Rumah dan Perahu Hancur, Nelayan Takut Melaut

Minggu, 13 Oktober 2013 – 10:12 WIB

jpnn.com - PARIAMAN - Cuaca ekstrem yang melanda sejumlah daerah di Sumbar sejak beberapa hari lalu hingga kemarin, memicu angin kencang dan gelombang tinggi. Akibatnya sejumlah rumah nelayan di Pantai Pasiapauh dan pantai Pasir Permai Desa Balainareh Pariaman, dihantam gelombang. Sedangkan di Kota Padang dan Kabupaten Pesisir Selatan, nelayan takut melaut.

Di Pasir Permai, Desa Balai Nareh Pariaman Utara Linda,35, salah seorang warga setempat menyebutkan rumahnya dihantam gelombang sekitar pukul 19.00, Rabu (9/10) malam. Saat itu ia baru selesai shalat Magrib, tiba-tiba terdengar hantaman gelombang disusul masuknya air dan pasir ke rumah.
 
Hal itu membuatnya panik. Hantaman gelombang datang bertubi-tubi. "Biasanya, hantaman gelombang di saat cuaca ekstrem seperti ini hanya terjadi sesekali, namun hal ini tak berhenti-berhenti. Air laut tidak hanya membawa pasir, namun juga kayu-kayu sehingga kami menjadi takut," ujarnya saat dikunjungi Padang Ekspres di rumahnya, kemarin.
Ketakutan serupa dirasakan Upik Yurnida, 31, yang lokasi rumahnya tak jauh dari rumah Linda. Hantaman gelombang pasang menyebabkan dapur rumah kupak dan dipenuhi pasir yang dibawa air. Ia juga mengkhawatirkan gelombang susulan yang lebih kuat lagi.

BACA JUGA: Buruh Sandera Perwakilan Perusahaan

Ia menyebut, awalnya gelombang ini mulai datang setelah shalat Magrib, namun itu hanya membuat air tergenang. Kemudian pukul 22.00, datang gelombang susulan yang kuat hingga dapur rumah kupak. "Kami hanya bisa menangis dan ketakutan saat kejadian itu," ujarnya.

Kepala Desa Balai Naras Ridwan A mengatakan, sejak kejadian sebelumnya, pihaknya sudah membuat permohonan pemasangan Batu Krib pemecah gelombang agar tidak menghantam rumah warga. "Pemerintah sudah datang ke lokasi setelah membuat permohonan bantuan. Namun setelah itu belum ada lagi kabarnya. Mungkin karena adanya pemilihan kepala daerah," ujarnya.

BACA JUGA: Jelang Idul Adha, Tiket KA Ludes

Kepala BPBD Kota Pariaman Asrizal menyebutkan, peristiwa gelombang tinggi ini menghantam tiga desa yakni Pauh Barat, Balainareh dan Padang Birik-birik.
 
Namun rumah yang rusak akibat hantaman ini masuk kategori sedang hanya satu unit di Desa Balainareh. Sedangkan dua desa lainnya, tak ada kerusakan rumah, namun rumah digenangi pasir dan air laut. "Tadi pagi tim URC sudah bergerak dan membersihkan rumah-rumah warga yang terkena hantaman gelombang dan masuk pasir," ujarnya.

Untuk jaga-jaga, BPBD mendirikan tenda di Kantor Desa Balainareh dan Kantor Desa Pauh Barat. Sejumlah warga memang sempat diungsikan ke tenda darurat kemarin malam, tapi sudah kembali ke rumah masing-masing kemarin. Untuk Padangbirik-birik, memang tak ada tenda, karena kondisinya hanya genangan air dan tidak masuk ke dalam rumah warga.

BACA JUGA: Siarkan Pernikahan Putri Kraton via Streaming dan Videotron

Sementara di Pessel, hujan lebat disertai gelombang tinggi sepanjang kemarin, membuat sejumlah nelayan urung melaut. Syafri 46, warga Balai Akek, Kenagarian Kapuh, Kecamatan Koto XI Tarusan, merupakan satu nelayan yang merasakan dampak gelombang tinggi itu. Perahu yang dipakainya sehari-hari untuk menjaring udang, rusak dan tidak bisa dipergunakan lagi. Sebagian perahunya bolong dan patah. Ayah 3 anak itu tidak tahu bagaimana memperbaiki biduknya. Karena saat ini dia tidak memiliki uang, sedangkan dapur rumahnya harus tetap berasap dan 2 orang anaknya harus terus bersekolah dan memiliki banyak kebutuhan.

Zulfahmi, 49, juga mengalami hal sama. Perahunya hancur, sebagian kayu dan papannya patah dan bocor. Syafri dan Zulfahmi serta nelayan lainnya berharap perhatian pemerintah untuk membantu perbaikan perahu tersebut.

"Sebab selama gelombang tinggi ini aktifitas kami tergangu. Sedangkan kebutuhan makan harus selalu dipenuhi," ujar Zulfahmi.

Pjs Wali Nagari Kapuh Firdaus kepada Padang Ekspres mengungkapkan, dari pendataan awal, jumlah perahu nelayan yang rusak 37 unit dan sebagian tidak layak lagi digunakan. "Kita data jumlah kerugian yang ditimbulkan bencana gelombang tinggi ini dan nantinya kita laporkan ke pihak terkait. Semoga ada perhatian khusus untuk para nelayan ini," ujarnya. (nia/n)

BACA ARTIKEL LAINNYA... 425 PNS Terima Infak Rp300 Ribu


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler