jpnn.com - JAKARTA - Menteri Koordinator Maritim dan Sumber Daya Rizal Ramli terus membongkar biang kerok penyebab dwelling time atau lamanya waktu bongkar muat di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta.
Menurut Rizal, banyak raja-raja kecil di Pelabuhan Tanjung Priok yang membuat arus keluar masuk barang dari pelabuhan memakan waktu, sehingga menyebabkan biaya membengkak. Masalah tersebut diperparah dengan koordinasi Pelindo II yang amburadul.
BACA JUGA: Golkar akan Punya Kantor Permanen di Kepulauan Seribu
"Koordinasi Pelindo II tidak bagus, jadi waktu sandar kontainer dan kapal sangat lama karena lapaknya dioper-oper ke raja-raja kecil di pelabuhan," ungkap Rizal di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Kamis (10/9).
Menurut hitungannya, satu kapal dengan bobot 5000 DWT biaya sewanya sebesar USD5000, sedangkan bobot 35.000 DWT bisa mencapai USD17 ribu. Nah biasanya kata Rizal tempat penitipan kontainer sengaja mengulur waktu agar bisa mendapatkan uang sewa yang lebih besar.
BACA JUGA: 1.059 Personel TNI Bantu Atasi Kebakaran Hutan di Sumsel
Harusnya, sambung Rizal, proses keluar masuk barang bisa lebih cepat bila tidak dikuasai oleh raja-raja kecil pemilik lapak kontainer. Dia lantas membandingkan dengan di luar negeri, dimana waktu untuk barang keluar masuk hanya memakan waktu 1,5 jam, sementara di Indonesia bisa mencapai 5-8 hari.
"Jadi yang diladeni pertama yang pertama datang, jangan lantas malah dioper. Ini admin Pelindo II nggak bisa urus ini. Ini waktu sandar kapal dibagi-bagi, biar lapak raja-raja kecil dapat jatah. Harus dibuat satu pintu nanti," tandas mantan menko perekonomian ini. (chi/jpnn)
BACA JUGA: Berstatus Terdakwa Karir OC Kaligis Berantakan, Ini Buktinya
BACA ARTIKEL LAINNYA... Khawatir Perekonomian Lumpuh, Satgas Asap Diminta Gerak Cepat
Redaktur : Tim Redaksi