Rupiah Tergerus, Angka PDB Bakal Anjlok

Jumat, 06 Desember 2013 – 07:01 WIB

jpnn.com - JAKARTA - Depresiasi tajam rupiah membawa ancaman baru bagi Indonesia. Pendapatan domestik bruto (PDB) per kapita dalam denominasi dolar AS (USD) yang susah payah dipupuk, kini tergerus oleh pelemahan rupiah. Akibatnya, Indonesia pun terancam turun kelas dari negara berpendapatan menengah menjadi negara berpendapatan rendah.

Kepala Ekonom Bank Mandiri Destry Damayanti mengatakan, secara nominal dalam denominasi rupiah, PDB Indonesia memang tumbuh. Namun, jika pelemahan rupiah terus berlanjut, maka PDB per kapita Indonesia dalam denominasi USD bisa turun di bawah USD 3.000. "Artinya, kembali ke (kelompok) negara berpendapatan rendah," ujarnya di Jakarta, Kamis (5/12).

BACA JUGA: USD Diproyeksi Menuju Rp 12.500

Sebagai gambaran, tahun lalu, nilai PDB per kapita Indonesia sudah nangkring level USD 3.592. Awal tahun 2013, Bank Dunia memproyeksi Indonesia bakal mencapai pendapatan per kapita USD 4.810 tahun ini. Namun, dengan perlambatan pertumbuhan ekonomi sejak triwulan II serta depresiasi tajam rupiah, proyeksi tersebut dipastikan tidak akan tercapai.

Menurut Destry, persoalan depresiasi rupiah sudah menyentuh sektor riil. Hal itu disebabkan imbas dari kebijakan pengetatan moneter Bank Indonesia (BI) yang agresif menaikkan suku bunga.

BACA JUGA: Pelindo III Lantik Direksi Baru Anak Usahanya

"Tapi, BI memang tidak punya banyak pilihan. Karena itu, pemerintah mesti segera memperbaiki struktur sektor riil kita agar ekspor bisa naik dan impor bisa dikurangi," katanya.

Terancamnya Indonesia kembali menjadi negara berpendapatan rendah memang ironis. Awal bulan lalu, Organisasi untuk Pengembangan dan Kerjasama Ekonomi, atau Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD), justru merilis potensi Indonesia untuk naik kelas dari negara berpendapatan menengah menjadi negara berpendapatan tinggi atau negara kaya.

BACA JUGA: Wismilak Minta Rencana Aksesi Pengendalian Tembakau Ditinjau Ulang

Untuk menentukan klasifikasi negara kaya, OECD menggunakan standar yang ditetapkan Bank Dunia, yakni memiliki Gross National Income (GNI) atau pendapatan kotor nasional di atas USD 12.000 per kapita pada 2013. Jika di Indonesia, ini berarti rata-rata pendapatan penduduk harus di atas Rp 132 juta per tahun. "Dengan laju pertumbuhan ekonomi per tahun sekitar 6 persen, Indonesia bisa mencapai level itu pada 2042," kata Deputi Sekretaris Jenderal OECD Rintaro Tamaki dalam laporan berjudul "Economic Outlook for Southeast Asia, China, and India 2014 : Beyond The Middle-Income Trap".

Bagaimana negara lain? Tamaki menyebut, Malaysia bakal menjadi negara ASEAN pertama yang menyusul Singapura, Jepang, dan Korea dalam kelompok negara kaya. Negeri Jiran ini diproyeksi bakal mencapai level tersebut pada 2020 mendatang.

Sementara itu, raksasa ekonomi Tiongkok diproyeksi bakal menjadi negara kaya pada tahun 2026. Meski dalam beberapa tahun terakhir selalu menjadi negara dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi di dunia, Tiongkok butuh waktu cukup lama untuk masuk kelompok negara kaya karena besarnya jumlah penduduk.

Adapun Thailand diproyeksi menjadi negara kaya pada 2031. Di belakang Indonesia, giliran Filipina yang akan menikmati masa kemakmuran pada 2051, disusul Vietnam pada 2058. Sedangkan India diproyeksi akan menyusul di tahun 2059. (owi)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Renovasi Fasilitas Halim Rampung Akhir Desember


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler