SEOUL - Seperti tidak mengindahkan sorotan internasional, Korea Utara (Korut) kembali menguji coba peluru kendali (rudal) jarak pendeknya kemarin siang (19/5). Rudal tersebut merupakan kali keempat diluncurkan dalam dua hari terakhir.
Rudal itu ditembakkan dari lokasi yang sama dengan peluncuran tiga rudal sebelumnya pada Sabtu (18/5). Yakni, Pantai Timur Korea Utara yang langsung berbatasan dengan Jepang. Korea Selatan (Korsel) mengecam peluncuran rudal tersebut, meski hanya melibatkan rudal jarak pendek.
"Peluncuran itu menebar ancaman bagi stabilitas keamanan wilayah regional dan harus segera dihentikan," terang Juru Bicara Kementerian Unifikasi di Seoul Kim Hyung-Seok kemarin. "Kami melihat Korea Utara tidak berhenti melakukan aksi provokasi dengan meluncurkan rudal (18/5)," tambahnya.
Ketegangan di Semenanjung Korea baru saja mereda setelah awal bulan ini Kementerian Pertahanan Amerika Serikat melaporkan bahwa Korut telah memindahkan dua rudal jarak menengahnya, Musudan, dari lokasi peluncuran. Sebelumnya, hampir setiap hari, Pyongyang melancarkan ancaman kepada Seoul, Tokyo, dan Washington untuk melakukan perang nuklir jika merasa terprovokasi dengan latihan militer gabungan Korsel-AS yang baru berakhir bulan lalu.
Peluncuran empat roket dalam waktu 48 jam itu kembali menambah ketegangan antara kedua Korea. Meski bersifat rutin, uji coba rudal tersebut dilakukan di tengah ketegangan hubungan Utara dan Selatan yang belum berujung.
Maret lalu, dari lokasi yang sama, Pyongyang juga meluncurkan rudal yang diperkirakan berjenis KN-02. Secara berkala, Korut menguji coba rudal jarak pendeknya, Scud, yang mampu menembak target di seluruh wilayah Korsel.
Hingga kini, Korea Utara belum membuka kembali zona industri Kaesong yang dikelola kedua negara. Kim Hyung-Seok juga mendesak Utara untuk merespons seruan Seoul untuk berdialog tentang pembukaan kembali kompleks industri yang berdiri di wilayah Korut tersebut.
Kaesong berdiri sejak 2004 di utara perbatasan kedua negara. Zona industri itu merupakan satu-satunya simbol kerja sama antara kedua Korea yang tersisa. Korut menutup akses kepada pekerja Korsel untuk masuk ke Kaesong.
Selain itu, Pyongyang juga menarik sekitar 53 ribu pekerjanya bulan lalu. Seoul menarik sejumlah warga negaranya yang tersisa di Kaesong awal bulan ini setelah Korut mengancam menyerang Korsel tanpa pemberitahuan terlebih dulu.
Ketika warga Korsel meninggalkan Kaesong, terlihat mobil-mobil mereka dipenuhi berbagai produk yang dihasilkan dari pabrik-pabrik di Kaesong. Meski demikian, masih banyak yang tidak sempat terbawa.
Pekan lalu, Utara menolak desakan Selatan untuk berdialog terkait dengan pemindahan barang-barang produksi dari Kompleks Kaesong. Pyongyang menyebutkan, langkah itu merupakan strategi licik Seoul untuk menimpakan kesalahan kepada Pyongyang atas penutupan Kaesong.
"Sangat disesalkan bahwa Utara menolak tawaran kami untuk berdialog dan malah menyalahkan kami atas penutupan Kompleks Kaesong," jelas Kim. Dia menyerukan agar Pyongyang membuka diri untuk berdialog demi kepentingan ratusan ribu pekerja, baik di pihak Korsel maupun Korut. (AFP/cak/c14/dos)
Rudal itu ditembakkan dari lokasi yang sama dengan peluncuran tiga rudal sebelumnya pada Sabtu (18/5). Yakni, Pantai Timur Korea Utara yang langsung berbatasan dengan Jepang. Korea Selatan (Korsel) mengecam peluncuran rudal tersebut, meski hanya melibatkan rudal jarak pendek.
"Peluncuran itu menebar ancaman bagi stabilitas keamanan wilayah regional dan harus segera dihentikan," terang Juru Bicara Kementerian Unifikasi di Seoul Kim Hyung-Seok kemarin. "Kami melihat Korea Utara tidak berhenti melakukan aksi provokasi dengan meluncurkan rudal (18/5)," tambahnya.
Ketegangan di Semenanjung Korea baru saja mereda setelah awal bulan ini Kementerian Pertahanan Amerika Serikat melaporkan bahwa Korut telah memindahkan dua rudal jarak menengahnya, Musudan, dari lokasi peluncuran. Sebelumnya, hampir setiap hari, Pyongyang melancarkan ancaman kepada Seoul, Tokyo, dan Washington untuk melakukan perang nuklir jika merasa terprovokasi dengan latihan militer gabungan Korsel-AS yang baru berakhir bulan lalu.
Peluncuran empat roket dalam waktu 48 jam itu kembali menambah ketegangan antara kedua Korea. Meski bersifat rutin, uji coba rudal tersebut dilakukan di tengah ketegangan hubungan Utara dan Selatan yang belum berujung.
Maret lalu, dari lokasi yang sama, Pyongyang juga meluncurkan rudal yang diperkirakan berjenis KN-02. Secara berkala, Korut menguji coba rudal jarak pendeknya, Scud, yang mampu menembak target di seluruh wilayah Korsel.
Hingga kini, Korea Utara belum membuka kembali zona industri Kaesong yang dikelola kedua negara. Kim Hyung-Seok juga mendesak Utara untuk merespons seruan Seoul untuk berdialog tentang pembukaan kembali kompleks industri yang berdiri di wilayah Korut tersebut.
Kaesong berdiri sejak 2004 di utara perbatasan kedua negara. Zona industri itu merupakan satu-satunya simbol kerja sama antara kedua Korea yang tersisa. Korut menutup akses kepada pekerja Korsel untuk masuk ke Kaesong.
Selain itu, Pyongyang juga menarik sekitar 53 ribu pekerjanya bulan lalu. Seoul menarik sejumlah warga negaranya yang tersisa di Kaesong awal bulan ini setelah Korut mengancam menyerang Korsel tanpa pemberitahuan terlebih dulu.
Ketika warga Korsel meninggalkan Kaesong, terlihat mobil-mobil mereka dipenuhi berbagai produk yang dihasilkan dari pabrik-pabrik di Kaesong. Meski demikian, masih banyak yang tidak sempat terbawa.
Pekan lalu, Utara menolak desakan Selatan untuk berdialog terkait dengan pemindahan barang-barang produksi dari Kompleks Kaesong. Pyongyang menyebutkan, langkah itu merupakan strategi licik Seoul untuk menimpakan kesalahan kepada Pyongyang atas penutupan Kaesong.
"Sangat disesalkan bahwa Utara menolak tawaran kami untuk berdialog dan malah menyalahkan kami atas penutupan Kompleks Kaesong," jelas Kim. Dia menyerukan agar Pyongyang membuka diri untuk berdialog demi kepentingan ratusan ribu pekerja, baik di pihak Korsel maupun Korut. (AFP/cak/c14/dos)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Bunuh Monyet, Penjara 7 Tahun
Redaktur : Tim Redaksi