Rusia Menuju Kebangkrutan, Akankah Krisis Moneter Global Terjadi Lagi?

Senin, 14 Maret 2022 – 06:09 WIB
Koin rubel, mata uang Rusia yang nilainya terus anjlok sejak negara tersebut menginvasi Ukraina pada 24 Februari lalu. Foto: AFP

jpnn.com, WASHINGTON DC - Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF) Kristalina Georgieva mengatakan Rusia kemungkinan tidak akan bisa membayar utang-utangnya akibat sanksi ekonomi yang dijatuhkan sejumlah negara terkait invasi di Ukraina.

Namun, seperti diberitakan Reuters, dia memastikan kebangkrutan negara terluas di dunia itu tidak akan sampai memicu krisis keuangan global.

BACA JUGA: Wartawan AS Brent Renaud Tewas di Ukraina, Lehernya Ditembak Tentara Rusia

Menurut Georgieva, sanksi yang dijatuhkan oleh Amerika Serikat dan negara-negara demokrasi lainnya sudah memiliki dampak parah terhadap ekonomi Rusia.

Dia yakin resesi mendalam akan menghantam negara tersebut dalam waktu dekat.

BACA JUGA: Rusia Buka Koridor Pengungsi, Lalu Lakukan Aksi Brutal

Sanksi itu juga membatasi kemampuan Rusia untuk mengakses sumber daya untuk membayar utangnya.

"Ini menjadikan gagal bayar bukan lagi sesuatu yang mustahil terjadi," kata Georgieva.

BACA JUGA: Belarusia Sahabat Rusia, Kok Malah Dibombardir?

Saat ditanya apakah kebangkrutan Rusia dapat memicu krisis keuangan berskala global? Jawaban Georgieva cukup melegakan.

"Untuk saat ini, tidak (berpotensi memicu krisis global)," ucapnya.

Dia menjelaskan bahwa total eksposur perbankan ke Rusia berjumlah sekitar USD 120 miliar.

Meski itu bukan jumlah yang kecil, lanjutnya, tetapi tidak relevan secara sistemik.

Georgieva pekan lalu mengatakan IMF akan menurunkan prediksi pertumbuhan ekonomi global untuk 2022 ke angka 4,4% sebagai akibat dari perang.

Namun, dia juga mengatakan bahwa secara garis besar ekonomi tahun ini akan tetap berada di jalur positif.

Pertumbuhan tetap kuat di negara-negara seperti Amerika Serikat yang cepat pulih dari pandemi COVID-19, katanya kepada CBS.

Dampak terparah akibat perang ini, tambahnya lagi, adalah kenaikan harga komoditas dan inflasi, yang berpotensi menyebabkan kelaparan dan kerawanan pangan di beberapa bagian Afrika, katanya. (reuters/dil/jpnn)


Redaktur & Reporter : Adil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler