Rupiah Terlemah 17 Tahun Terakhir

Kamis, 13 Agustus 2015 – 05:32 WIB
Foto: dok.Jawa Pos

JAKARTA  - Kemarin (12/8) siang rupiah sempat berada di level Rp 13.824 per USD pada pukul 12.00 WIB,  melemah dari pembukaan Rp 13.689 per dolar AS. Level tersebut merupakan level terendah dalam 17 tahun terakhir setelah sempat menyentuh level Rp 15.000 pada 1998 lalu.
       
Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia (BI) mencatat, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS kemarin (12/8) terjun bebas 217 poin menjadi Rp 13.758 per USD dari perdagangan sehari sebelumnya (11/8) yang berada di level Rp 13.541 per USD.
       
Gubernur BI Agus D.W. Martowardojo mengungkapkan bahwa pelemahan rupiah kali ini terutama disebabkan oleh perkembangan ekonomi global. Pasar masih bereaksi terhadap keputusan pemerintah Tiongkok yang melakukan depresiasi mata uang Yuan.
       
"Pelemahan rupiah akhir-akhir ini telah terlalu dalam (overshoot) sehingga telah berada jauh di bawah nilai fundamental (undervalued). Hal itu disebabkan oleh reaksi pasar atas keputusan pemerintah Tiongkok yang melemahkan Yuan," ujarnya di Jakarta, Rabu (12/8).
       
Agus mengungkapkan bahwa keputusan pemerintah Tiongkok tersebut diambil lantaran pemerintah negeri tirai bamboo tersebut ingin mempertahankan kinerja ekspornya yang menurun drastis mencapai 8,3 persen (yoy) pada Juli 2015. "Penurunan tersebut merupakan yang terbesar dalam empat bulan terakhir," tambahnya.
       
Secara global, lanjutnya, depresiasi Yuan akan member dampak pada negara-negara mitra dagang Tiongkok yang ekspornya mengandalkan sumber daya alam, termasuk Indonesia.

"Kebijakan depresiasi seperti ini pernah dilakukan pemerintah Tiongkok pada 1994 lalu yang juga berdampak pada perekonomian global kala itu," katanya.
       
Sementara itu, perkembangan data terkini di AS seperti data ISM non manufacturing index, data tenaga kerja, menunjukkan tanda-tanda membaik sehingga menimbulkan ekspektasi dari pelaku pasar bahwa kenaikan suku bunga kebijakan AS (Fed Fund Rate) akan dilakukan lebih cepat.
       
"Akibat sentiment-sentimen tersebut, secara umum, hampir seluruh mata uang global mengalami depresiasi," ujarnya.

BACA JUGA: Pacu Industri Kreatif, Dorong Ekspor ke Amerika Selatan dan Timur Tengah

Sebagai ilustrasi, mata uang Ringgit Malaysia melemah sebesar 13,3 persen (ytd), Korean  Won melemah sebesar 7,9 persen (ytd) , Thailand Baht melemah sebesar 7,4 persen (ytd), Yen Jepang melemah 4,8 persen(ytd), Euro melemah sebesar 8,9 persen (ytd), Brasilian Real melemah 29,4 persen (ytd), dan Australian Dolar melemah sebesar 10,6 persen"(ytd).

Sementara Rupiah dari Januari hingga Minggu pertama Agustus 2015 melemah sebesar 9,8 persen (ytd).
       
Mantan Menteri Keuangan Kabinet Indonesia Bersatu II tersebut mengungkapkan bahwa BI akan mengoptimalkan bauran kebijakan dan terus melakukan koordinasi dengan pemerintah dan otoritas lainnya. "BI akan terus berada di pasar untuk melakukan upaya stabilisasi nilai tukar," tuturnya. (dee/ken/dim/wir/ gen)

BACA JUGA: KemenPUPR Dukung Penerbitan Surat Pembiayaan Sekunder Perumahan

 

BACA JUGA: Fesyen dan Kerajinan Dominasi Ekspor Industri Kreatif

BACA ARTIKEL LAINNYA... IMT-Dompetku untuk Transaksi Pekerja di LN


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler