RSCM Kembangkan Laperoskopi

Pendonor Ginjal Bisa Cepat Beraktivitas Normal

Jumat, 13 Januari 2012 – 06:14 WIB

JAKARTA - Pelayanan medis tanah air terus berkembang. Upaya ini diantaranya untuk menekan eksodus masyarakat berobat ke negeri tetangga. Diantara penerapan teknologi mutakhir sudah dimulai RSCM (Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo) untuk urusan transplantasi ginjal. Transplantasi ginjal di rumah sakit plat merah itu, saat ini bisa menggunakan teknik laparoskopi.

Ada perbedaan yang cukup mencolokan pada operasi transplantasi konfensional dengan teknis laparoskopi ini. Khususnya operasi yang dilakukan pada si pendonor. Untuk si resipien sendiri, tidak ada perbedaan antara teknik laparoskopi dengan teknik konfensional.

Secara teknis, pencangkokan ginjal dengan teknik laparoskopi dilakukan dengan peralatan semacam tongkat berdiameter 5 mm - 12 mm. Alat ini fungsinya menggantikan tangan dokter untuk mengambil ginjal. Sementara itu, si dokter melihat ginjal yang akan diambil dari layar monitor. Dengan menggunakan alat ini, maka lubang atau luka tidak sebesar pada operasi pengambilan ginjal konvensional.

Staff Divisi Ginjal Hipertensi Departemen Ilmu Penyakit Dalam RSCM Prof Dr dr Endang Susalit SpPD-KGH di Klinik Kencana RSCM kemarin (12/1) menuturkan, bagian pinggang pendonor sedikitnya dilubangi tiga kali untuk melakukan pengambilan ginjal dengan teknik laparoskopi ini. Dua lubang dibuat untuk memasukkan peralatan pengganti tangan dokter untuk memotong ginjal tadi. Dan satu lubang lagi berukuran antara 3 cm - 4 cm di pinggang bagian bawah untuk mengambil ginjal yang sudah dipotong.

"Teknik ini hanya untuk pendonor. Sedangkan untuk resipien tetap menggunakan teknik operasi umum dengan lubang yang lebar," ucapnya. Pada proses pemasangan ini, tidak bisa menggunakan peralatan yang menggantikan tangan dokter untuk memasang ginjal. Endang menjelaskan, pemasangan ginjal ini harus sempurna. Sehingga, mencegah terjadinya komplikasi pascaoperasi.

Staff Departemen Urologi FKUI-RSCM dr Chaidir A. Mochtar SpU PhD menuturkan, teknik terkini dalam cangkok ginjal ini cukup membantu untuk mendapatkan ginjal dari pendonor yang masih hidup. Dengan beberapa keunggulannya, dia yakin teknik laparoskopi ini berpotensi mendongkrak jumlah pendonor ginjal di tanah air. "Saat ini masih terdapat rentang yang luas antara kebutuhan pendonor ginjal dengan jumlah donor (resipien, Red)," ujar dia.

Dengan teknik laparoskopi ini, pendonor tidak perlu khawatir dengan hasil yang dicapai pascaoperasi. Menurut Chaidir, teknik ini bisa menurunkan angka kesakitan yang dialami pendonor setelah ginjalnya diambil. Selain itu, masa pemulihan juga relatif lebih cepat. Pendonor ginjal teknik laparoskopi ini diperkirakan hanya menjalani masa perawatan antara 3 hari - 5 hari. Bandingkan dengan teknik konvensional, dimana masa perawatan bagi para pendonor bisa mencapai 10 hari sampai dua minggu.

Chaidir mengatakan, di RSCM operasi pengambilan ginjal dengan teknik laparoskopi mulai dijalankan sejak November tahun lalu. Hingga saat ini, tercatat sudah ada enam kali transplantasi ginjal yang menggunakan teknik ini. Dia mengingatkan masyarakat, jika resiko kematian akibat mendonorkan ginjal sangat kecil. "Donor ginjal juga tidak akan mengubah tingkat harapan hidup," kata dia.

Dalam paparan ini juga terungkap jika pemerintah sedang menggodok terbentuknya komisi transplantasi nasional. Gunanya adalah untuk menerima pendaftaran orang-orang yang menjadi donor. Apapun organ yang akan didonorkan ditambung di komisi ini.

Pembentukan komisi transplantasi nasional ini mencontoh upaya serupa yang dilakukan di Iran. Di negara yang dipimpin Mahmud Ahmadinejad ini, orang-orang yang rela mendonorkan organya mendapatkan perlakuan istimewa. Seperti insentif dan dibebaskan dari biaya kontrol kesehatan pascadonor.

"Insentif ini tidak sama dengan jual beli organ. Di negara kita jual beli organ dilarang," tutur Kepala Departemen Urologi FKUI-RSCM Dr dr Nur Rasyid SpU. Perlakuan spesial bagi para pendonor organ di Singapura. Di negara yang sering menjadi jujukan buronan Indonesia itu, para pendonor memperoleh insentif berupa pemotongan pajak. (wan)

BACA ARTIKEL LAINNYA... PTN Indonesia Siap Luncurkan Satelit Nano


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler