SORONG – Warga tujuh RT yang bermukim di areal belakang Bandara Domine Eduard Osok (DEO) Sorong, Papua Barat Selasa (19/3) menduduki runway Bandara DEO hampir empat jam lamanya. Mereka menuntut ganti rugi lahan dan rumah mereka yang belum dibayarkan penuh oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Sorong.
Warga yang mulai berkumpul di landasan pacu pesawat sekitar pukul 06.00 WIT, melakukan aksi pemalangan dengan memasang bambu dan pelepah daun kelapa di runway sepanjang 2000 meter itu. Ratusan warga terdiri dari anak-anak muda, kaum bapak dan mama-mama yang tinggal di sekitar Bandara DEO pada keluar dari pemukiman mereka dan melakukan aksi demo damai untuk menyampaikan aspirasi mereka menuntut agar pihak Pemkot segera merealisasikan kejelasan ganturugi atas lahan mereka.
Ditemui Radar Sorong (JPNN Group) disela-sela aksi pemblokiran, salah satu warga Kokoda yang tinggal di sekitar Bandara DEO mengungkapkan, warga yang tinggal di sekitar Bandara DEO hampir semuanya belum menerima pembayaran ganti rugi secara penuh. Sambil menggendong balitanya, warga Bandara DEO itu mengaku dirinya baru menerima Rp 30 juta.
Padahal menurutnya, dalam penyelesaian ganti rugi itu, Pemkot melaporkan ke pusat untuk tiap kepala keluarga mendapatkan Rp 80 juta. “Seharunya ya Rp 80 juta. Saya punya rumah luas begitu masak hanya dibayarkan Rp 30 juta, itu mau bangun rumah pakai apa. Beli seng, semen dan bahan bangunan lain saja tidak cukup. Hampir semua warga di sini (sekitar Bandara DEO,red) baru terima sedikit-sedikit, ada yang baru terima 10 juta, 20 juta,” katanya.
Dikatakannya, Pemkot akan menggusur rumah-rumah yang ada di sekitar Bandara DEO tapi tidak menyediakan tempat agar warga membangun kembali rumahnya, sehingga dengan pembayaran yang tidak penuh tersebut, bagaimana warga bisa membangun rumahnya kembali. Bapak yang enggan menyebutkan namanya itu mengatakan, untuk penyelesaian tuntutan ganti rugi lahan Bandara DEO total dianggarkan senilai Rp 18 Miliar. “Dari 18 miliar itu, yang torang dengar baru dibayarkan 8 miliar, yang 10 miliar itu dikemanakan?,” ujarnya bernada tanya.
Untuk memalang runway Bandara DEO, warga yang terbagi dalam 4 kelompok, mulai berkerumun di landasan pacu Bandara DEO sekitar pukul 06.00 WIT. Dalam aksinya, warga memalang bandara dengan meletakkan bambu, batu dan dahan pohon di tengah runway. Aksi tersebut sempat dibubarkan anggota Polisi yang dipimpin Kapolres AKBP Gatot Aris Purbaya, S.IK didampingi Kabag Ops Kompol Rusdy Pramana,S.IK dan beberapa Kapolsek di wilayah Polres Sorong Kota.
Anggota dikerahkan untuk menyingkirkan benda-benda yang berada di tengah runway, serta mengingatkan warga agar menjauh dari landasan karena akan ada pesawat yang mendarat. Kendati demikian, aparat kesulitan lantaran banyaknya warga yang nekat berlari ke tengah landasan saat pesawat hendak mendarat, meski sirine tanda peringatan telah dibunyikan. (reg/iso)
Warga yang mulai berkumpul di landasan pacu pesawat sekitar pukul 06.00 WIT, melakukan aksi pemalangan dengan memasang bambu dan pelepah daun kelapa di runway sepanjang 2000 meter itu. Ratusan warga terdiri dari anak-anak muda, kaum bapak dan mama-mama yang tinggal di sekitar Bandara DEO pada keluar dari pemukiman mereka dan melakukan aksi demo damai untuk menyampaikan aspirasi mereka menuntut agar pihak Pemkot segera merealisasikan kejelasan ganturugi atas lahan mereka.
Ditemui Radar Sorong (JPNN Group) disela-sela aksi pemblokiran, salah satu warga Kokoda yang tinggal di sekitar Bandara DEO mengungkapkan, warga yang tinggal di sekitar Bandara DEO hampir semuanya belum menerima pembayaran ganti rugi secara penuh. Sambil menggendong balitanya, warga Bandara DEO itu mengaku dirinya baru menerima Rp 30 juta.
Padahal menurutnya, dalam penyelesaian ganti rugi itu, Pemkot melaporkan ke pusat untuk tiap kepala keluarga mendapatkan Rp 80 juta. “Seharunya ya Rp 80 juta. Saya punya rumah luas begitu masak hanya dibayarkan Rp 30 juta, itu mau bangun rumah pakai apa. Beli seng, semen dan bahan bangunan lain saja tidak cukup. Hampir semua warga di sini (sekitar Bandara DEO,red) baru terima sedikit-sedikit, ada yang baru terima 10 juta, 20 juta,” katanya.
Dikatakannya, Pemkot akan menggusur rumah-rumah yang ada di sekitar Bandara DEO tapi tidak menyediakan tempat agar warga membangun kembali rumahnya, sehingga dengan pembayaran yang tidak penuh tersebut, bagaimana warga bisa membangun rumahnya kembali. Bapak yang enggan menyebutkan namanya itu mengatakan, untuk penyelesaian tuntutan ganti rugi lahan Bandara DEO total dianggarkan senilai Rp 18 Miliar. “Dari 18 miliar itu, yang torang dengar baru dibayarkan 8 miliar, yang 10 miliar itu dikemanakan?,” ujarnya bernada tanya.
Untuk memalang runway Bandara DEO, warga yang terbagi dalam 4 kelompok, mulai berkerumun di landasan pacu Bandara DEO sekitar pukul 06.00 WIT. Dalam aksinya, warga memalang bandara dengan meletakkan bambu, batu dan dahan pohon di tengah runway. Aksi tersebut sempat dibubarkan anggota Polisi yang dipimpin Kapolres AKBP Gatot Aris Purbaya, S.IK didampingi Kabag Ops Kompol Rusdy Pramana,S.IK dan beberapa Kapolsek di wilayah Polres Sorong Kota.
Anggota dikerahkan untuk menyingkirkan benda-benda yang berada di tengah runway, serta mengingatkan warga agar menjauh dari landasan karena akan ada pesawat yang mendarat. Kendati demikian, aparat kesulitan lantaran banyaknya warga yang nekat berlari ke tengah landasan saat pesawat hendak mendarat, meski sirine tanda peringatan telah dibunyikan. (reg/iso)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Dokter Demo Tolak Libelarisasi Kedokteran
Redaktur : Tim Redaksi