jpnn.com, JAKARTA - Pastor dari Paroki Santa Theresia, Menteng, Jakarta Pusat Romo Johannes Hariyanto, SJ memimpin misa untuk memperingati 40 hari Emmanuel Setiyono meninggal dunia.
Misa ini berlangsung di Rumah Susun Tanah Abang (RSTA) Blok 20 Kelurahan Kebon Kacang, Kecamatan Tanah Abang, Jakarta Pusat, Kamis (26/12/2024) Pukul 18.00 WIB.
BACA JUGA: Romo Johannes Hariyanto Pimpin Misa Penutupan Peti Jenazah Emmanuel Setiyono
Dalam misa ini juga untuk mengenang almarhumah Maria Magdalena Suharningsih yang meninggal tiga tahun dan dua bulan lalu.
BACA JUGA: Berita Duka, Emmanuel Setiyono Meninggal Dunia
Romo Johannes Hariyanto, SJ memimpin misa untuk memperingati 40 hari Emmanuel Setiyono meninggal dunia di Rumah Susun Tanah Abang (RSTA) Blok 20 Kelurahan Kebon Kacang, Kecamatan Tanah Abang, Jakarta Pusat, Kamis (26/12/2024) Pukul 18.00 WIB. Foto: Friederich Batari/JPNN.com
Tampak hadir dalam misa ini anak-anak, mantu sertu cucu-cucu almahum serta umat dari Lingkungan Gabriel Wilayah Angela Paroki Santa Theresia, Jakarta Pusat.
BACA JUGA: Berita Duka, Ibu Sainah Binti Marzuki Meninggal Dunia
Untuk diketahui, Emmanuel Setiyono (74 tahun) meninggal dunia pada Minggu 17 November 2024 pukul 05.10 WIB dan dimakamkan di Taman Pemakaman Umum Menteng Pulo, Jakarta pada 19 November 2024.
Emmanuel Setiyono merupakan salah satu tokoh umat dari Lingkungan Gabriel, Paroki Santa Theresia Menteng, Jakarta Pusat.
Almarhum Emmanuel juga pernah menjabat pengurus Rukun Tetangga (RT) di Kelurahan Kebon Kacang, Tanah Abang, Jakarta Pusat.
Almarhum Emmanuel dan almarhumah Maria Magdalena Suharningsih meninggalkan empat anaknya yaitu L Widya Setiyoningsih, Novita Dwi Setiyoningsih, Ig. Tristiono Adiwibowo, dan Antonius Heru Sulistiono.
Sementara empat orang mantunya adalah Joseph B Gosal, Admintius Sembiring, Kurniati, dan Lisbeth Tampubolon.
Selanjutnya, lima cucu bernama Samantha Gosal, Violea Sembiring, Quennneira Sembiring, Fabio Alforo, dan Benedictus Fausta Dimitri.
Mau Repot
L Widya Setiyoningsih, putri sulung dari pasangan Almarhum Emmanuel Setiyono dan almarhumah Maria Magdalena Suharningsih menceritakan pengalaman mengenai kedua orang tuanya.
“Bapak (Alm. Emmanuel Setiyono), orangnya mau repot, terlibat dalam berbagai kegiatan tidak hanya kegiatan di Gereja. Kalau zaman sekarang, kita ingin simpel. Kalau mama dahulu (almarhumah Maria Magdalena Suharningsih) orangnya peduli. Artinya kepada perasaan orang, tetapi perasaan sendiri dinomorduakan,” ujar Widya sapaan akrab dari istri Joseph B Gosal.
Menurut Widya, saat kedua orang tuanya meninggal, banyak tetangga yang datang melayat.
“Mama dan Papa saat meninggal banyak yang datang melayat. Tetangga pada datang untuk mendoakan meskipun beda agama. Mereka bilang Papa dan Mama baik,” ujar Widya.
Foto bersama anak-anak dan matu serta cucu dari almarhum Emmanuel Setiyono dan almarhumah Maria Magdalena Suharningsih. Foto: Friederich Batari/JPNN.com
Sementara itu, Antonius Heru Sulistiono selaku putra bungsu dari almarhum dan almarhumah Setiyono menuturkan pengalaman kepada kedua orang tuanya.
Heru sapaan akrabnya mengaku sangat dekat kepada ibundanya. “Kalau Mama, saya susah mengungkapnya. Saya sangat dekat kepada mama,” ujar Heru.
“Kalau ada apa-apa (masalah, red), saya ceritakan pertama kepada mama. Kalau pun saya tidak cerita, mama paling tahu. Sampai sekarang saya kangen kepada Mama,” ujar Heru lagi.
Menurut Heru, orang tuanya terutama Bapak Emmanuel yang paling keras dan disiplin dalam mendidiknya bersama kakak-kakaknya.
“Bapak selalu mengingatkan kami harus ke gereja. Kami biasanya harus bersama-sama ke Gereja,” ujar Heru.
Heru juga mengenang pengalamannya saat bapak mengajaknya untuk mengikuti kegiatan Muda-Mudi Katolik (Mudika) atau sekarang bernama Orang Muda Katolik (OMK) di Puncak, Bogor.
“Bapak selalu dorong anak muda untuk terus belajar dan terlibat dalam organisasi,” ujar Heru.(fri/jpnn)
Redaktur & Reporter : Friederich Batari