Rusuh Etnis di Kenya, 48 Tewas Dibakar dan Dicincang

Kamis, 23 Agustus 2012 – 08:47 WIB
NAIROBI – Kerusuhan etnis kembali melanda Kenya. Bentrok antarsuku kembali pecah di negeri di Benua Afrika itu pada Selasa malam waktu setempat (21/8) atau kemarin WIB (22/8) saat etnis Pokomo dan etnis Orma terlibat aksi saling serang. Akibat kerusuhan itu, 48 nyawa melayang.

Sebagian korban tewas tersebut hangus akibat dibakar. Sebagian lainnya kehilangan nyawa akibat ditikam dan dicincang dengan senjata tajam. Pemerintahan Presiden Mwai Kibaki menyebut insiden di wilayah tenggara Kenya itu sebagai kekerasan terburuk di negaranya dalam empat tahun terakhir.

’’Benar-benar buruk dan mengerikan. Korban tewas terdiri atas 31 perempuan, 11 anak-anak, dan enam pria,” kata Joseph Kitur, wakil kepala polisi Distrik Sungai Tana, seperti dilansir Agence France-Presse kemarin (23/8). Dia menambahkan bahwa kondisi korban sangat mengenaskan. Selain bersimbah darah dan penuh luka-luka bekas sabetan benda tajam, sebagian lainnya hangus terbakar.

Kitur melaporkan bahwa 34 orang tewas akibat benda tajam. Sedangkan 14 lainnya tewas akibat dibakar. Sejauh ini, penyebab bentrok di antara dua etnis yang menetap di wilayah berdekatan itu belum bisa dipastikan. Diduga kuat, bentrok berawal dari perselisihan dua etnis akibat berebut lahan. Konon, perselisihan gara-gara lahan itu sudah terjadi turun-temurun.

Belakangan, ungkap Kitur, penduduk etnis Pokomo yang kebanyakan berprofesi sebagai petani kian sering berselisih dengan etnis Orma yang rata-rata menjadi peternak. ’’Saat ini investigasi masih berlangsung. Belum diketahui siapa yang lebih dulu memicu dan memulai serangan,’’ katanya. Selain merenggut korban jiwa, bentrok antaretnis itu juga menyebabkan puluhan rumah ludes terbakar.

Etnis Pokomo dan Orma memang bukan baru kali ini terlibat saling serang karena berebut lahan atau sumber air. Hanya, kali ini skala serangan yang terjadi di kawasan Reketa, wilayah Kota Tarassa, itu jauh lebih besar daripada biasanya. Angka korban tewas dalam bentrok kali ini juga sangat tinggi. Karena itu, polisi langsung melipatgandakan pengamanan di Reketa hingga kemarin.

Sebelumnya, hasil investigasi polisi menyebutkan bahwa para petani dari etnis Pokomo hampir selalu mengawali perselisihan. Mereka biasanya merebut datau menyerobot lahan yang digunakan etnis Orma untuk menggembalakan ternak mereka. Perebutan lahan seperti itu lantas menyulut bentrok. Mulai dari adu mulut, aksi saling serang berskala ringan sampai konflik serius seperti pada Selasa malam.

Menurut Jubir Kepolisian Nasional Kenya Eric Kiraithe, aksi saling serang akibat berebut lahan bukanlah hal baru. Terutama, di Tarassa yang berjarak sekitar 300 kilometer dari Kota Nairobi.

Danson Mungatana, politikus asal Tarassa, menyebut insiden Selasa malam lalu merupakan aksi balas dendam. ’’Ini puncak serangkaian ancaman dan perbedaan pendapat di antara dua etnis,’’ ujarnya.

Konflik yang bermula dari perebutan lahan itu, ungkap Mungatana, memuncak pekan lalu. Tepatnya, saat tiga etnis Pokomo tewas di tangan etnis Orma. ’’Sebagai aksi balas dendam, warga Orma menyerang kampung warga Pokomo dan membakar sedikitnya 100 rumah. Aksi pembakaran itu lantas dibalas kembali dengan aksi pembunuhan ini,’’ bebernya. (AFP/BBC/hep/dwi)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Demi Simpati, Paul Ryan Ajak Ibu

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler