SIDOARJO - Pendataan warga Surabaya yang ikut dalam penerbangan pesawat AirAsia QZ8501 terus dilakukan. Jika sebelumnya disebutkan ada 77 warga Surabaya, jumlah itu kini bertambah menjadi 81 orang. Semua data sudah terkumpul. Tinggal satu yang belum pasti, apakah masih berdomisili Surabaya atau tidak. Petugas linmas sudah mengecek nama Indah Diana.
Namun, sesuai dengan rumah yang tertera di dokumen, ternyata tidak ada orang yang bernama itu. Karena itu, pemkot masih memastikan apakah penumpang yang bersangkutan masih berdomisili di Surabaya atau tidak.
Wali Kota Tri Rismaharini menyatakan, data tersebut menjadi dokumen yang disiagakan. Dia yakin suatu saat data tersebut dibutuhkan. Salah satunya, pengurusan asuransi korban. ''Kalau administrasi siap, pencairan tidak lama,'' ucapnya saat mengunjungi posko Pemkot Surabaya untuk AirAsia di Terminal 2 Bandara Internasional Juanda kemarin.
Dia juga sudah menyebarkan data tersebut ke satuan kerja perangkat daerah (SKPD) serta dinas-dinas di Surabaya. Tujuannya, bila ada pengurusan dokumen atas nama korban tersebut, harus ada pelayanan khusus. Dengan begitu, keluarga korban lebih mudah mengurus hak-hak mereka. Salah satu dokumen yang dimaksud Risma itu adalah akta kematian. Mereka pasti butuh dokumen tersebut.
Sampai saat ini, belum ada kebijakan dari pemkot mengenai santunan untuk keluarga korban. Risma beralasan, maskapai tentu sudah mempersiapkan asuransi untuk mereka. Pemkot sementara hanya membantu dari aspek pendataan. ''Terkait kebijakan lain, masih menunggu,'' ujarnya.
Dari data tersebut, bisa pula diketahui anak-anak yang ditinggal orang tuanya pergi dengan pesawat tersebut. Data mereka dikumpulkan dan dipersiapkan untuk menghadapi segala kemungkinan. Kemarin, setidaknya dua kali Risma mengunjungi posko.
''Sebagai pimpinan daerah, sudah selayaknya melakukan ini. Berbaur dengan warga. Apalagi banyak penumpang pesawat ini yang dari Surabaya,'' tegasnya.
Di posko itu, Risma menemui para keluarga penumpang pesawat yang menanti perkembangan terkini. Dia mendengarkan cerita mereka. Posko pemkot tersebut diisi petugas dari dinas kesehatan, dinas kependudukan dan catatan sipil, serta dinas PMK.
Sementara itu, di antara 81 warga tersebut, terdapat sedikitnya 9 anak yang masih berstatus siswa di sekolah Surabaya. Dispendik Surabaya pun mengucapkan duka mendalam kepada keluarga. Kepala Dispendik Surabaya Ikhsan mengungkapkan, begitu mendengar musibah tersebut, pihaknya langsung mengecek apakah ada siswa-siswa Surabaya yang menjadi penumpang pesawat itu.
Sejatinya, kata Ikhsan, tercatat ada 16 penumpang usia anak sampai remaja. Namun, sementara yang berhasil diidentifikasi sebagai pelajar Surabaya baru sembilan siswa. ''Sebetulnya ada sepuluh. Namun, yang terakhir, datanya masih perlu dikroscek,'' ujarnya.
Dispendik telah menghubungi sekolah-sekolah yang siswanya menjadi korban dalam pesawat tersebut. Intinya, dispendik meminta sekolah mendampingi keluarga korban. Sekolah diminta memberikan bantuan yang diperlukan keluarga korban serta meneguhkan hati mereka.
Berdasar informasi, sembilan siswa yang menjadi penumpang AirAsia QZ8501 itu berasal dari berbagai sekolah. Rata-rata adalah siswa SD dan SMP. Belum diketahui pasti tujuan mereka terbang ke Singapura, apakah untuk berlibur atau kunjungan. Bagaimanapun, dispendik ikut berduka cita dan akan memantau perkembangan penanganan masalah tersebut.
Dispendik juga mengimbau sekolah-sekolah di Surabaya untuk tidak melakukan kegiatan ke luar kota selama libur panjang ini. Mereka pun telah mengeluarkan surat edaran untuk kepala sekolah per 22 Desember lalu. Intinya, melarang sekolah melakukan kegiatan bersama murid ke luar kota.
Kebijakan tersebut sejatinya berlaku sejak dua tahun lalu. Namun, kata Ikhsan, dispendik tidak berwenang melarang keluarga yang ingin menghabiskan waktu untuk berlibur ke luar kota.
Sementara itu, di kediaman Kapten Iriyanto, pilot yang membawa AirAsia QZ8501, tamu terus berdatangan. Ayah Iriyanto, Suwarto, 67, tiba di rumah Iriyanto di Pondok Jati, Sidoarjo, dari Jogjakarta sekitar pukul 02.00 kemarin (29/12). Dia beserta sanak keluarga bergegas ke Sidoarjo begitu mendengar putranya menjadi pilot pesawat yang hilang tersebut. ''Semoga anak saya selamat,'' kata Suwarto.
Dia menemui tamu yang terus berdatangan. Mereka memberikan dukungan moral kepada keluarga. Selain kerabat dari Jogja, keluarga RR Widiya Sukasi Putri, istri Iriyanto, dari Madiun turut datang. Beberapa teman dekat juga menyempatkan untuk berkunjung.
Di antara mereka, ada satu tamu istimewa. Minggu sekitar pukul 21.40, Komandan Pangkalan TNI-AU Surabaya Kolonel Penerbang Mujianto bertamu ke rumah Iriyanto. Dia datang bersama istri. Mujianto dan Iriyanto adalah teman seangkatan saat masih duduk di jenjang pendidikan penerbang TNI-AU.
Kapolsek Sidoarjo Kota Kompol Kurniawan Wulandono juga sedih ketika mendengar berita hilangnya pesawat AirAsia tersebut. Sebab, beberapa tahun silam, Iriyanto menjadi ketua RT di tempat tinggal Kurniawan. ''Begitu mendapat informasi dari Kapolsek Sedati, saya kaget,'' ungkap Kurniawan.
Dia menyatakan, Iriyanto adalah orang baik dan guyub. ''Karena itu, dia dipilih sebagai ketua RT,'' katanya. (riq/kit/laz/c5/ayi)
BACA JUGA: Dugaan AirAsia QZ8501 Jatuh 12 Mil dari Desa Kubu
BACA ARTIKEL LAINNYA... Yuddy: Kita Masih Sangat Butuh Dokter dan Perawat
Redaktur : Tim Redaksi