"Kami dapat jawaban dari Dirjen Peternakan, katanya RNI tidak bisa melakukan impor karena kuota sudah habis. Sehingga kami tidak bisa membantu pemerintah untuk menstabilkan harga-harga bahan pokok yang melonjak," sesal Ismed kepada wartawan di kantornya, Kuningan, Jakarta, Rabu (20/3).
Ismed menyoroti selama tujuh bulan lebih negara tidak bisa menstabilkan harga daging sapi. "Ini sangat ironi, ketika kami berinisiatif membantu pemerintah, malah justru diberi jawaban kuota sudah habis. Di luar negeri saja harga daging sapi tidak semahal di Indonesia," jelasnya.
Sampai saat ini, imbuh dia, RNI belum mendapat jawaban yang pasti dari pemerintah, dalam hal ini Kementerian Perdagangan. Pun mengenai bawang putih dan kedelai yang belum mendapat kepastian soal kuota impor. "Kita sampai sekarang belum dapat jawaban soal kuota impor," terang Ismed.
Meski begitu, Ismed tegaskan bahwa pihaknya tak lantas berputus asa. "Kami tetap ingin secara mandiri membantu pemerintah, untuk bisa menstabilkan harga," tuturnya.
Sebelumnya Dirjen Peternakan mengatakan BUMN tidak memperoleh kuota impor daging dan sapi bakalan untuk periode 2013, dengan alasan kuota impor 80 ribu ton setara sapi hidup dan daging beku sudah habis didistribusikan kepada importir swasta.
"Dia (RNI) ngajukan usulan untuk sapi bakalan, kita nggak bisa karena sudah diputuskan. Kan sudah diatur di dalam Rakortas (rapat koordinasi terbatas), bahwa nggak bisa. Saat Rakortas sudah ditetapkan sekian kemudian disebutkan izin cuma sekali," tutur Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian, Syukur Iwantoro di Kantor Kementan Ragunan Jakarta, Jumat (1/3).
Menurutnya BUMN bisa saja memperoleh kuota impor daging dan sapi bakalan tambahan dengan syarat harus dibahas terlebih dahulu pada rakortas yang di ketua oleh menteri koordinator perekonomian. "Kita tunggu Rakortas saja," tutupnya. (chi/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Indonesia Butuh 72 Juta Ton Beras
Redaktur : Tim Redaksi