jpnn.com - JAKARTA – PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk sepanjang 2014 lalu mengalami kerugian dengan angka yang sangat fantastis, yaitu sebesar USD 338,4 juta atau setara Rp 4,8 triliun. Angka kerugian itu meningkat tajam dibandingkan tahun 2013 sebesar USD 5,6 juta.
Direktur Keuangan & Manajemen Risiko Garuda, I Gusti Ngurah Askhara Danadiputra menjelaskan, faktor utama yang berkontribusi pada rugi perusahaan adalah biaya rental pesawat. Menurutnya, banyaknya pesawat baru yang datang belum diimbangi dengan peningkatan penjualan.
BACA JUGA: PGN Berkomitmen Jaga Integritas di Bisnis Gas
Selama tahun 2014, Garuda Indonesia Group mendatangkan 35 pesawat baru yangterdiri dari 2 Boeing 777-300 ER, 4 Airbus 330-300, 12 Boeing 737-800 NG, 3 Bombardier CRJ-1000 NextGen, 6 ATR 72-600, dan 8 Airbus A320 untuk Citilink. Sehingga, total pesawat yang dioperasikan selama tahun 2014 adalah 169 pesawat dengan rata-rata usia pesawat 4,5 tahun.
Kinerja keuangan perseroan tahun 2014 juga dipengaruhi oleh kondisi industri penerbangan yang sedang mengalami turbulensi. Melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD), serta harga bahan bakar yang sebelumnya sempat mencapai harga tertinggi telah memberi dampak yang luar biasa terhadap kinerja perusahaan.
BACA JUGA: Seharian Tertekan, IHSG Ditutup di Zona Merah
”Kondisi ini dialami semua perusahaan penerbangan di dunia, tidak hanya Garuda,” katanya.
Garuda berhasil membukukan pendapatan operasi tahun lalu sebesar USD 3,93 miliar, meningkat 4,6 persen dibanding 2013 sebesar USD 3,76 miliar. Pada 2014, Garuda Indonesia Group (termasuk Citilink) mengangkut 29,14 juta penumpang, atau meningkat 16,7 persen dibanding 2013 yang menyentuh angka 25 juta penumpang.
Sedangkan untuk market share di pasar internasional meningkat menjadi 24 persen dari sebelumnya di tahun 2013 sebesar 23,5 persen. Sementara market share penumpang domestik pada 2014 sebesar 30,2 persen, naik dibandingkan tahun sebelumnya 28 persen.
BACA JUGA: Produsen Mobil Mewah Tak Terpengaruh Rupiah
Direktur Utama Garuda Indonesia Arif Wibowo mengaku optimistis maskapai pelat merah ini meraup untung di tahun 2015 ini meski tahun lalu rugi besar. Buktinya, di awal tahun ini Garuda sudah berhasil membukukan laba. Padahal di tahun-tahun sebelumnya, awal tahun merupakan masa sulit bagi maskapai penerbangan.
”Pada bulan Februari 2015, Garuda Indonesia telah berhasil membukukan keuntungan sebesar USD 1,2 juta dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang mengalami kerugian sebesar USD 77,4 juta,” kata Arif.
Membaiknya kinerja perusahaan sepanjang awal tahun 2015 ini tidak terlepas dari program efisiensi yang gencar dilakukan manajemen. Pada Januari 2015, Garuda mengangkut 1,87 juta penumpang, tumbuh 15,1 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun 2014, sebanyak 1,63 juta penumpang. Bulan Februari 2015 jumlah penumpang yang diangkut mencapai 1,72 juta penumpang, meningkat 10,8 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2014 sebesar 1,55 juta penumpang.
Tingkat isian penumpang (seat load factor) sepanjang dua bulan pertama tahun 2015 juga meningkat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Yaitu menjadi 73 persen pada Januari 2015 dari 66 persen pada Januari 2014, dan menjadi 74,37 persen pada Februari 2015 dari 68,6 persen pada Februari 2014. (dri/indopos/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... IHSG Menguat Terbatas
Redaktur : Tim Redaksi