BOGOR- Kondisi kawasan daerah alirah sungai (DAS) Ciliwung yang memprihatinkan, mulai mendapat perhatian serius Pemkot Bogor. Raibnya sejumlah lahan konservasi dan ruang terbuka hijau (RTH) yang tergerus oleh pemukiman, membuat Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) mengusulkan anggaran pembebasan lahan untuk pemberdayaan RTH sebesar Rp5 miliar dari APBD.
“Tahun lalu kita mendapat Rp500 juta untuk land banking. Sekarang lebih besar karena kondisi bantaran Ciliwung benar-benar membutuhkan penanganan darurat,” tutur Kepala Bappeda Harry Sucahyo.
Ia menjelaskan, panjang Sungai Ciliwung yang melintas di Kota Bogor sekitar enam sampai tujuh kilometer. Kondisinya, kata dia, banyak pemukiman dan bangunan yang berdiri di pesisir sungai. “Mereka yang tinggal disitu juga mempunyai sertifikat. Ini dilematis bagi kami, mau tidak mau harus dibebaskan jika ingin menghidupkan RTH,” kata dia.
Di tempat yang sama, Kabid Fisik Bappeda Lorina Darmasuti mengatakan, ada satu proyek besar pemberdayaan Ciliwung yang rencananya akan digarap Pemkot Bogor jangka lima tahun ke depan. “Salah satunya Bogor Urban Renewale (BUR) di Kebonpedes. Adapun kekurangannya kita akan evaluasi lagi dengan melibatkan pihak ketiga,” kata dia.
Anggota Badan Anggaran (Banggar) DPRD Kota Bogor Atmaja mengatakan, pihaknya mendukung penuh adanya pemberdayaan RTH di sepanjang Ciliwung. “Lihat saja setiap musim hujan, pasti ada longsor. Nah, ini akan kita pertimbangkan dalam paripurna nanti,” kata dia.
Dipaparkan Deputi Bidang Pengendalian Kerusakan Lingkungan dan Perubangan Iklim Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) Arief Yuwono, kondisi Sungai Ciliwung yang kian rusak dari hulu hingga hilir menjadi kontributor utama bencana banjir dan longsor di wilayah Bogor dan Jakarta.
Hingga saat ini, banjir akibat meluapnya Sungai Ciliwung dan Sungai Pesanggrahan meliputi 15 kelurahan di Jakarta dengan penduduk 2.755 keluarga terdiri dari 5.407 jiwa. Ciliwung membentang dari kaki Gunung Pangrango hingga Teluk Jakarta meliputi areal seluas 347 kilometer (km) persegi.
Sungai utama yang membentang dari kaki Gunung Pangrango hingga Teluk Jakarta sepanjang 117 km. "KLH membagi Ciliwung menjadi enam segmen mulai dari hulu hingga hilir, dan mengamati penurunan tutupan hutan dan pemukimamn di sepanjang DAS Ciliwung," paparnya.
Penurunan tutupan hutan di DAS Ciliwung, menurut Arief, terlihat amat signinifikan. "KLH mengamati kecenderungan penurunan tutupan hutan tersebut selama 10 tahun terakhir sejak 2000 sampai 2010, proporsi perubahan lahan dari hutan menjadi pemukiman amat signifikan," ujar Arief.
Pada 2000 tutupan hutan di sepanjang DAS Ciliwung tercatat seluas 71.905 hektare atau 10 peersen dari luas keseluruhan DAS Ciliwung. Sedangkan permukiman seluas 4.918 hektare atau 9,4 persen. Namun angka tutupan hutan tersebut turun drastis menjadi 2,4 persen atau tersisa seluas 9.922 hektare pada 2010, sedangkan permukiman menjadi 175.311 hektare atau 24,5 persen.
“Berdasarkan pencitraan satelit, kami kemudian mengetahui bahwa selama kurun waktu sepuluh tahun terakhir telah terjadi alih fungsi hutan menjadi non-hutan besar-besaran di sepanjang DAS Ciliwung," ujarnya.(yus)
“Tahun lalu kita mendapat Rp500 juta untuk land banking. Sekarang lebih besar karena kondisi bantaran Ciliwung benar-benar membutuhkan penanganan darurat,” tutur Kepala Bappeda Harry Sucahyo.
Ia menjelaskan, panjang Sungai Ciliwung yang melintas di Kota Bogor sekitar enam sampai tujuh kilometer. Kondisinya, kata dia, banyak pemukiman dan bangunan yang berdiri di pesisir sungai. “Mereka yang tinggal disitu juga mempunyai sertifikat. Ini dilematis bagi kami, mau tidak mau harus dibebaskan jika ingin menghidupkan RTH,” kata dia.
Di tempat yang sama, Kabid Fisik Bappeda Lorina Darmasuti mengatakan, ada satu proyek besar pemberdayaan Ciliwung yang rencananya akan digarap Pemkot Bogor jangka lima tahun ke depan. “Salah satunya Bogor Urban Renewale (BUR) di Kebonpedes. Adapun kekurangannya kita akan evaluasi lagi dengan melibatkan pihak ketiga,” kata dia.
Anggota Badan Anggaran (Banggar) DPRD Kota Bogor Atmaja mengatakan, pihaknya mendukung penuh adanya pemberdayaan RTH di sepanjang Ciliwung. “Lihat saja setiap musim hujan, pasti ada longsor. Nah, ini akan kita pertimbangkan dalam paripurna nanti,” kata dia.
Dipaparkan Deputi Bidang Pengendalian Kerusakan Lingkungan dan Perubangan Iklim Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) Arief Yuwono, kondisi Sungai Ciliwung yang kian rusak dari hulu hingga hilir menjadi kontributor utama bencana banjir dan longsor di wilayah Bogor dan Jakarta.
Hingga saat ini, banjir akibat meluapnya Sungai Ciliwung dan Sungai Pesanggrahan meliputi 15 kelurahan di Jakarta dengan penduduk 2.755 keluarga terdiri dari 5.407 jiwa. Ciliwung membentang dari kaki Gunung Pangrango hingga Teluk Jakarta meliputi areal seluas 347 kilometer (km) persegi.
Sungai utama yang membentang dari kaki Gunung Pangrango hingga Teluk Jakarta sepanjang 117 km. "KLH membagi Ciliwung menjadi enam segmen mulai dari hulu hingga hilir, dan mengamati penurunan tutupan hutan dan pemukimamn di sepanjang DAS Ciliwung," paparnya.
Penurunan tutupan hutan di DAS Ciliwung, menurut Arief, terlihat amat signinifikan. "KLH mengamati kecenderungan penurunan tutupan hutan tersebut selama 10 tahun terakhir sejak 2000 sampai 2010, proporsi perubahan lahan dari hutan menjadi pemukiman amat signifikan," ujar Arief.
Pada 2000 tutupan hutan di sepanjang DAS Ciliwung tercatat seluas 71.905 hektare atau 10 peersen dari luas keseluruhan DAS Ciliwung. Sedangkan permukiman seluas 4.918 hektare atau 9,4 persen. Namun angka tutupan hutan tersebut turun drastis menjadi 2,4 persen atau tersisa seluas 9.922 hektare pada 2010, sedangkan permukiman menjadi 175.311 hektare atau 24,5 persen.
“Berdasarkan pencitraan satelit, kami kemudian mengetahui bahwa selama kurun waktu sepuluh tahun terakhir telah terjadi alih fungsi hutan menjadi non-hutan besar-besaran di sepanjang DAS Ciliwung," ujarnya.(yus)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Arus Air ke Basement UOB Terlalu Deras
Redaktur : Tim Redaksi