jpnn.com - DAMASKUS – Serangan saling balas antara pasukan pemerintah Syria dan pemberontak kian tak terkendali. Salah satu kota, Aleppo luluh lantak.
Minggu (20/11), roket yang ditembakkan pemberontak jatuh ke sekolah dasar di Furqan, Aleppo Barat. Wilayah tersebut selama ini dikuasai pemerintah. Gara-gara roket itu, setidaknya sepuluh orang tewas dan 59 lainnya luka-luka. Delapan di antara korban tewas adalah anak-anak yang berusia 6–12 tahun.
BACA JUGA: Facebook Siapkan Aturan Buat Netizen yang Asal Posting Berita
Di Aleppo Timur yang dikuasai pemberontak, kondisinya tidak jauh berbeda. Pemerintah yang dibantu pasukan Rusia menyerang secara membabi buta. Baik itu dengan serangan udara, bom barel, maupun tembakan artileri. Beberapa kali serangan diarahkan ke rumah sakit dan sekolah-sekolah.
Saat ini tidak ada rumah sakit di Aleppo Timur yang beroperasi secara penuh. WHO melaporkan bahwa seluruh rumah sakit sementara yang tersebar di wilayah pemberontak itu tutup.
BACA JUGA: Innalillahi, Kereta Api Terbalik, 100 Tewas, 150 Terluka
Penduduk juga ketakutan untuk datang ke rumah sakit yang masih beroperasi karena selama ini fasilitas medis tersebut dijadikan sasaran tembak. Sejak pasukan Presiden Bashar Al-Assad menyerbu secara besar-besaran mulai Selasa (15/11), ada empat rumah sakit yang diserang.
Korban jiwa akibat serangan selama lima hari terakhir lebih dari 100 orang. Jumlah tersebut akan terus meningkat karena banyak korban yang luka parah tapi tidak bisa ditangani secara maksimal.
BACA JUGA: Kemenpar Menjaring Wisman di Farmers Santa Parade 2016
’’Orang-orang (Aleppo) pergi tidur dengan suara pengeboman dan bangun dengan suara pengeboman juga,’’ ujar Kepala Syrian Observatory for Human Rights (SOHR) Rami Abdel Rahman. Penduduk Aleppo tidak berani keluar dari rumah.
Tabloid Independent melaporkan, bayi-bayi prematur yang berada di inkubator di salah satu rumah sakit di Aleppo Timur harus dipindahkan. Sebab, rumah sakit tempat menampung bayi-bayi itu juga diserang Kamis (17/11) lalu.
Dari foto yang dikirimkan jurnalis Syria Yasser Al-rahil tersebut, tampak deretan bayi yang masih memakai slang infus diletakkan di lantai sambil diselimuti. Para perawat berusaha agar bayi-bayi yang kondisinya lemah tersebut bisa tetap bertahan hidup tanpa inkubator yang selama ini mereka pakai.
’’Kami menghitung ada lebih dari 2 ribu tembakan artileri dan hampir 250 serangan udara sejak Jumat tengah malam yang mengakibatkan 28 orang tewas dan 150 orang luka-luka,’’ ungkap Rami. (afp/bbc/independent/sha/c17/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Panas! Puluhan Ribu Massa Duduki Petronas, Tuntut Perdana Menteri Mundur
Redaktur : Tim Redaksi