jpnn.com - JAKARTA--Perobohan eks rumah Radio Perjuangan Bung Tomo bukan hanya membuat sedih warga Surabaya. Sang istri mendiang Bung Tomo, Sulistina Sutomo juga merasakan hal yang sama.
Sikap sedih sekaligus kekecewaan ditunjukkan Sulistina saat ditemui Tri Rismaharini, Walikota Surabaya dan Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surabaya, Wiwik Widayati di kediamannya di Cibubur, Jakarta, kemarin.
BACA JUGA: Punya Perda Larangan Warung Buka Saat Ramadan? Siap-Siap Saja Dievaluasi
Dalam pertemuan itu, Risma, sapaan wali kota, menyampaikan perihal peristiwa perobohan rumah di Jalan Mawar nomor 10 Surabaya. Rumah itu disebut sebagai cagar budaya eks rumah Radio Perjuangan Bung Tomo. Sulistina Sutomo hanya mendengarkan dengan sikap diam dan dingin.
Sulistina mengatakan, sudah kewajiban semua pihak untuk menjaga nilai sejarah kota Surabaya. Karena penetapan Surabaya sebagai Kota Pahlawan merupakan satu-satunya di dunia.
BACA JUGA: Pak Mendagri, Ini Ada Kritik dari Misbakhun soal BNPP
"Sebutan itu pantas disematkan karena korban pertempuran Surabaya yang sangat besar jumlahnya," tuturnya.
Sulistina menuturkan keikhlasan para pejuang yang mengorbankan nyawa tanpa pamrih demi mempertahankan kemerdekaan. Karena itu, dia mengecam tindakan tidak bertanggung jawab generasi sekarang yang tidak mampu menjaga jejak, sejarah dan semangat kepahlawanan.
BACA JUGA: Catat, Demokrat Pilih Sendirian Ketimbang Masuk ke Pemerintahan
"Itu sama artinya mengkhianati bangsa ini," ujar Sulistina alias Bu Tomo.
Bu Tomo juga meminta pihak yang melakukan perobohan bangunan itu untuk secara jantan mempertanggungjawabkan perbuatannya di depan hukum dan negara. Ketika disinggung mengenai lokasi rumah Radio Perjuangan Bung Tomo, dengan tegas Sulistan menjawab Jalan Mawar nomor 10.
Saat itu, beliau yang tergabung dalam Laskar Palang Merah bertugas mengumpulkan dan merawat pejuang yang terluka di lokasi itu, sebelum dirujuk ke rumah sakit.
Bu Tomo dengan tegas juga meminta kepada Risma untuk membangun kembali bangunan di Jalan Mawar no 10 itu dan menjadikannya aset Kota Surabaya lewat pembelian kepada pemilik sekarang.(end/flo/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Mengharukan! OSO dan Seorang Ibu Tua
Redaktur : Tim Redaksi