"Buat kami, Partai Demokrat yang sedang dirundung masalah besar hampir 2 tahun masih ada di angka 12 persen. Bukan berarti kita mensyukuri, tapi kami apresiasi karena masih ada tingkat keperceyaan masyarakat kepada Demokrat," kata Saan saat menjadi pembicara saat pemaparan survei bertema "Tantangan dan Problematik Partai Politik Hari Ini dan Esok" di Jakarta, Minggu (21/10).
Dalam temuan Prisma LP3ES berdasarkan survei Agustus-September 2012, Partai Demokrat masih akan dipilih 12 persen suara. Sedangkan Partai Golkar (10,8 persen), dan PDI Perjuangan (9,41 persen). Partai-partai politik yang masuk papan tengah dipilih tidak lebih 5 persen anggota masyarakat.
Partai-partai politik ini secara berturut-turut adalah Partai Gerindra (4,8 persen), Partai Keadilan Sejahtera (4,5 persen), Partai Kebangkitan Bangsa (3,5 persen), Partai Nasional Demokrat (2,5 persen), Partai Amanat Nasional (1,6 persen), PPP (1,6 persen), Partai Hanura (0,7 persen) dan partai lainnya (2,1 persen).
Sedangkan jumlah responden yang masih merahasiakan pilihannya lebih banyak lagi, ada sekitar 22,2 persen. Sedangkan yang tidak menjawab 20, 2 persen dan menyatakan tidak memilih 4 persen. Dibandingkan dengan mereka yang telah menetapkan pilihannya, jumlah yang menyatakan "tidak tahu" lebih banyak sekitar 42,4 persen.
Berdasarkan temuan Prisma LP3ES, pemilih partai binaan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) itu turun 8,85 persen. Dari hasil pemilu 2009, Demokrat memenangi Pemilu dengan meraih suara 20,85 persen.
Menurut Saan, fenomena tergerusnya suara pemilih bukan saja menimpa Demokrat, tapi juga partai lainnya karena menurunnya tingkat kepercayaan masyarakat terhadap partai. Makanya kata dia, tugas utama politisi adalah mengembalikan kepercayaan publik karena kian hari jumlah swing voters semakin tinggi.
"Menurunnya suara PD tak memberi manfaat elektoral pada partai lain. Yang muncul adalah swing voters. Itupun belum bisa kita simpulkan dia akan lari kemana. Karena mereka sangat tergantung dinamika. Misalnya hari ini dia kecewa pada PD. Tapi apakah itu akan permanen? Atauakah kekecewaan itu bersifat sementara? Kalau sementara, tentu berpeluang memilih Demokrat jika kami akan melakukan perbaikan. Dan pasti akan dilakukan perbaikan," paparnya.
Pada kesempatan yang sama, Politikus Partai Golkar, Nurul Arifin, mengakui pentingnya bagi partai politik untuk lebih menguatkan strukturnya yang langsung menyentuh masyarakat daripada sekedar menyajikan pencitraan di media massa.
Menurut Nurul, yang lebih banyak menyalurkan hak suaranya adalah warga masyarakat kelas bawah. Kata dia, karakteristik warga ini adalah tak terlalu dipengaruhi oleh terpaan informasi media massa.
"Warga masyarakat bawah inilah yang pergi ke TPS. Mereka lah yang harus disapa partai. Saya belum yakin kekuatan media sosial itu berguna buat pemilih di bawah itu," pungkasnya. (awa/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pileg Tentukan Kemenangan Ical
Redaktur : Tim Redaksi