Rusia Ungkap Syarat Perdamaian, Ukraina Harus Membayar Mahal

Rabu, 28 Desember 2022 – 21:44 WIB
Arsip - Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov saat konferensi pers akhir tahun Presiden Rusia Vladimir Putin di Moskow, Rusia, 19 Desember 2019. (ANTARA/Reuters/Evgenia Novozhenina/as)

jpnn.com - Rusia memberi sinyal siap berdamai dengan Ukraina dan menghentikan invasi yang sudah berlangsung hampir setahun ini. Namun, Kiev tampaknya harus membayar mahal untuk itu.

Juru Bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan tidak ada rencana perdamaian untuk Ukraina jika tidak memperhitungkan masuknya empat wilayah baru ke Federasi Rusia.

BACA JUGA: Korut Sebut Rusia Pemberani dan Membantu Ukraina Adalah Tindak Kejahatan

“Sejauh ini, tidak ada rencana perdamaian untuk Ukraina. Tidak ada rencana perdamaian untuk Ukraina yang tidak memperhitungkan realitas hari ini--dengan wilayah Rusia, dengan masuknya empat wilayah baru ke Rusia. Tidak ada rencana yang tidak memperhitungkan realitas ini yang dapat diklaim damai," kata Peskov saat jumpa pers, Rabu.

Empat wilayah Ukraina, yaitu Luhansk, Donetsk, Zaporizhzhia, dan Kherson, diikutkan ke Rusia melalui keputusan presiden pada awal Oktober setelah referendum yang didukung Moskow diadakan. Referendum tersebut ditolak oleh komunitas internasional.

BACA JUGA: Rusia: Situasinya Sudah Jelas, Siapa yang Tak Bisa Dipercaya

Memperhatikan bahwa perjalanan Presiden Rusia Vladimir Putin ke wilayah Pskov dibatalkan karena kondisi penerbangan yang buruk, Peskov mengatakan Putin sedang mempersiapkan kontak dengan Presiden China Xi Jinping.

"Saya dapat mengonfirmasi bahwa kontak semacam itu sedang dipersiapkan dan kami akan memberi tahu Anda pada waktu yang tepat kapan dan bagaimana itu akan dilakukan," kata Peskov.

BACA JUGA: Rakyat Rusia Sangat Happy, Eks Intel Penggoda Punya Dugaan Kapan Perang Ukraina Usai

Peskov juga mengomentari peningkatan ketegangan baru-baru ini antara Serbia dan Kosovo, mencatat bahwa Moskow mengikuti situasi dengan cermat dan mendukung tindakan Beograd dalam masalah ini.

"Kami memiliki hubungan sekutu dekat, sejarah, spiritual, dan hubungan lain yang sangat dekat dengan Serbia. Tentu saja, Rusia sangat dekat mengikuti apa yang terjadi (di Kosovo), bagaimana hak-hak orang Serbia dipastikan. Dan, tentu saja, kami mendukung Beograd dalam tindakan yang sedang dilakukan," kata Peskov.

Ketegangan antara Kosovo dan Serbia meningkat sejak penahanan mantan polisi Serbia Dejan Pantic karena dicurigai menyerang petugas pemilu.


Redaktur & Reporter : M. Adil Syarif

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler