MERABA payudara dalam arti pemeriksaan kesehatan sangat baik jika rutin dilakukan. Apabila terasa nyeri atau terasa benjolan di sekitar payudara dan ketiak, lalu keluar cairan dari puting, perubahan warna yang tidak semestinya, bentuknya asimetris, kulitnya berkerut dan puting terasa tertarik, maka perlu diwaspadai bahwa payudara tidak sehat. Hal tersebut disampaikan dr Haris Hayat SpB dari Siloam Hospitals Balikpapan.
Ia melanjutkan, faktor yang memicu terjadinya kanker payudara antara lain kebiasaan merokok, obesitas atau berat badan berlebih, diet dengan makanan tidak sehat, minuman beralkohol, dan polusi. Perubahan sel normal, lanjut Haris, menjadi tumor melalui beberapa tahap, seperti ultraviolet dan radiasi ionisasi yang dihasilkan dari polusi udara. Selain itu asbes, rokok, tembakau, makanan, dan minuman yang terkontaminasi. Disebabkan juga oleh infeksi usia rata-rata pria maupun wanita.
“Hindarilah faktor tersebut, khususnya kebiasaan merokok dan kelebihan berat badan, dengan vaksinasi oleh spesialis yang memahami betul tentang kanker,” imbaunya.
Untuk mendeteksi kanker payudara, dokter spesialis bedah ini menganjurkan para perempuan agar melakukan pemeriksaan payudara sendiri (Sadari) dengan bantuan jari-jari tangan, dan dilakukan sambil berdiri. “Caranya, diraba dengan jari yang rapat. Lalu rasakan di beberapa titik di sekeliling puting, atau mengarah ke dekat ketiak,” ajarnya.
Ia tidak menganjurkan untuk hanya menebak-nebak ataupun membaca artikel di internet atau malah bertanya kepada orang yang sebenarnya tidak mengerti. “Jika menemui kejanggalan, segera periksa ke dokter. Nantinya, dari hasil diagnosis akan diketahui tingkat keganasan kankernya apakah masih gejala atau sudah A, B, C, atau D yang terparah. Setelah itu baru menentukan penanganannya segera,” pesannya.
Kanker payudara yang rentan dialami perempuan lebih dari usia 30 tahun ini menyebabkan kematian. Bahkan di Amerika Serikat, kanker payudara yang pastinya hanya dialami para perempuan ini merupakan penyebab kematian tertinggi kedua setelah kanker paru. “Karena itu aturlah pola hidup sehat dan peduli deteksi dini sangat penting untuk menekan angka kematian perempuan di dunia,” imbau Haris.
Selain Haris, dr Ervintiyanto SpOG yang menjadi pembicara dalam seminar menjelaskan seputar kanker mulut rahim serta pap smear. Selain itu, ada dr Yulius Mandua yang mengulas tentang tumor pada jaringan otak, hipofisis, dan pleksus koroideus, dilengkapi dr Natalia Sp Rad yang memaparkan tentang (Magnetic Resonance Imaging/MRI) otak. (*/nno/tom/ibr/k3)
Ia melanjutkan, faktor yang memicu terjadinya kanker payudara antara lain kebiasaan merokok, obesitas atau berat badan berlebih, diet dengan makanan tidak sehat, minuman beralkohol, dan polusi. Perubahan sel normal, lanjut Haris, menjadi tumor melalui beberapa tahap, seperti ultraviolet dan radiasi ionisasi yang dihasilkan dari polusi udara. Selain itu asbes, rokok, tembakau, makanan, dan minuman yang terkontaminasi. Disebabkan juga oleh infeksi usia rata-rata pria maupun wanita.
“Hindarilah faktor tersebut, khususnya kebiasaan merokok dan kelebihan berat badan, dengan vaksinasi oleh spesialis yang memahami betul tentang kanker,” imbaunya.
Untuk mendeteksi kanker payudara, dokter spesialis bedah ini menganjurkan para perempuan agar melakukan pemeriksaan payudara sendiri (Sadari) dengan bantuan jari-jari tangan, dan dilakukan sambil berdiri. “Caranya, diraba dengan jari yang rapat. Lalu rasakan di beberapa titik di sekeliling puting, atau mengarah ke dekat ketiak,” ajarnya.
Ia tidak menganjurkan untuk hanya menebak-nebak ataupun membaca artikel di internet atau malah bertanya kepada orang yang sebenarnya tidak mengerti. “Jika menemui kejanggalan, segera periksa ke dokter. Nantinya, dari hasil diagnosis akan diketahui tingkat keganasan kankernya apakah masih gejala atau sudah A, B, C, atau D yang terparah. Setelah itu baru menentukan penanganannya segera,” pesannya.
Kanker payudara yang rentan dialami perempuan lebih dari usia 30 tahun ini menyebabkan kematian. Bahkan di Amerika Serikat, kanker payudara yang pastinya hanya dialami para perempuan ini merupakan penyebab kematian tertinggi kedua setelah kanker paru. “Karena itu aturlah pola hidup sehat dan peduli deteksi dini sangat penting untuk menekan angka kematian perempuan di dunia,” imbau Haris.
Selain Haris, dr Ervintiyanto SpOG yang menjadi pembicara dalam seminar menjelaskan seputar kanker mulut rahim serta pap smear. Selain itu, ada dr Yulius Mandua yang mengulas tentang tumor pada jaringan otak, hipofisis, dan pleksus koroideus, dilengkapi dr Natalia Sp Rad yang memaparkan tentang (Magnetic Resonance Imaging/MRI) otak. (*/nno/tom/ibr/k3)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Penderita AIDS di Lingkup TNI Meningkat
Redaktur : Tim Redaksi