PARIS - Rumor tentang mundurnya Presiden Syria Bashar Al Assad berembus. Duta Besar Rusia untuk Prancis Alexander Orlov menyatakan bahwa suami Asma Assad tersebut menyatakan siap menyerahkan kekuasaan hanya melalui cara manusiawi.
Kepada Radio France International, Orlov mengungkapkan, Assad menerima skenario transisi kekuasaan yang disepakati negara-negara berpengaruh di Jenewa 30 Juni lalu. Dia juga sudah menunjuk seorang negosiator yang akan berdialog dengan pihak oposisi. "Bisa dikatakan, dia (Assad) siap untuk mundur. Namun, mundur dengan baik-baik," ujarnya.
Saat ditanya apakah pengunduran diri Assad hanya menunggu waktu, Orlov cuma menyatakan pendapatnya. "Saya yakin dia (Assad) sangat sulit untuk bertahan setelah semua yang sudah terjadi," tandasnya,
Orlov menambahkan, dengan memveto resolusi PBB untuk Syria, Rusia tidak berarti membela rezim Assad. Namun, pada prinsipnya, Moskow tak ingin mencampuri urusan dalam negeri Syria. "Kami (Rusia) tidak memiliki hubungan khusus dengan rezim Assad, dengan presiden Syria. Tapi, bagi kami, ini masalah prinsip, jauh dari apa yang terjadi di Syria," tambahnya.
Orlov berbicara selang sehari setelah Moskow memveto resolusi DK PBB yang didukung Barat untuk mendesak rezim Assad menghentikan perang. Kemarin (20/7) merupakan batas akhir PBB harus mengevaluasi tim pemantau di Syria.
Orlov menjelaskan, Rusia telah berupaya maksimal untuk mendorong rezim Assad berdialog. Namun, Barat tidak melakukan hal yang sama terhadap oposisi Syria. "Sayang sekali kolega kita Barat tidak berupaya cukup keras membujuk pihak oposisi untuk mendorong mereka duduk semeja dalam sebuah perundingan," tandasnya.
Namun, komentar Orlov langsung dibantah Damaskus. Televisi nasional Syria menyatakan, klaim Dubes Rusia untuk Prancis tersebut sama sekali tidak berdasar. "Komentar dari Dubes Rusia untuk Prancis bahwa Presiden Assad akan setuju menyerahkan kekuasaan dengan cara-cara manusiawi sama sekali tidak benar," ujar seorang penyiar.
"Komentar (Dubes) tersebut telah diubah dan Dubes Rusia tersebut tidak mengungkapkan pernyataan yang sama persis dengan yang disiarkan radio itu," tambahnya.
Televisi Syria juga mengkritik media yang "haus darah" dengan menyiarkan berita-berita bohong. Juru Bicara Kedubes Rusia Sergei Parinov menyatakan hal yang sama. Pernyataan Orlov telah disalahartikan oleh media internasional. Parinov kepada Associated Press menyatakan bahwa Orlov hanya mengartikan respons Assad terhadap kesepakatan Jenewa. Dia menambahkan, pernyataan Dubes Rusia sama sekali tidak baru.
Seorang pengamat politik Rusia berpendapat bahwa Assad sengaja memilih seorang diplomat Moskow untuk melemparkan wacana pengunduran dirinya. "Jika benar bahwa saat ini Assad siap mundur, ini penting untuk menyampaikannya melalui jalur Rusia, yang selama ini menjadi sekutu politik utama Syria," terang Fyodor Lukyanov, redaktur majalah Russia in Global Affairs, saat wawancara dengan AP.
Dari Syria dilaporkan, Hisham Ikhtiar, kepala Lembaga Keamanan Nasional yang terluka karena serangan bom di Damaskus Rabu (18/7), akhirnya meninggal. Dia menjadi korban keempat pejabat tinggi Syria yang tewas lantaran serangan menargetkan pejabat tinggi lingkaran dalam Presiden Bashar Al Assad.
Sebelumnya, tiga pejabat tinggi Syria tewas dalam serangan tersebut. Mereka adalah Menteri Pertahanan Jenderal Daud Rajiha; ipar Assad, Assef Shawkat; dan Asisten Wakil Presiden Hassan Turkmani.
Sementara itu, pasukan oposisi, Tentara Pembebasan Syria, menyatakan bahwa umur rezim Assad tinggal menunggu hari. Itu disampaikan setelah pasukan pemberontak berhasil menguasai jalur utama perbatasan dengan Turki kemarin (20/7). (cak/c10/ami)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Timur Tengah juga Tak Kompak Soal Awal Ramadhan
Redaktur : Tim Redaksi