Rusia Berjanji Hentikan Invasi dalam Sekejap, Ini Syaratnya

Selasa, 08 Maret 2022 – 07:17 WIB
Tank bergerak ke kota, setelah Presiden Rusia Vladimir Putin mengizinkan operasi militer di Ukraina timur, di Mariupol, Kamis (24/2). (ANTARA/Reuters/Carlos Barria/as)

jpnn.com, MOSCOW - Setelah 12 hari menginvasi Ukraina, Rusia akhirnya mengumumkan tujuan dari aksi militer yang memicu kemarahan masyarakat internasional tersebut.

Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov berjanji Rusia akan menghentikan operasi militer di Ukraina jika syarat-syaratnya dipenuhi.

BACA JUGA: Puluhan Pekerja Migran Asal Bali Dipulangkan dari Ukraina, Rusia Menyusul

Syarat-syarat itu meliputi Ukraina mengubah konstitusinya, mengakui Crimea sebagai wilayah Rusia, serta mengikhlaskan Donetsk dan Lugansk memisahkan diri.

"Dan semua ini (invasi militer) bisa dihentikan dalam sekejap," ujar Peskov kepada Reuters dalam sebuah wawancara eksklusif, Senin (7/3).

BACA JUGA: Waduh! Invasi Rusia ke Ukraina Munculkan Kubu Politik Global

Rusia telah menyerang Ukraina dari utara, timur dan selatan, menggempur kota-kota termasuk Kyiv, Kharkiv dan pelabuhan Mariupol.

Invasi yang diluncurkan pada 24 Februari, telah menyebabkan krisis pengungsi terburuk di Eropa sejak Perang Dunia Kedua, memicu kemarahan di seluruh dunia, dan menyebabkan sanksi berat terhadap Moskow.

BACA JUGA: Amerika Cs Belum Berhenti Menghukum Rusia, Harga Minyak Dunia Bakal Makin Suram

Namun juru bicara Kremlin bersikeras bahwa Rusia tidak berniat mencaplok seluruh wilayah Ukraina, mereka bahkan tidak ingin menguasai Kyiv.

"Kami benar-benar menyelesaikan demiliterisasi Ukraina. Kami akan menyelesaikannya. Tetapi yang utama adalah Ukraina menghentikan aksi militernya. Mereka harus menghentikan aksi militer mereka dan kemudian tidak ada yang akan menembak," katanya.

Selain itu, lanjut Peskov, Rusia menuntut Ukraina melakukan perubahan konstitusi untuk memastikan netralitas mereka dalam konstelasi geopolitik.

"Mereka harus membuat amendemen konstitusi yang memastikan Ukraina akan menolak setiap tujuan untuk memasuki blok mana pun," terang dia.

"Kami juga telah berbicara tentang bagaimana mereka harus mengakui bahwa Krimea adalah wilayah Rusia dan bahwa mereka perlu mengakui bahwa Donetsk dan Lugansk adalah negara merdeka. Dan hanya itu. Itu akan berhenti sebentar lagi."

Garis besar tuntutan Rusia datang ketika delegasi dari Rusia dan Ukraina bersiap untuk bertemu pada hari Senin untuk pembicaraan putaran ketiga yang bertujuan untuk mengakhiri perang Rusia melawan Ukraina.

Ini dimulai segera setelah Putin mengakui dua wilayah yang memisahkan diri di Ukraina timur, di mana separatis yang didukung Rusia telah memerangi pasukan pemerintah Ukraina sejak 2014, sebagai wilayah independen - sebuah tindakan yang dikecam sebagai ilegal oleh Barat.

"Ini bukan kami yang merebut Lugansk dan Donetsk dari Ukraina. Donetsk dan Lugansk tidak ingin menjadi bagian dari Ukraina. Tapi bukan berarti mereka harus dihancurkan sebagai hasilnya," kata Peskov.

"Selebihnya. Ukraina adalah negara merdeka yang akan hidup seperti yang diinginkannya, tetapi dalam kondisi netralitas."

Dia mengatakan semua tuntutan telah dirumuskan dan diserahkan selama dua putaran pertama pembicaraan antara delegasi Rusia dan Ukraina, yang berlangsung pekan lalu.

"Kami berharap semua ini akan berjalan baik dan mereka akan bereaksi dengan cara yang sesuai," kata Peskov. (dil/jpnn)


Redaktur & Reporter : Adil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler