Roket Hamas Jangkau Ibu Kota Israel

RI Galang Dukungan di PBB Stop Perang

Jumat, 11 Juli 2014 – 06:59 WIB

GAZA - Saling serang antara militer Israel dan militan Palestina terus berlanjut hingga tadi malam. Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mewujudkan ancamannya untuk meningkatkan serangan udara ke Gaza dengan dalih menghancurkan kelompok pejuang Palestina yang rajin menembakkan roket ke wilayah Israel.
 
Militer Israel mengakui, mereka menghadapi lawan yang semakin kuat dan pantang menyerah. Salah satu buktinya adalah tembakan roket dari Palestina telah mencapai kota pantai Chadera di utara Tel Aviv, ibu kota Israel, sekitar 117 kilometer dari Gaza.

Itu adalah serangan roket dengan daya jangkau terjauh yang pernah dilakukan dari Palestina. Beberapa roket dari Palestina berhasil dihancurkan di udara oleh sistem pertahanan iron dome (kubah besi).
 
Berdasar data yang dirilis militer Israel kemarin, angkatan udara dan angkatan laut sudah menyerang 435 sasaran di Palestina sejak dimulainya operasi militer.

BACA JUGA: Obama Ucapkan Selamat Untuk Indonesia

Sebaliknya, kelompok militan Palestina yang dimotori Hamas menembakkan sekitar 225 roket. Sebanyak 40 roket dapat dihancurkan sistem penangkal udara Israel sebelum mencapai sasaran.
 
Salah satu serangan roket Israel pada Kamis tengah malam menghancurkan sebuah rumah di Beit Hanun. Komandan Jihad Islam Hafez Hammad meninggal dalam serangan itu, termasuk lima anggota keluarganya.

Beberapa menit setelah serangan Israel tersebut, kelompok militan Palestina membalas dengan menembakkan puluhan roket ke Tel Aviv dan Jerusalem. Sirene peringatan bahaya berbunyi beberapa kali dan orang-orang mencari perlindungan di ruang khusus.
 
Pihak Palestina menyatakan, jumlah korban meninggal karena konflik bersenjata Israel-Palestina meningkat menjadi 66 orang. Yang memilukan, di antara korban tewas tersebut ada 13 anak-anak. Bukan hanya itu, puluhan bangunan rusak gara-gara serangan tersebut.
 
Mantan Duta Besar Israel di Jerman Avi Primor mengatakan kepada harian Jerman Frankfurter Rundschau bahwa Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dan dinas rahasia Israel sebenarnya tidak setuju melakukan serangan darat ke Gaza. Sebab, itu "tidak akan menyelesaikan persoalan".
 
Tapi, kalangan garis keras di Israel seperti Menteri Luar Negeri Avigdor Liebermann dan Menteri Ekonomi Naftali Bennett melakukan "tekanan keras" dalam koalisi pemerintahan.

BACA JUGA: Israel Bombardir Utara Gaza, Sudah 88 Tewas

"Mereka adalah kubu fanatik yang tidak mau solusi politik. Kelompok moderat sudah tersingkir keluar," kata Primor.
 
Sementara itu, pemerintah Indonesia bereaksi keras atas aksi militer Israel ke jalur Gaza yang telah menewaskan puluhan orang. Tindakan tersebut dinilai sebagai hambatan baru untuk terciptanya perdamaian kedua negara.
 
Menteri Luar Negeri (Menlu) Marty Natalegawa menuturkan, aksi militer Israel itu telah menambah penderitaan rakyat Palestina di Gaza dan Tepi Barat. Dia menyebutkan, tindakan tersebut merupakan suatu collective punishment bagi rakyat Palestina.

"Tindakan Israel ini perlu ditentang," tegasnya saat menanggapi perkembangan serbuan Israel ke Gaza di Jakarta kemarin (10/7).
 
Menurut Marty, penjajahan Palestina oleh Israel itu harus segera diakhiri dengan perundingan perdamaian. Salah satu solusi yang bisa diambil adalah pencapaian visi kedua negara yang hidup berdampingan (two states solution).
 
Dalam hal itu, melalui perutusan tetap RI di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Indonesia akan bekerja sama dengan Palestina, sesama negara Gerakan Non-Blok (GNB), Organisasi Kerja Sama Islam (OKI), dan negara-negara lainnya dalam mendorong kepedulian internasional mengenai perkembangan di Gaza.

BACA JUGA: Belum Puas, Israel Isyaratkan Serang Gaza Lewat Jalur Darat

"Kami akan menekan Israel untuk segera menghentikan aksi kekerasan terhadap warga sipil Palestina di Gaza. Lingkaran kekerasan di kawasan perlu diakhiri," tandas mantan duta besar RI untuk PBB itu.
 
Terpisah, Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin menyampaikan kecaman keras atas penyerangan Israel yang mengakibatkan jatuhnya korban warga Palestina di Gaza. Din yang mengatasnamakan diri sebagai ketua Prakarsa Persahabatan Indonesia Palestina (PPIP) menyatakan, serangan brutal Israel tidak bisa ditoleransi dan harus mendapat respons pertentangan dari dunia internasional.

"Kami mewakili tokoh lintas agama mendesak organisasi internasional seperti PBB dan OKI untuk mengambil langkah-langkah nyata," ujar Din di kantor PP Muhammadiyah, Jakarta, kemarin.
 
Menurut Din, PBB sudah berkali-kali mengeluarkan resolusi yang mengecam serangan Israel ke Palestina. Bersamaan itu pula, unsur masyarakat di Palestina seperti PPIP juga menyampaikan desakan penyelesaian berupa kemerdekaan Palestina.

PPIP, ujar Din, akan kembali menggalang dana untuk disampaikan langsung kepada pemerintah Palestina. "Pemerintah Indonesia yang baru harus tetap mendorong untuk dilakukan keberpihakan terhadap Palestina," ujarnya.
 
Sementara itu, kecaman serupa datang dari LSM Kontras. Kontras menilai serangan tersebut merupakan tindakan brutal dalam pelanggaran HAM. "Kami berada di pihak korban sipil, bukan atas nama agama tertentu. Hamas dan militer Israel harus segera menghentikan pertumpahan darah tanpa penundaan lebih lanjut," ujar Koordinator Kontras Haris Azhar kemarin.
 
Kontras menuntut pemerintah Indonesia untuk segera bertindak dan ikut ambil bagian dalam meredakan konflik tersebut. Caranya, antara lain, membentuk misi pencarian fakta untuk membuat laporan kerusakan, jumlah korban, dan pelanggaran HAM lainnya. Hasilnya bisa dijadikan pijakan untuk melakukan langkah lebih lanjut.
 
Kontras juga meminta pemerintah Indonesia menjadi mediator antara kedua negara tersebut.

"Tapi, tetap mengedepankan two states solution," tambahnya. Pertimbangan utamanya adalah hubungan baik antara Indonesia dan Palestina yang terjalin sejak puluhan tahun lalu. (mia/bay/byu/AP/AFP/c10/kim)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Partisipasi Masyarakat di Pilpres Tinggi, Obama Memuji


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler