Saat Mandalika Berpesta, Anjing-Anjing di Sekitarnya Mati Tersiksa

Selasa, 23 November 2021 – 10:10 WIB
Sirkuit Mandalika masuk kalender WSBK dan MotoGP. Foto: Antara

jpnn.com, JAKARTA - Jelang perhelatan World Superbike (WSBK) Mandalika, akhir pekan lalu, warga Dusun Ebunut menemukan sejumlah anjing peliharaan mereka mati mendadak.

Warga pun menduga anjing-anjing itu sengaja dibunuh menggunakan racun.

BACA JUGA: Pembalap HRC tak Bisa Unjuk Gigi di Seri Pamungkas WSBK Mandalika

Menanggapi hal itu, Ketua Animal Defenders Indonesia (ADI) Doni Herdaru mendesak pihak yang memberantas anjing dengan cara diracun tersebut bertanggung jawab.

Dia pun mengancam akan menempuh jalur hukum terkait permasalahan tersebut.

BACA JUGA: Luhut Binsar Tegaskan Sirkuit Mandalika Memenuhi Syarat Ajang F1

"Menggenjot ekonomi daerah dan nasional melalui pariwisata, entertainment dan olah raga, adalah penting. Namun hal tersebut tidak berarti boleh dilaksanakan dengan sembrono," ujar Doni kepada wartawan pada Senin (22/11).

Menurutnya, pemberantasan anjing liar menggunakan racun adalah gambaran betapa Dinas Peternakan (Disnak) setempat tidak mengedepankan animal welfare dalam menangani masalah.

BACA JUGA: Tampil Tercepat di FP, Toprak Sebut Trek Sirkuit Mandalika Masih Kotor

"Tidak adanya acuan bagaimana preventif sehingga menempuh jalan destruktif seperti peracunan marak terjadi di berbagai wilayah, mulai dari NTB, Makassar, Bau-Bau, Bali, dan daerah-daerah lain. Yang korbannya tidak hanya anjing liar, tapi juga anjing-anjing berpemilik dan hewan-hewan karnivora lainnya," kata dia.

Doni menyampaikan bahwa pihaknya telah berkomunikasi dengan warga setempat yang menjadi saksi pemberantasan tersebut.

"Tubuh anjing-anjing ini membengkak dan sempat ditemukan mati," katanya.

Dia mengatakan bahwa sebelumnya pada laman website Disnak Pemprov NTB mencantumkan tentang agenda pemberantasan anjing liar di sekitar sirkuit Mandalika.

Namun, di lain kesempatan, pejabat Disnak membantah telah meracun anjing-anjing tersebut.

"Ini tentu perlu kita pertanyakan, metode pemberantasan yang mereka lakukan seperti apa? Jika ucapan mereka mengatakan bahwa tidak ada budget untuk beli bius, lalu apakah meracun adalah solusi? Tentu tidak," ujarnya.

"Sirkuit tersebut tidak mengamankan wilayahnya dengan membangun security barrier kah? Lalu malah menghantam hewan-hewan yang sudah ada lebih dulu di sana?" lanjutnya.

Dirinya pun mengingatkan jangan sampai kasus kematian anjing dan hewan lainnya di area sirkuit Mandalika terdengar oleh para pembalap dan penyelenggara utama World Superbike (WSBK).

"Jangan sampai berita ini didengar para pembalap dan pihak penyelenggara utama event internasional ini, karena mereka tentunya tidak mau ajang balap mereka berlumuran darah anjing yang diracun oleh pihak yang mau mengambil jalan pintas," kata dia.

Doni pun menyebut bahwa pihak-pihak yang diduga meracun anjing-anjing tersebut harus bertanggung jawab.

"Mereka-mereka yang memutuskan untuk memberantas dengan racun, harus bertanggung jawab. Kami akan menempuh jalur hukum untuk ini," ujarnya.

Terkait kematian sejumlah anjing menjelang pelaksana WSBK, ITDC melalui Vice Presiden Corporate Secretary Miranti Nasti Rendranti mengatakan bahwa pihaknya memiliki kewajiban menghalau anjing yang memasuki sirkuit, khususnya area paddock.

“Karena akan mengganggu ketertiban dan keselamatan pembalap untuk jalannya event balap,” kata Miranti saat dikonformasi wartawan pada Sabtu (20/11).

Namun, Miranti tak memberikan tanggapan terkait dugaan anjing-anjing tersebut dibunuh menggunakan racun.

Dia menyebut hanya terdapat pembatas untuk menghalau anjing masuk ke sirkuit.

“Kami memasang pagar yang rapat di sekeliling agar anjing yang sudah dihalau tidak kembali masuk ke sirkuit,” kata dia.

Kepala Dinas Pertanian Lombok Tengah Lalu Iskandar mengatakan tidak pernah mengeksekusi anjing di sekitar sirkuit dengan racun.

Namun pernah diajak dalam pembahasan, tetapi tidak ada kelanjutannya

“Kami pernah rapat bersama tentang anjing itu. Cuma kan kesulitannya banyak kami enggak punya bius, enggak punya apa-apa," kata Iskandar.

“Setelah itu tidak ada tindak lanjut, tidak ada rapat-rapat lagi." (ant/dil/jpnn)


Redaktur & Reporter : Adil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler