tetap siap menjalankan garis kebijakan partai.

Mega dengan tegas mengatakan bahwa siapa pun kader yang tidak mau menjadi petugas partai harus out dari partai.

Megawati tidak menyebut nama secara spesifik.

Namun, banyak kalangan menyebut bahwa sebutan petugas partai itu ditujukan kepada Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo yang sedang terlibat persaingan panas untuk berebut tiket Pilpres 2024.

Ganjar yang lari cepat dengan popularitas yang tinggi di medsos dan lembaga survei dianggap "kemajon", terlalu maju dan terlalu berambisi menjadi capres. Karena itu Ganjar kena semprit.

Berdasarkan logika itu maka Risma pun adalah petugas partai yang ditugaskan menjadi menteri sosial yang harus menjalankan amanat partai.

Karena itu, ketika Risma dibodohkan oleh seorang bupati, maka petugas partai itu pun mendapat perlindungan dari partai.

DPP PDIP mengambil langkah cepat. Bupati Alor langsung kena kartu merah, dan dukungan dari PDIP kepada bupati dan wakil bupati Alor dicabut.

Memang, PDIP tidak bisa memecat atau memberi sanksi kepada bupati Alor. Namun, pencabutan dukungan itu akan menyulitkan langkah bupati untuk maju pada pilbup periode kedua.

Untuk sementara, muka Risma bisa terselamatkan. Namun, insiden Alor menunjukkan bahwa kinerja Risma di kementerian sosial tidak moncer-moncer amat, dan justru terlihat banyak bopeng. (*)

Simak! Video Pilihan Redaksi:


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler