Rudi Soedjarwo Hampir Menyerah

Arahkan Pemain Baru di Langit Ke-7

Rabu, 21 November 2012 – 10:50 WIB
JAKARTA – Sepuluh tahun lalu Rudi Soedjarwo menjadi sutradara film remaja romantis yang berjudul Ada Apa dengan Cinta?. Film itu sukses besar dan menjadi salah satu tonggak kembalinya perfilman Indonesia.

Setelah 10 tahun berlalu, Rudi kini kembali menggarap film bertema sama. Judulnya, Langit Ke-7. Banyak cerita yang dialami Rudi kala menggarap film produksi Lynx Films yang rilis Kamis (22/11) tersebut.

Film itu dibintangi para fresh talent. Mereka adalah lima perempuan cantik yang memenangi Clear Hair Model 2012. Dalam proyek kali ini, Rudi memang bekerja sama dengan produk sampo tersebut. Lima perempuan muda berbakat itu adalah Rechelle Rumawas, Bonita Lauwoie, Atika Noviasti, Maureen Pratiwi Irwinsyah, dan Taskya Giantri Namya.

”Akhirnya saya bikin film remaja romantis lagi setelah 10 tahun. Ini proyek luar biasa buat saya. Ajang seperti ini banyak. Tapi, yang efektif dan berpengaruh nggak banyak,” katanya saat ditemui di Hard Rock Café, EX Plaza, Jakarta, kemarin (20/11). Dia berharap, apa yang dibuatnya ini termasuk yang berpengaruh dalam industri perfilman.

Mengarahkan pemain baru sebetulnya bukan hal baru buat dia. Sejak film pertamanya, Bintang Jatuh (2000), Rudi berani mengajak pemain-pemain baru. Tetapi, ungkap dia, kali ini perlu banyak pengalaman dan kerja keras yang luar biasa. ”Saya biasa men-direct pemain dari nol. Tapi, kali ini yang luar biasa butuh kerja keras,” urainya.

Sutradara film Mengejar Matahari, 9 Naga, dan Garuda di Dadaku 2 tersebut kesulitan mengarahkan para talenta baru itu. ”Mereka ini punya bakat, tapi kan latar belakang, mentalitas, dan kebiasaannya beda-beda,” lanjutnya.

Menjadikan mereka sebagai satu kesatuan dalam karakter film, bagi Rudi, sangatlah sulit. Apalagi, bagi para pemain, ini baru pertama berakting di layar lebar. Rudi pun bilang hampir menyerah. ”Mau maju nggak tahu caranya, mau mundur sudah tidak bisa,” katanya.

Sebagai sutradara yang lama tidak membuat film genre ini, ada beban dan tanggung jawab yang diemban. Sementara itu, waktu yang diberikan seolah sangat kurang. Akhirnya dia mencapai titik tidak tahu mesti berbuat apa. Hingga dia sadar bahwa membuat film adalah kerja tim. ”Film bisa bagus itu bukan karena oleh saya, tapi pemain juga. Pada akhirnya saya ajak diskusi para pemain,” lanjutnya.

Melalui diskusi itu, mereka bisa menemukan jalan keluar. Bahkan, Rudi bilang, di film ini dirinya yang merasa paling puas dalam pembentukan karakter pemain. ”Setelah melihat para pemain di film, saya puas. Meski awalnya sempat menyerah. Pada akhirnya mereka cukup dua kali take untuk setiap scene,” tegasnya. (jan/c13/ayi)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Paramitha Rusady Resmi Menjanda

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler